BAGI guru musik yang mengajar siswa dewasa, perlu memahami perbedaan antara mengajar anak-anak dengan mengajar orang dewasa. Ini semata-mata agar proses belajar mengajar berjalan sesuai dengan yang dikehendaki.
Dalam dunia pendidikan dan pengajaran, ada dua pengertian yang berdampingan, yakni Pedagogi yang merupakan pembelajaran yang diperuntukan untuk anak-anak, dan Andragogi yang berarti pembelajaran untuk orang dewasa.
Sebenarnya pembelajaran andragogi ini memiliki ciri-ciri belajar, unsur-unsur belajar, serta aspek-aspek pembelajaran lain yang sama pada belajar mengajar pada umumnya. Hakikat pembelajaran andragogi pun sama dengan hakikat belajar pada umumnya yaitu adanya perubahan pada diri pembelajar. Yang membedakan utamanya adalah pada sisi pembelajar dimana pada pembelajaran andragogi merupakan peserta didik yang sudah dewasa baik secara usia maupun aspek lainnya.
Oleh karena pembelajaran andragogi ini merupakan proses belajar untuk orang dewasa, maka mulai dari perencanaan, penerapan, hingga evaluasi pembelajarannya perlu disesuaikan, termasuk pula perlakuan kepada si pembelajar. Memang pada dasarnya konsep pembelajarannya sama, namun orang dewasa sudah memiliki tingkatan berbeda dalam pembelajaran dibanding peserta didik pada umumnya. Pembelajaran andragogi memiliki sasaran khusus yaitu mereka yang sudah dewasa dimana sudah mengalami fase pembelajaran sebelumnya sehingga mereka sebagai pembelajar sudah mengetahui dasar dan hakikat belajar mengajar.
Bagi guru musik, perlu memahami perbedaan antara mengajar anak-anak dengan mengajar orang dewasa. Menurut pakar pendidikan, Malcolm Knowles, beberapa perbedaan antara mengajar anak-anak dan mengajar orang dewasa mengharuskan guru melakukan pendekatan yang berbeda pula.
Dalam hal rasa ingin tahu, pada anak-anak hanya perlu mengetahui apa yang diperlukan sekedar hanya untuk naik kelas, bukan untuk menerapkannya dalam kehidupan mereka. Tetapi pada siswa dewasa, rasa inign tahu mereka lebih luas, yakni mereka perlu mengetahui mengapa mereka perlu mengetahui informasi.
Selain itu pada anak-anak belum ada apa yang dinamakan “konsep diri” karena mereka masih memiliki ketergantungan yang tinggi, baik kepada orangtua maupun gurunya. Pada siswa dewasa, konsep diri itu menemukan pemahamannya pada realitas bahwa siswa dewasa adalah manusia mandiri yang belajar lebih banyak ketika mereka memiliki kendali atas pembelajaran mereka dan tidak hanya duduk dan menunggu untuk diajar.
Dalam hal pengalaman belajar, bagi siswa anak-anak tidak terlalu penting karena ketergantungannya yang besar pada guru atau penulis buku teks. Sementara bagi siswa dewasa, mereka memiliki lebih banyak pengalaman dalam hidup sehingga orang dewasa jauh lebih beragam daripada siswa anak-anak dan oleh karena itu belajar lebih banyak dari teknik pembelajaran pengalaman (langsung dan aktif). Disamping itu, siswa anak-anak akan siap belajar karena ingin naik kelas. Sementara siswa dewasa membutuhkan pembelajaran tepat waktu sehingga mereka mempelajari hal-hal yang dapat mereka gunakan segera.
Dalam hal orientasi pembelajaran, Knowles mengatakan, siswa anak-anak melihat peran mereka sekedar memperoleh materi pelajaran, sementara orang dewasa melihat tujuan belajar sebagai memperoleh informasi tentang tugas atau masalah yang dihadapi. Motivasi belajar siswa anak-anak murni ekstrinsik dimana nilai dan persetujuan adalah yang terpenting. Sementara orang dewasa memiliki beberapa motivasi ekstrinsik mengenai promosi dan sejenisnya, mereka juga memiliki motivasi intrinsik untuk sekadar “menjadi lebih baik”.
Orang dewasa memiliki persepsi bahwa dirinya mampu membuat suatu keputusan, dapat menghadapi resiko sebagai akibat keputusan yang diambil, dan dapat mengatur kehidupan secara mandiri. Harga diri amat penting bagi orang dewasa, dan dia memerlukan pengakuan orang lain terhadap harga dirinya. Perilaku yang terkesan menggurui, cenderung akan ditanggapi secara negatif oleh orang dewasa. Implikasi praktis dalam pembelajaran, apabila orang dewasa dihargai dan difasilitasi oleh pendidik maka mereka akan melibatkan diri secara optmal dalam pembelajaran. Kegiatan belajarnya akan berkembang ke arah belajar antisipatif (berorientasi ke masa depan) dan belajar partisipatif (bersama orang lain) dengan berpikir dan berbuat di dalam dan terhadap dunia kehidupannya.
Setiap orang dewasa mempunyai pengalaman situasi, interaksi, dan diri yang berbeda antara seorang denga yang lainnya sesuai dengan perbedaan latar belakang kehidupan dan lingkungannya. Pengalaman situasi merupakan sederet suasana yang dialami orang dewasa pada masa lalu yang dapat digunakan untuk merespon situasi saat ini. Pengalaman interaksi menyebabkan pertambahan kemahiran orang dewasa dalam memadukan kesadaran untuk melihat dirinya dari segi pandangan orang lain.
Pengalaman diri adalah kecakapan orang dewasa pada masa kini dengan berbagai situasi masa lalu. Implikasi praktis dalam pembelajaran, orang dewasa akan mampu berurun rembug berdasarkan pengalaman yang telah dimilikinya. Pengalaman mereka dapat dijadikan sumber belajar yang kaya untuk dimanfaatkan dalam pembelajaran. Orang dewasa yang memprlajari sesuatu yang baru cenderung dimaknai degan menggunakan pengalaman lama. Sejalan dengan itu peserta didik orang dewasa perlu dilibatkan sebagai sumber dalam pembelajaran. Pengenalan dan penerapan konsep-konsep baru akan lebih mudah apabila berangkat dari pengalaman yang dimiliki orang dewasa.
Kesiapan belajar orang dewasa akan seirama dengan peran yang ia tampilkan baik dalam masyarakat maupun dalam tugas/ pekerjaan. Implikasainya, urutan program pembelajaran perlu disusun berdasarakan perlu disusun berdasarkan urutan tugas yang diperankan orang dewasa, bukan berdasarkan urutan logis mata pelajaran. Penyesuaian materi dan kegiatan belajar perlu direlevansikan denga kebutuhan belajar dan tugas/pekerjaan peserta didik orang dewasa.
Siswa dewasa ingin segera memanfaatkan hasil belajarnya. Mereka berpartisipasi dalam pembelajaran karena ia sedang merespon materi dan proses pembelajaran yang berhubungan denga peran dalam kehidupannnya. Kegiatan belajarnya senantiasa berorientasi pada realitas (kenyataan). Oleh karena itu pembelajaran perlu mengarah pada peningkatan kemampuan untum memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Implikasi praktisnya, pembelajaran perlu berorientasi pada pemecahan masalah yang relevan dengan peranan orang dewasa dalam kehidupannya. Pengalaman belajar hendaklah dirancang berdasarkan kebutuhan dan masalah yang dihadapi orang dewasa, seperti kebutuhan dan masalah dalam pekerjaan, peranan sosial budaya, dan ekonomi.
Kemampuan Belajar
Kemampuan dasar untuk belajar tetap dimiliki setiap orang, khususnya orang dewasa, sepanjang hayatnya. Penurunan kemampuan belajar pada usia tua bukan terletak pada intensitas dan kapasitas intelektualnya, melainkan kecepatan belajarnya. Implikasi praktisnya, pendidik perlu mendorong orang dewasa sebagai peserta didik untuk belajar sesuai dengan kebutuhan belajarnya dan cara belajar yang diinginkan, dipilih dan ditetapkan oleh orang dewasa.
Orang dewasa dapat menentukan apa yang akan dipelajari, dimana dan bagaimana cara mempelajarinya serta kapan melakukan kegiatan belajar. Orang dewasa belajar dengan melibatkan pikiran dan perbuatan. Implikasai praktisnya, orang dewasa akan belajar akan belajar secara efektif dengan melibatkan fungsi otak kiri dan otak kanan, menggunakan kemampuan intelek dan emosi, serta dengan memanfaatkan berbagai media, metode, teknik dan pengalaman belajar.
Dari prinsip-prinsip yang telah disebutkan diatas terlihat bahwa pembelajaran pada orang dewasa memiliki prinsip atau perbedaan dengan pembelajaran pada umumnya. Hal inilah yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan ketika akan melakukan pembelajaran berbasis andragogi.
Pada umumnya orang dewasa sudah memiliki dasar dari konsep belajar dan siap untuk belajar, ini membuat orang dewasa dapat dengan mudah belajar dan segera menerapkan hasil belajarnya. Untuk itulah perlu dirancang konsep pembelajaran yang mampu menjembatani atau mempermudah untuk pembelajar agar segera dapat memanfaatkan apa yang didapat dari proses belajarnya. Tidak perlu menjelaskan atau memberikan materi secara detail kepada pembelajar karena orang dewasa dapat belajar secara mandiri detail dari materi yang dipelajari. Yang perlu ditekankan utamanya adalah bagaimana pembelajaran andragogi yang dilakukan ini dapat memberikan manfaat positif terutama dalam menunjang kehidupan si pembelajar. (eds, berbagai sumber)