Setiap peringatan hari Kemerdekaan negara kita, 17 Agustus, kita selalu diingatkan tentang nilai-nilai kebangsaan. Di semua aspek kehidupan. Termasuk diantaranya, musik. Sejauhmana nilai-nilai kebangsaan merasuk ke dalam setiap insan musik Indonesia? Berikut bincang singkat dengan Diah Ekawati Soenario ST, sosok yang konsisten mengusung musik karya komposer Indonesia dalam gerak musiknya, baik sebagai pianis, aranjer, maupun guru piano
Bagaimana masa kecil Anda, dan bagaimana Anda terhubung dengan musik?
Saya lahir dari keluarga pemusik, terutama dari keluarga papa saya. Dari kecil saya sudah terbiasa mendengar musik klasik. Saya paling suka acara musik klasik di TVRI waktu saya masih kecil dulu. Saya selalu menyaksikan acara itu dan saya senang sekali mendengarkannya sampai tidak sadar saya menangis karena begitu senangnya mendengarkan orkstra memainkan lagu-lagu klasik. Air mata kadang berlinang sendiri saking kagumnya dengan keindahan musik orkestra. Inilah perkenalan saya pertama dengan musik. Walaupun saat itu saya belum kenal apa yang dinamakan not balok, saya merasa bisa menangkap nada-nada indah dibalik musik klasik yang saya dengar dan saya lihat
Apa yang membuat Anda menyukai musik, dan siapa yang menginspirasi Anda berkarier di musik?
Kalau bicara apa yang membuat saya menyukai musik, sepertinya hal itu berjalan secara alami. Saya sendiri tidak tahu mengapa saya suka mendengar musik klasik waktu masih kecil. Saya belum tahu not balok, tapi sudah menyukai musik klasik. Saya suka banget mendengarkan orchestra. Lingkungan keluarga saya memberi kontribusi pada minat dan ketertarikan saya di musik. Sosok yang menginspirasi saya di musik itu adalah almarhum paman saya, pianis klasik yang mainya halus banget, almarhum Sunarto Sunaryo. Mungkin ada yang kenal. Beliau juga dikenal sebagai pianis Bintang Radio RRI Jakarta waktu itu.
Bagaimana riwayat pendidikan musik Anda, dan pengalaman tampil serta kompetisi piano yang pernah diikuti dan prestasi yang diraih?
Pendidikan musik saya lokal-lokal saja. Saya lulusan Yasan Pendidikan Musik Indonesia, atau YPMI yang sampai sekarang masih ada di kawasan Mangga Besar. Kebetulan paman saya menjadi kepala para guru di YPMI dan dipercaya membuat kurikulumnya. Saya mengikuti metode dan kurikulum beliau, yang saya kembangkan hingga kini. Tentang prestasi, saya memang tidak pernah menjuarai kompetisi dan saya itu bukan tipikal orang yang bermain piano untuk mencari juara. Saya lebih menyukai membuat lagu, karena tujuan saya bermusik adalah agar bisa berkarya. Bukan agar menang dalam kompetisi piano. Itu terwujud dimana selain mencipta lagu, juga mengaransemen lagu, sebagian besar karya komposer kita sendiri. Saya pernah mendapat penghargaan dari Perpustakaan Nasional tahun 2015 yang waktu itu mengadakan program pengembangan lagu-lagu Melayu, dan saya membuat aransemen untuk lagu berjudul Pak Ketipak Ketipung yang dibawakan paduan suara RRI Jakarta, dimana partitur aransemen saya menjadi koleksi Perpustakaan Nasional. Saya juga pernah bermain bersama orchestra di Cekoslavia, dan mendapat penghragaan dari orkestra tersebut. Juga bersama murid-murid saya, beberapa kali tampil dengan karya-karya aransemen saya di even nasional.
Apakah Anda merasa memiliki kekuatan atau kelebihan yang membuat Anda merasa cocok menjadi pianis dan pengajar musik?
Saya merasa tidak punya kekuatan maupun kelebihan yang gimana gitu. Semua berjalan natural saja. Dari kecil saya memang kepingin main piano agar bisa mencipta lagu. Itu saja. Saya ingin berkarya, bukan berkompetisi. Mengarang lagu, membuat aransemen, semua itu saya merasa berjalan alami. Dan itu saya nikmati betul. Jadi jika ada orang bertanya ke saya bagaimana cara membuat lagu, saya sendiri bingung juga, karena bagi saya proses mencipta itu mengalir begitu saja. Begitu ada ide, daya imajinasi saya bekerja dengan sendirinya. Seperti sesuatu yang sudah mekanis dan otomatis. Saya tidak tahu apakah itu kekuatan saya atupun kelebihan saya
Apakah Anda menganggap diri Anda cocok sebagai pianis dan pengajar piano?
Sebenarnya dari awal saya sendiri tidak yakin apakah saya bisa bermin piano, apalagi mengajar. Tetapi setelah saya mulai belajar piano, banyak teman saya yang minta diajari. Waktu saya di SMP sampai SMA saya mulai mengajar sedikit-sedikit. Apakah kemudian saya merasa cocok menjadi pengajar, atau guru musik, saya tidak tahu karena semua berjalan begitu saja tanpa pernah saya rencanakan. Tetapi memang almarhum paman saya pernah mengatakan agar saya menjadi pengajar piano. Saya juga kaget. Hah? Ngajar piano? Apa bisa? Karena, saya tipe orang yang kurang sabar untuk megajar hahaha…. Tapi semua saya kembalikan ke Illahi. Saya berdoa dan minta petunjuk, pekerjaan apa yang cocok buat saya, karena sesungguhnya saya tidak kuliah khusus di jurusan musik. Saya lulusan teknik sipil, tapi memang waktu muda saya belajar musik dan main musik. Juga enteriner, main piano di hotel-hotel berbintang lima. Seiring berjalannya waktu, hingga saya lulus S1 sampai kini, Tuhan memberi jalan ke musik. Jadi kalau dibilang cocok, itu semua kuasa Tuhan memberi saya anugerah buat saya di musik hingga saat ini dan saya menikmati dan terimakasih saya ucapkan kepada mereka yang memberi kepercayaan ke saya untuk mengajar dan mendidik anak-anak mereka. Juga pada para relasi, termasuk dengan STACCATO. Semuanya memberi keyakinan kepada saya akan pilihan saya berkarier di musik
Bagaimana Anda menginspirasi dan memotivasi siswa?
Memberikan inspirasi dan memotivasi siswa itu tidak bisa dipukul rata hanya dengan satu metode. Kita harus betul-betul mengenal jiwa tiap anak. Menyelami jiwa mereka. Ada anak yang pendiam, ada anak yang aktif, dan lain-lain. Pendekatannya jelas harus beda. Tapi yang pasti, kita harus bisa memahami jiwa setiap anak dulu, barulah kita mencari cara yang tepat untuk memotivasi dan memberi inspirasi
Dapatkah Anda menjelaskan bagaimana Anda menghadapi siswa yang benar-benar merasa putus asa?
Pertama kita harus mengetahui lebih dulu mengapa ia mengalami kesulitan dan merasa putus asa. Kedua cari jalan keluar dan pendekatan yang sesuai dengan masalahnya, serta kenali karakter anak untuk mencari cara yang pas dengan masalah yang dihadapi. Ketiga, memberikan motivasi dan menumbuhkan kesadaran, misalnya dengan menceritakan biografi tokoh-tokoh penting dalam dunia musik, bahwa kesuksesan itu selalu diraih dengan perjuangan berat, melalui berbagai masalah. Intinya, besarkan jiwa siswa agar mereka siap menghadapi apapun tantangan yang dihadapi, karena dengan seperti itulah seseorang bisa meraih kesuksesan
Pendekatan seperti apa yang Anda gunakan untuk menciptakan lingkungan belajar yang menarik?
Harus proaktif dan kreatif. Kita ajak siswa -siswa berpikir, berimajinasi, bercerita, dan kegiatan lain yang bersifat interaktif. Apa yang mereka inginkan, bayangkan, dan imajinasikan, kita support agar anak-anak makin semangat belajar bermusik. Lingkungan belajar yang menarik itu, yang bisa merangsang anak-anak berkreasi sesuai dengan daya imajinasi mereka.
Pernahkah Anda mengalami bad mood saat mengajar yang membuat frustasi, dan bagaimana Anda menanganinya?
Saya kira setiap guru musik pasti pernah mengalami hal seperti itu. Biasanya jika melihat murid yang tak pernah ada kemajuan dalam belajarnya, sementara guru merasa sudah maksimal. Guru juga manusia. Kadang kita kesel juga. Tapi diatas semua itu, kesabaran harus tetap dijaga, sebab hanya dengan itu kita bisa menjadi guru yang baik. Dengan mengetahui apa masalahnya, apa penyebabnya, dan kemudian mencari jalan keluar yang terbaik, semua masalah bisa diselesaikan. Seorang guru yang baik adalah mereka yang bisa memahami muridnya
Apa pesan-pesan yang bisa Anda berikan kepada mereka yang sedang belajar musik?
Belajar musik itu jangan hanya bagaimana memainkan lagu. Tapi pahami lagu itu dari segala aspek, karena sesungguhnya lagu itu merupakan ungkapan perasaan yang sangat dalam dari sang komposer. Sesuatu yang kompleks. Maka itu, penjiwaan terhadap lagu sangat penting. Yang kedua, jangan mudah putus asa jika menghadapi kesulitan, karena justru dengan kesulitan itulah kita menjadi kreatif untuk menemukan jalan keluarnya. Juga jangan cepat puas jika merasa berhasil, sebab masih ada langit di atas langit .
Sebagai pianis dan pengajar musik, bagaimana penilaian Anda terhadap musik karya komposer Indonesia? Dan bagaimana itu diterapkan dalam pengajaran musik, khususnya piano?
Karya komposer –komposer Indonesia tidak kalah dengan komposer luar negeri, terutama yang masih bersentuhan dengan gaya musik Barat, misalnya ada gaya klasiknya, ada romantisnya seperti karya-karya Mochtar Embut, dan juga musik kontemporer tetapi yang diadopsikan ke musik tradisi sehingga memiliki kedekatan psikologis. Misalnya karya-karya Jaya Suprana, dan beberapa komposer lainnya yang memasukan warna tradisi ke dalam musik kontemporer. Saya kira itu menjadi bahan ajar yang baik dan menantang bagi murid.
Hal-hal apa saja yang menarik dari musik karya komposer Indonesia, dan mengapa itu menjadi penting dalam bagian dari proses pengajaran musik?
Hal yang menarik dari karya komposer Indonesia itu beragam karena mereka mungkin juga memiliki komposer favoritnya. Misalnya Mochtar Embut itu lebih terinspirasi dari Debussy, juga ada romantiknya. Memang ada komposisi Mochtar Embut yang rumit, tapi tetap enak di dengar. Ada juga Amir Pasaribu yang lebih ke kontemporer, tapi tetap menarik. Jaya Suprana dengan kolaborasi musik tradisional. Gesang dengan karya orisinilnya, Bengawan Solo yang mendunia itu. Musik kita sangat kaya, dan sayangnya belum terkeksplorasi secara mendalam. Saya kira karya komposer Indonesia juga menjadi bahan ajar yang penting, setidaknya untuk menanamkan cinta tanah air sedini mungkin kepada anak-anak supaya tahunya tidak hanya komposer barat seperti Beethoven, Mozart, Franz Liszt, dan lain-lain, tetapi dengan komposer dari negara sendiri mereka tidak tahu. Memang mereka juga belajar teknik dari musik barat, tetapi dalam berkarya mereka memiliki kemandirian. Untuk itu pula, saya banyak mengajarkan lagu-lagu karya komposer kita sendiri kepada murid-murid. Dan saya juga banyak mengaransemen karya komposer kita sebagai bentuk kecintaan saya pada karya musik kita sendiri
Anda sering membuat aransemen musik berbasis karya komposer Indonesia. Mengapa? Dan apa yang menarik dari itu semua?
Saya tertarik dengan musik karya komposer kita sendiri karena ada kedekatan emosional. Karya anak bangsa kita sendiri lho….Kalau bukan kita, siapa yang akan menghargai kreativitas mereka. Para komposer dunia pun banyak menciptakan karya-karya berbasis tradisi negaranya, karena mereka mencintai tanah airnya. Dan itulah yang membuat saya menggubah kembali saat ini lagu-lagu komposer Indonesia karena supaya kita tetap cinta tanah air dan tidak lupa bahwa Indonesia juga punya karya seni luar biasa. Musik tradisi Indonesia misalnya, itu sangat kaya dengan nada, dan itu lahan eksplorasi kreativitas yang tak akan habis. Musik Melayu misalnya, itu kaya dengan nuansa musik Portugis, juga ada warna Tarantella-nya seperti di musik Barat. Bahkan sekelas Debussy pun bisa terinspirasi dengan musik gamelan dan menciptakan karya yang terkenal dengan warna gamelan itu. Pertanyaanya, mengapa kita tidak bisa? Jadi, kekayaan musik tradaisi Indonesia masih belum banyak digali dan diramu menjadi sebuah karya musik yang spektakuler
Pesan apa yang ingin Anda sampaikan kepada mereka yang belajar musik, khususnya untuk memupuk rasa cinta kepada musik-musik karya komposer Indonesia?
Bagi yang masih belajar, banyaklah memainkan lagu-lagu karya komposer Indonesia. Tidak kalah menariknya dengan musik Barat. Setiap lagu memiliki tantangannya sendiri. Dan bagi mereka yang sudah mahir, berkaryalah dengan membumi ke tanah air kita sendiri. Gunakan keahlian teknik musiknya, untuk menghasilkan karya-karya orisinal yang berbasis dari musik tradisi Indonesia, bukan hanya sekedar untuk memperkarya musik Indonesia sendiri, tetapi juga menjadi bagian dari musik dunia. (eds)