’Impian yang Terwujud’

62

Article Top Ad

MENJADI bagian dalam sebuah perhelatan nasional memang membanggakan sekaligus mengesankan. Setidaknya itulah yang dirasakan pianis asal Surabaya yang kini bermukim di Tangerang, Elizabeth Michelle Heryawan.

Pada perhelatan HUT ke-79 Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 2024, Elizabeth terpilih menjadi pianis pada upacara peringatan detik-detik kemerdekaan di Istana Kepresidenan Jakarta dan tampil bersama Orkestra Gita Bahana Nusantara 2024. Orkes ini di bawah binaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Tekonologi dan dukungan dari Irini Dewi Wanti selaku Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan serta Syukur Asih Suprojo selaku Ketua Panitia Gita Bahana Nusantara.

Seperti diketahui, tahun ini upacara kemerdekaan RI untuk pertama kalinya berlangsung secara hybrid, yang dilaksanakan di dua tempat secara bersamaan (live), yaitu Istana Negara di Ibu Kota Nusantara di Kalimantan dan Istana Merdeka di Jakarta, sebagai penunjuk adanya transisi perpindahan Ibukota dari Jakarta ke Nusantara.

Article Inline Ad

Meskipun dilaksanakan di dua lokasi berbeda, tidak mengurangi kekhidmatan dan kemeriahan upacara dengan menampilkan berbagai kesenian khas Indonesia dan dapat dinikmati seluruh masyarakat yang hadir secara langsung maupun melalui channel YouTube “Sekretariat Presiden” serta berbagai media televisi. Upacara ini juga dimeriahkan oleh artis ternama di Indonesia, seperti Vidi Aldiano, Mawar de Jongh, HiVi!, dan Maliq & D’Essentials.

Dalam rangkaian acara persiapan performance di Istana Kepresidenan Merdeka, Michelle dan Orkestra Gita Bahana Nusantara juga tampil di Konser Kemerdekaan pada tanggal 10 Agustus 2024 di Kota Tua Jakarta, yang merupakan bangunan bersejarah di Indonesia. Pada acara ini, Michelle dan Gita Bahana Nusantara juga berkesempatan untuk mengiringi artis muda Indonesia, Keisya Levronka, dan acara ini terbuka untuk publik yang dihadiri oleh ribuan orang.

Tahun ini, terdapat 191 anak muda berbakat dari 33 provinsi se- Indonesia (70 orang dari tim orkestra dan 121 orang dari tim paduan suara) yang terpilih untuk bermusik di bawah pimpinan konduktor Eki Satria, menyuguhkan 18 lagu-lagu nasional dan daerah dengan estetika aransemen kreatif yang memasukkan unsur etnik Nusantara. Semangat nasionalisme dan rasa cinta akan tanah air diwujudkan oleh musisi-musisi muda berbakat tersebut melalui tugas negara ini. Arranger yang terpilih untuk menggubah lagu-lagu yang ditampilkan termasuk Purwa Tjaraka, Singgih Sanjaya, Alvin Witarsa, Puput Pramudita, dan Aminoto Kosin.

Pemusatan latihan daring untuk tim orkestra dan paduan suara dilaksanakan pada 22-29 Juli 2024, sedangkan pemusatan latihan luring dilaksanakan pada 2-19 Agustus 2024. Pelatih tim orkestra meliputi musisi-musisi professional Indonesia seperti Amiruddin Sitompul, Alvin Witarsa, dan Nino Ario Wijaya.

Proses karantina yang sangat ketat pada pemusatan latihan luring ini didukung oleh pengawasan para polisi dari Pelayanan Markas Kepolisian Negara Republik Indonesia (Yanma Polri), membantu musisi-musisi muda untuk berproses tidak hanya dalam penampilan musik, namun juga dalam kedisiplinan dan pembentukan kepribadian yang tangguh.

Pada saat gladi kotor dan gladi bersih upacara, para panitia dan peserta GBN 2024 diwajibkan untuk bangun pada jam 3 pagi dan berangkat ke Istana Merdeka di jam 4 pagi selama 3 hari berturut-turut. Pada saat hari H upacara, peserta wanita bangun di jam 12 malam untuk make up dan berangkat di jam 4 pagi dari tempat karantina menuju Istana Merdeka. Walaupun proses tersebut cukup melelahkan, semangat dan performa musisi-musisi muda GBN tidak surut. Setelah upacara selesai, para musisi dan pelatih mendapat jamuan dari Istana Kepresidenan di taman Istana Merdeka. Program ini ditutup dengan rekreasi bersama ke Dunia Fantasi (Dufan) di Jakarta pada 18 Agustus 2024.

“Saya merasa sangat bangga dan terharu dapat menjadi pianis di Upacara Peringatan Hari Ulang Tahun Indonesia yang ke-79 di Istana Merdeka Jakarta. Prosesnya sangat panjang, dan tidak dipungkiri memang melelahkan, namun sangat patut diperjuangkan. Saya sangat bersyukur telah dipertemukan oleh orang-orang baik dan supportive selama masa persiapan performance ini,” kata Michelle.

Bagi Michelle, momen itu merupakan peristiwa yang tak akan bisa dilupakan. Begitu berkesan. “Terima kasih untuk para coach yang sangat insightful dan encouraging, untuk para pengasuh yang sangat peduli dan banyak berkorban, terlepas dari kedisiplinan yang ditegakkan, untuk panitia yang kreatif dan untuk teman-teman baru yang asyik, baik dan berbakat. Sungguh, perpaduan yang sempurna untuk tempat belajar yang kondusif,” kata Michelle.

Michelle mengaku tidak menyangka mendapatkan kesempatan ini. “Karena dulu sebelum papa saya meninggal, beliau pernah menyampaikan harapannya kepada saya agar suatu ketika beliau bisa menyaksikan saya perform di Istana Merdeka, sehingga ketika papa meninggal, saya merasa sudah “ticked off” salah satu harapan almarhum papa saya,” kata Michelle.

Menjadi bagian dari rangkaian penting dalam acara kenegaraan dan kemudian berproses dalam persiapan dan latihan hingga tiba di hari pertunjukan sesungguhnya, membuat Michelle kaget dengan intensitas latihan dan kegiatan selama proses persiapan performance ini. “Terlebih karena kami tidak diperbolehkan membeli makanan dan minuman dari luar, sedangkan saya merupakan coffee addict yang biasanya hanya bisa minum espresso. Namun melalui proses karantina yang ketat, saya belajar bahwa ternyata saya mampu untuk beradaptasi dengan kondisi baru dengan baik,” kata Michelle.

Setelah beberapa hari karantina, dirinya mulai terbiasa dengan jadwal yang padat dan ketat. “Saya merasa mendapatkan banyak sekali pelajaran hidup, terlepas dari musik yang kami latih dan pelajari setiap harinya, dan rasa persatuan di sini sangat kuat. Kami semua berusaha untuk tampil menjadi sebuah tim yang terbaik, saling mendukung dan back up satu sama lain. Sungguh, pengalaman yang sangat menyenangkan, memorable dan berharga!,” kata Michelle. (eds)

Article Bottom Ad