IRAVATI SUDIARSO, SANG EMPU PIANO

387

Article Top Ad

 

IRAVATI Mangoenkoesoemo Sudiarso, tokoh musik senior terkemuka dan mahaguru piano yang sangat dihormati, menutup usia pada tanggal 18 Januari 2023 di Jakarta dengan usia 85 tahun.

“Tante Ira” – panggilan dari semua murid-muridnya yang berada di penjuru dunia – merupakan pianis legendaris dan mahaguru piano yang sangat berp eran penting dalam kemajuan pendidikan musik tanah air.

Article Inline Ad

Karakter kuat yang menjunjung tinggi profesionalisme dan idealisme, serta tidak mengenal “negosiasi” untuk mencapai mutu, cita rasa, dan kualitas tertinggi akan sebuah karya seni, menjadi ciri khas beliau dalam mengajar ratusan muridnya selama lebih dari 50 tahun. Penulis sendiri merasa sangat beruntung mendapatkan bimbingan dari beliau pada tahun 1996 sampai tahun 2000 awal, sebuah pengalaman yang tidak terlupakan.

Sebagai penampil piano, tante Ira merupakan ikon musik penting di Indonesia. Penampilannya selalu prima dan penuh energi dalam “berbicara” setiap not yang ada di partitur lagu. Dalam permainan beliau, terlihat sebuah fokus dan konsistensi luar biasa yang memperlihatkan disiplin, ketelitian, jiwa yang sangat matang, dipadukan dengan teknik yang sangat memadai.

Sebagai guru musik, tante Ira berfokus akan membentuk para murid sebagai manusia seutuhnya, bukan hanya menjadi pemain piano. Ajaran beliau yang paling berkesan untuk penulis adalah tentang menghargai dan mencintai musik dengan sepenuh hati dalam integrasinya dengan kehidupan. Pengaruh pengajaran beliau sangat “menular” dimana warisan ini terus diterapkan ke generasi sekarang.

Ratusan murid telah dididik untuk menjadi seorang profesional dengan keseriusan, dedikasi, disiplin, dan etos kerja yang terbaik; yang lebih penting daripada sekedar mengajar adalah tante Ira selalu menunjukkan kepedulian terhadap aktivitas dan kualitas hidup setiap muridnya.

Hal ini sangat bermakna untuk beliau karena mengajar bukan hanya urusan “bisnis,” melainkan ini adalah hubungan pribadi yang mempengaruhi bagaimana murid mengekspresikan musik. “Setiap not adalah penting dan harus menyampaikan sesuatu kepada pendengar.” Begitu yang selalu beliau ingatkan kepada murid-muridnya.

Dedikasi mengajar beliau untuk memajukan pendidikan musik di Indonesia tidak mengenal henti. Jadwal mengajar tante Ira sering kali sampai subuh, bahkan sesi repertoire class diadakan pada hari minggu. Dalam pengajaran, beliau selalu mengingatkan murid-muridnya akan kualitas terpenting dalam bermusik, yaitu kejujuran dan kerendahan hati.

Dunia musik internasional juga menghormati reputasi tante Ira dimana beliau dianugerahkan berbagai macam penghargaan profesional, termasuk: cultural award yang diberikan pemerintah Australia pada tahun 1974; cultural award dari kementerian luar negeri Jepang pada tahun 1979; dan Franz Liszt Memorial Medallion dari pemerintah Hungaria pada tahun 1986.

Kegiatan musik internasional termasuk undangan dari House of Composers Russia pada tahun 1987, ASEAN Youth Music Workshop dari tahun 1983 sampai dengan 1988, dan International Chopin Society pada tahun 1990. Beliau juga menjadi pianis Asia pertama yang tampil bersama New York Philharmonic Orchestra untuk pembukaan Lincoln Center for the Performing Arts.

Lahir pada tanggal 28 September 1937 di Surabaya, tante Ira mengembangkan kecintaannya pada segala jenis musik karena ayahnya, yang juga merupakan kolektor lukisan, sering memaparkan keindahan semua seni, bukan hanya musik. Pendidikan piano formal pertama kali dengan ibunya, Hestia Mangoenkoesoemo, yang kemudian melanjutkan dengan pianis dari Belanda Madlener dan Henk de Strake.

Pada tahun 1949, beliau pindah ke Den Haag, Belanda, belajar dengan Richard Mayer dan Leon Orthel di Konservatorium Koninklijk, Den Haag. Pada tahun 1962, Fullbright menganugerahkan beasiswa penuh untuk melanjutkan studinya ke Peabody Conservatory of Music, Baltimore, Amerika, dibawah bimbingan Mieczyslaw Munz dan Walter Hautzig.
Sepulangnya dari Amerika, tante Ira mengajar di sekolah musik Yayasan Pendidikan Musik sejak tahun 1969; selain itu beliau juga menjadi ketua Dewan Kesenian Jakarta dari tahun 1973-1981, kemudian 1986-1989. Beliau juga mengajar di Institut Kesenian Jakarta dari tahun 1975-1979.

Sang mahaguru Iravati sekarang telah berpulang menghadap Tuhan yang maha Esa, tetapi semua warisan pendidikan dan pengajaran musik, seni, dan budaya tidak akan terlupakan. Tante Ira tidak hanya sekedar mengajar piano, tetapi beliau mengubah murid-muridnya untuk memiliki cara pandang dan sikap yang benar tentang bermusik melalui penghayatan yang jujur dan tulus, yang kemudian membuka gerbang penjelajahan jiwa melihat hidup ini.

Selamat jalan dan selamat beristirahat dalam keabadian kekal bersama dengan Tuhan, Iravati Mangoenkoesomo Sudiarso!

Article Bottom Ad