WOLFGANG AMADEUS MOZART adalah salah satu komposer yang paling berpengaruh, populer, dan produktif yang hidup di periode Klasik. Ia menggubah lebih dari 600 karya musik, seperti simfonia, musik kamar, opera, choral, dan lain-lain. Banyak diantara karya tersebut merupakan karya yang terkenal dan digemari oleh banyak orang.
Tidak dapat dipungkiri bahwa Mozart memang seorang musisi jenial. Mozart memiliki sejumlah faktor yang sifatnya terberi. Seperti: Mozart lahir dalam keluarga musisi di Salzburg – Austria, sejak kanak-kanak sudah memperlihatkan talenta musik yang luar biasa. Tidak hanya itu, sejak usia dini Mozart sudah diajak berkeliling Eropa (Paris, London, Munich, Amsterdam, dan lain-lain) oleh ayahnya sendiri yang sekaligus juga seorang promotor piawi. Ini semua merupakan awal yang baik bagi perkembangan dan prestasi musik Mozart di kehidupan selanjutnya. Dan jadilah Mozart komposer yang produktif dan kreatif.
Kejeniusan di bidang musik penting untuk mencapai keberhasilan. Lingkungan yang kondusif juga berperan. Tidak hanya itu, peran diri sendiri penting dan justru menjadi kunci, bagaimana menyikapi, mengolah, merespons segala situasi atau peristiwa yang dialami, baik peristiwa yang kondusif maupun peristiwa yang sepertinya merintangi, sulit, dan berat. Dan kedua macam peristiwa ini dialami oleh Mozart.
Di balik kejeniusan dan pengalaman awal yang menguntungkan Mozart yang pasti berperan besar terhadap produktivitas Mozart yang luar biasa kreatif itu, ternyata terdapat sisi kehidupan lain yang berat. Mozart secara finansial jungkir balik dan memiliki kehidupan pribadi yang sangat sulit bahkan berat.
Berikut diuraikan sepintas mengenai kehidupan Mozart yang mungkin dapat sedikit memicu munculya insight baru atau inspirasi lebih lanjut pada pembaca, atau semakin meningkatkan semangat ketika mengalami pasang surutnya kehidupan.
1. Melakukan Banyak Perjalanan dan Memiliki Wawasan Luas
Sejak kanak-kanak, Mozart sudah diajak melakukan perjalanan ke Eropa dan perform di berbagai istana di hadapan para raja dan penguasa. Sebelum hari ulang tahunnya yang ke enam, Mozart sudah dibawa oleh Ayahnya ke Munchen untuk memainkan karya Mozart sendiri. Selanjutnya, Mozart dibawa oleh Ayahnya ke Wina, Paris, dan London.
Di setiap tempat Mozart mengadakan konser, diuji oleh para pemain musik terkemuka maupun oleh para raja. Selama perjalanan ini Mozart dihadapkan pada berbagai music styles and forms yang beragam – khususnya musik Italia dan musik Jerman. Mozart juga berjumpa, belajar dan memperoleh pengaruh dari sejumlah komposer besar seperti Johann Christian Bach yang selanjutnya menjadi teman keluarga Mozart di London. Mozart juga diajak oleh ayahnya berkunjung ke Italia ketika berusia 13 tahun. Dibandingkan komposer lain, seperti Bach dan Haydn, Mozart melakukan perjalanan yang banyak dan luas.
2. Mengolah Lebih Lanjut Terhadap Peristiwa yang Dilihat dan Didengar
Karya musik Mozart banyak dipengaruhi oleh berbagai peristiwa yang dijumpai. Wawasan dan insight terhadap berbagai peristiwa / pengalaman yang menarik dan menantang, diolah menjadi karya musiknya sendiri yang khas Mozart.
Terdapat juga sejumlah musisi besar di masa itu kepada siapa Mozart belajar. Dari J.C. Bach, Mozart belajar gaya musik Italia seperti opera Italia, yang menjadi dasar dalam musiknya sendiri sepanjang kariernya, seperti simfoni-simfoni Mozart pertama dan karya-karya keyboard yang diciptakan di London, dan seterusnya.
Sammartini, seorang komponis Italia, banyak berpengaruh terhadap karya simfonia Mozart. Mozart juga belajar kontrapung dari guru komposisi paling terkenal di masa itu yaitu Padre Martini. Diantara setiap kunjungan, Mozart menciptakan banyak karya musik seperti musik gerejawi, simfoni, divertimento, dan lain-lain.
Daniel J. Boorstein, “No other composer so succeeded in marrying Italian homophony with German polyphony to make a European music.” Dengan kata lain, “Tidak ada komposer lain yang begitu sukses dalam menggabungkan homofoni Italia dengan polifoni Jerman untuk menjadi musik Eropa.” Bach bahkan tidak pernah ke Italia dan tidak dihadapkan pada beragam musical styles sebanyak Mozart.
3. Mengetahui apa yang bisa dan yang apa tidak bisa, bertindak sejalan dengan yakin.
Kata Mozart,“I can not write poetically; I am no poet. I can not divide and subdivide my phrases so as to product light and shade; I am no painter. I can not even give expression to my sentiments and thoughts by gestures and pantomime; I am no dancer. But I can do it with tones; I am a musician. … I wish you might live till there is nothing more to said in music.”
Mozart tahu apa yang ia tidak bisa: Mozart tidak cakap untuk menulis secara puitis, tidak bisa melukis, tidak dapat menari. Ia tahu bahwa dirinya bukan seorang pujangga, pelukis, ataupun penari. Namun Mozart tahu ia adalah musisi dan yakin dengan kemampuannya itu yang akan memberi kesan mendalam mengenai musik kepada orang lain. Dan… Mozart maju menurut yang ia bisa (talentanya).
Menyadari siapa diri kita itu penting dan akan membantu kita dalam mengambil keputusan yang lebih baik bagi perkembangan diri kita. Semakin kita mengenali diri kita, semakin baik kita merancang masa depan yang lebih baik, semakin baik dalam membuat keputusan, dalam menjalin relasi dengan orang lain, menemukan kedamaian dan kegembiraan yang otentik, dan mencapai kehidupan yang utuh sebagai pribadi. Kata Socrates seorang filsuf Yunani,”To know thyself is the beginning of wisdom.”
4. Menganggap Kompetitor Sebagai Kawan, Bukan Sebagai Musuh
Mozart dan Salieri saling bersaing. Meskipun demikian Mozart tidak memusuhi Salieri. Terdapat rumor yang menyatakan Salieri dinyatakan iri hati terhadap Mozart dan Salieri telah meracuni Mozart. Meskipun demikian ada yang mengatakan bahwa rumor ini salah.
Keduanya pernah saling mendukung performance masing-masing, setidaknya terdapat relasi yang bersifat mutual respect diantara rekan. Disebutkan juga di salah satu sumber bahwa hingga tahun 1791 (tahun dimana Mozart meninggal dunia), Mozart membawa Salieri ke pertunjukan “The Magic Flute.”
Seseorang selalu dapat belajar dari yang lain. Seorang kompetitor, dapat dianggap sebagai kawan, dimana satu sama lain dapat saling memberikan inspirasi, saling mendukung, saling memberikan semangat, dan maju sesuai individualitas atau jati-dirinya masing-masing.
5. Tidak Takut Menyendiri Di Periode Tertentu
Mozart menemukan bahwa berada sendirian merupakan saat dimana ia memperoleh energi terbaik untuk kreatif. Kata Mozart, “When I am …completely myself, entirely alone… or during the night when I cannot sleep, it is on such occasions that my ideas flow best and most abundantly. When and how these ideas come I don’t know not nor can I force them.” Meskipun Mozart banyak melakukan perjalanan dan tampil di depan publik, ia tahu bahwa karya terbaiknya datang di saat berada sendirian.
6. Memperbaharui Ide, Tidak Berhenti Pada yang Itu-Itu Saja
Seperti sekarang, pada abad 18 di Austria seorang komposer harus bekerja keras agar mendapatkan panggung. Di masa itu persaingan sangat keras sementara peluang tidak banyak. Mozart berusaha keras untuk tidak hanya menghibur para bangsawan atau aristokrat, namun semua kelas sosial. Karya musik yang diciptakannya bernuansa elegan dan simple. Karya concertos Mozart memiliki atmosfer gembira, brilliant, menyenangkan dan mudah dinikmati awam, namun sekaligus juga sulit. Solo piano concerts diadakan di tempat-tempat yang tidak biasa seperti restauran dan gedung apartemen. Mozart biasanya memainkan sendiri piano concertos-nya untuk “memperlihatkan kapasitas penuh dari keyboard-nya” atau mengorganisir orchestra yang lebih kecil. Audiens selalu tertarik datang untuk mendengarkan lagi.
Mozart terus mencipta dan perform untuk menghibur para penggemarnya. Kata Solomon, ”Jarang orang dapat mengadakan pagelaran sebuah konser dalam satu musim.” Mozart memang sangat produktif dan memiliki ide-ide musik yang segar sehingga ia unggul baik dalam hal gubahan musik maupun performance. Mozart juga menyempurnakan music forms yang sudah ada, dan melalui hal ini Mozart menciptakan simfoni, sonata, dan opera dalam capaian artistik yang lebih baik.
Tidak hanya itu. Komposisinya yang diciptakan belakangan terutama menonjolkan ketangkasan sebagai musisi. Kemampuan Mozart untuk mengekspresikan perasaan melalui musik juga mengagumkan. Mozart mengetahui bahwa ia tidak dapat memperoleh profit dari memainkan pieces yang sama dari waktu ke waktu. Itu lagi, itu lagi. Mozart kreatif dalam memperbaharui ide-ide musik yang ada menjadi sesuatu yang baru dan segar. Sikap ini meningkatkan produktivitas Mozart.
7. Memperlakukan Setiap Tugas Sebagai Tantangan yang Menarik
Pekerjaan menggubah musik bukanlah pekerjaan mudah, langsung jadi seperti bermain sulap. Karya musik yang luarbiasa dibangun melalui proses kreatif, yang menuntut sikap telaten, cermat, memperbaiki, berlatih, memperbaiki lagi, dan seterusnya. Mozart tidak selalu dimungkinkan berkreasi sebebas seperti keinginannya. Mozart tidak bisa terlepas dari kaidah-kaidah artistik yang berlaku pada masa itu. Namun, Mozart selalu mampu menciptakan karya musik baru, menarik, dengan nuansa khas Mozart.
Untuk membiayai hidupnya, Mozart secara finansial tergantung pada pihak-pihak yang bersedia membiayai atau memberi dana. Bahkan ada masa-masa tertentu yang sangat sulit dimana Mozart harus melakukan pekerjaan sebagai ghost writter, meskipun Mozart adalah musisi besar dengan rasa bangga yang tinggi. Mozart menyikapi setiap tugas sebagai tantangan yang menarik, dikerjakan dengan antusias dan penuh dedikasi.
Dalam keseharian, Mozart bangun pagi pukul 6.00, menggubah musik selama beberapa jam, kemudian memberikan pelajaran musik. Setelah makan siang, Mozart kembali menggubah musik sampai pukul 5.00 sore dan seringkali bekerja hingga pagi hari (hanya tidur selama 2 hingga 6 jam di malam hari).
8. Tidak Putus Asa atau Patah Semangat Dalam Menghadapi Kesulitan Hidup
Sejak kanak-kanak hingga akhir hayatnya, kehidupan Mozart dipenuhi dengan situasi yang berat secara psikologis maupun fisik. Contoh situasi-situasi yang sulit itu misalnya: relasi dengan Ayah yang sangat dominan dan cenderung memanipulasi bakat Mozart sejak kecil. Selain itu, fisik Mozart rapuh dan sejak kecil banyak menderita penyakit seperti penyakit cacar yang meninggalkan bekas pada wajahnya seumur hidup, radang amandel yang sering kambuh, serta gagal ginjal kronis. Di usia 22 tahun Mozart sudah kehilangan Ibunya. Istrinya Constanze sering sakit dan Mozart kehilangan empat dari enam anaknya. Di tahun-tahun terakhir masa hidupnya, Mozart terlilit hutang yang parah.
Semua ini turut berkontribusi terhadap kondisi mentalnya. Meskipun berada dalam situasi yang sangat sulit dan berat seperti itu, Mozart tetap dapat menuliskan repertoire musik yang sangat luar biasa dalam jumlah besar. Disamping itu, meskipun kesehatannya menurun, hidup miskin, dan terlilit hutang dalam jumlah besar, ia tetap menciptakan karya musik hingga akhir hidupnya.
Requiem in D minor K.626 merupakan salah satu karya terbesar Mozart yang diciptakan di tempat tidur menjelang akhir hayatnya. Meskipun berada dalam kondisi sangat sakit, Mozart masih memiliki semangat tinggi untuk menyelesaikannya. Sayang, pada akhirnya Mozart tidak berhasil menyelesaikannya sampai final karena Mozart sudah terlanjut meninggal (dan akhirnya diselesaikan oleh muridnya yang bernama Franz Xaver Sussmayr). Meskipun demikian mungkin dapat dikatakan karya ini merupakan sintesa sekaligus ekspresi musikal dari seluruh pengalaman hidup Mozart sampai titik akhir hayatnya.
Itulah Mozart – seorang komposer besar yang kreatif – jenial dan sangat produktif. Komposer besar seperti Mozart merupakan perpaduan dari talenta yang ekstrim, antusiasme yang terus mendesak, serta kegigihan. Ternyata, di balik hal-hal positif yang dialami oleh Mozart sebagai seorang komposer yang sangat cemerlang, Mozart mengalami banyak masa-masa sulit dalam kehidupannya. Meskipun demikian, Mozart tetap kreatif, berinovasi, gigih.
Kepribadian Mozart jauh dari sikap hidup yang mudah patah semangat, berhenti berusaha, atau kalaupun berusaha separo-separo atau sering stop-stop, pesimisme. Mozart mampu menunda kepuasan – tidak terburu-buru memperoleh hasil. Mozart tetap kreatif, berinovasi dalam situasi hidup yang mungkin “rusuh.” Dan… diantara semua penderitaan dan beban kerja yang sangat besar, Mozart tetap bergaul secara luas dengan banyak kalangan, memiliki selera humor yang hidup dan kelompok sosial yang luas. Ia senang tampil dan tidak menghabiskan waktunya untuk bertapa menyendiri. Mozart menjalani hidup ini secara kreatif – produktif – musikal dengan segala situasi yang tidak lepas dari jatuh bangun. (Benedictine W, dari berbagai sumber)