James Napoleon Lai
lihat permainan James di Staccato Magazine Channel
KEBERHASILAN James Napoleon Lai di arena “Indonesia Steinway Youth Piano Competition” (ISYPC) 2020, seolah mencairkan kebekuan pianis-pianis Medan di ajang kompetisi piano dua tahunan itu. Khususnya di kategori Talentum C.
Betapa tidak? Sejak kompetisi pertama yang diselenggarakan House of Piano dan PT. Citra Intirama sebagai distributor piano Steinway untuk Indonesia ini pada tahun 2012, prestasi pianis-pianis Medan boleh dibilang “berhenti” di Grand Final. Khususnya di kategori yang memang paling ketat persaingannya, Talentum C.
Dalam empat kali penyelenggaraan, Surabaya dan Jakarta berbagi angka imbang. Masing-masing menempatkan dua pianisnya mewakili Indonesia dia ajang final regional Asia Fasifik, meskipun belum berhasil menembus ke Jerman. Tahun 2012 misalnya, diwakili Jennifer Chrysantha (Surabaya) , lalu tahunh 2014 diwakili Teofilia Onggowinoto (Jakarta), tahun 2016 diwakili Caitlin Aurelia Wiranata (Jakarta) dan tahun 2018 diwakili Pieter Gunawan (Surabaya). Baru pada penyelenggaraan kelima tahun 2020 ini, Indonesia diwakili pianis Medan, James Napoleon Lai.
Siapa James Napoleon Lai? Sosok flamboyan ini ternyata putera sulung dari guru piano di Medan yang tidak asing lagi, Ms. Holly Hester. Tak mengherankan jika sejak kecil, James sudah diperkenalkan piano oleh mamanya. Bahkan guru pertama James dalam mamanya sendiri. “Saya mulai belajar piano pada usia lima tahun di bawah asuhan mama,” kata James.
Selain memang memiliki bakat musik, James tumbuh dan berkembang di lingkungan yang tepat: keluarga besar dari mama dan papanya adalah keluarga pecinta musik klasik. Tak mengherankan jika musik klasik adalah makanan sehari-hari James.
Kelahiran Medan 26 September 2006 ini tahun 2015 mendapat juara 2 di Asia Music International Competition di Hualien Taiwan. Setahun kemudian, James meraih Juara 3 Indonesia Steinway Youth Piano Competition (Talentum A) di Jakarta. Ia juga meraih Juara 2 pada Osaka International Music Competition. Pada tahun 2018, ia meraih Juara 2 Indonesia Steinway Youth Piano Competition (Talentum B) di Jakarta dan pada tahun yang sama juga mendapatkan Penghargaan the Most Outstanding Platinum Award in 7th Singapore Performers’ Festival & Chamber Music Competition 2018 di Singapura.
James dianugerahi Beasiswa Studi Musik Dakademy. Pada tahun 2020 Juara 1 La Pianista Piano Competition, Juara 1 UCSI University International Piano Festival & Competition dan mendapat Beasiswa WELLS Cathedral Scholl United Kingdom. Tahun ini sukses meraih Juara 1 Indonesia Steinway Youth Piano Competition 2020 kategori Talentum C.
Penggemar bulu tangkis, catur Tiongkok, dan renang ini sekarang duduk di kelas 3 SMP. Bercita-cita menjadi pianis dan juga pengusaha. Untuk itu selepas SMA nanti ia berniat memperdalam pianonya di luar negeri, sekaligus kuliah di bidang ekonomi. “Namun sebelum itu terlaksana saya ingin memperkuat dulu pondasi musik saya disini, belajar dengan pianis-pianis hebat,” katanya.
Mengomentari kemenagannya di ISYPC 2020, James beryukur bisa melewati momen terberat sepanjang dia mengikuti kompetisi. “Saya akui kompetisi ini sangat berat karena harus membawakan banyak lagu dengan genre yang berbeda. Tentu bukan hanya harus menguasai teknik pianistik yang berbeda, tetapi juga interpretasi yang berbeda,” kata James.
Untuk itu dia tidak hanya belajar teknik, tetapi juga mencari sumber-sumber bacaan, study sejarah latar belakang lagu-lagu yang dimainkan. “Tetapi saya sangat senang karena ternyata dengan tantangan yang berat ini, saya jadi lebih banyak tahu bahwa sebuah lagu itu tidak bisa hanya dilihat dari satu sisi saja,” kata James.
Mengenai final yang terpaksa harus secara virtual karena pandemi Covid 19, James dapat memaklumi, karena memang tidak ada pilihan lain. Meskipun memang ada aura dan nuansa yang hilang dibanding dengan pertunjukan offline, James menemukan tantangan baru tampil secara online. “Ini pengalaman baru buat saya. Kalau kompetisi offline, suasana yang live itu memberi semangat kepada saya sebagai performer. Di kompetisi online saya berhadapan dengan kamera hahaha…. Berat tantangannya,” kata James.
Atas kemenangannya ini ia berterimakasih kepada kedua orangtua dan guru-gurunya. “Tanpa mereka, saya tidak akan seperti ini,” kata James tersenyum. (eds)