BAYANGKAN, Anda dianugerahi kemampuan magic menjadikan siswa-siswa Anda menjadi sosok yang berkualitas dan mandiri, hanya dengan menyebut sebuah permintaan. Jika saja itu terwujud, kualitas skill seperti apa yang akan Anda pilih untuk diwujudkan bagi siswa-siswa Anda?
Ketika ‘khayalan’ ini dipaparkan di hadapan guru musik, dan seandainya mereka benar-benar diberi kekesempatan langka seperti itu, apa yang akan mereka minta? Ternyata jawaban para guru musik beragam, namun diperoleh tiga harapan terbesar dari semuanya. Yakni peringkat teratas, sebagian besar mereka mengharapkan siswa mereka memiliki kemampuan konsentrasi yang tinggi. Harapan kedua terbanyak adalah memiliki siswa yang disipilin atau berperilaku positif terhadap tugas yang diberikan kepadanya. Sedangkan yang ketiga, adalah mengharap siswa-siswa mereka memiliki skill yang akurat dalam mengapresiasi musik.
Pada saat mempertimbangkan kualitas siswa yang sangat diharapkan para guru, kemudian membandingkannya dengan kemampuan rata-rata siswa yang berusia tujuh tahun atau berusia kurang dari itu, muncullan sebuah persoalan yang teramat jelas. Yakni terdapat ketidaksinkronan antara kualitas skill yang diimpikan para guru dengan kemampuan lahiriah rata-rata yang dimiliki oleh anak-anak usia tujuh tahun ke bawah pada umumnya.
Faktanya, apabila kita mau berpikir dengan akal sehat, harapan-harapan itu justru sangat bertolak belakang dengan kemampuan lahiriah yang dimiliki anak-anak seusia itu. Guru mungkin akan membutuhkan lebih banyak target untuk didiskripsikannya bagi para siswa pemulanya. Lalu, bagaimana caranya agar guru yang mengajar musik pada siswa kanak-kanak dapat memperoleh kualitas mendasar melalui latihan yang efektif, namun tidak seperti mengajar anak-anak?
Frances Clark, pedagong terkenal, menyakini bahwa segala sesuatu yang kita ajarkan pada siswa-siswa kita dapat diorganisasikan ke dalam tiga subjek. Yakni, kemampuan bermain musik, teknik, dan pola kebiasaan latihan. Meski terdengar sederhana dan mungkin sering kita dengar, namun tidak mudah dalam pelaksanaannya, apalagi mewujudkan ketiga subyek itu.
Gagasan itu juga tidak menjelaskan secara detail kepada kita sesuatu yang spesifik tentang bagaimana menanamkan kebiasaan berlatih kepada siswa, bagaimana siswa harus berlatih atau apa yang harus mereka latih. Gagasan Frances juga tidak menjabarkan prosesnya, bagian-bagiannya maupun pedagoginya. Padahal apapun itu yang harusnya dikerjakan, adalah sesuatu yang sangat penting. “Menanamkan kebiasaan berlatih pada siswa, sama pentingnya dengan bagaimana menguasai teknik maupun musicianship,” kata Ted Cooper, guru piano dan seorang komposer yang tergabung di Piano Faculty of The Levine School of Music, di Washington, D.C.
Mengajarkan siswa sebuah cara latihan yang efektif, merupakan bagian integral dalam proses belajar, dan merupakan strategi penting bagi guru dan siswa dalam meraih hasil yang maksimal. Adalah tugas guru untuk selalu menemukan cara dan metoda latihan yang efektif kepada tiap siswanya.
BEBERAPA LANGKAH
Ada beberapa langkah yang menjadi bahan observasi dalam rangka mengajarkan kebiasaan latihan yang. Yang pertama adalah, mengajarkan bagaimana melatih hal-hal yang menjadi pokok perhatian dalam setiap materi pelajaran sejak awal melalui praktik.
Perlu diketahui bahwa, siswa-siswa pemula belum memiliki kemandirian. Mereka membutuhkan praktik langsung daripada sekadar memberikan penjelasan-penjelasan yang bersifat aural. “Bagian terbesar dari keberhasilan kita dalam mengajarkan teknik dan musicianship pada siswa-siswa beginner adalah dengan mempraktikannya sejak dari awal pelajaran,” kata Ted Cooper.
Mengapa? Sebab, lanjut Cooper, ketika mereka belum memiliki kemandirian, di saat yang sama mereka mempunyai kepekaan dan kesadaran yang baik untuk menerima dan merespon sesuatu yang baru. Dalam hal ini hindari penggunaan perintah atau arahan-arahan yang bersifat umum, ‘misalnya Anda mengatakan, “Berikut ini adalah bagaimana caranya bermain musik, khususnya piano..”. Pernyataan semacam ini lebih sulit bila dipergunakan untuk meyakinkan siswa bahwa sebuah gagasan sebenarnya sangat penting, bila hal tersebut tidak dipraktikan dan siswa diajak merasakan secara konkrit bagaimana bentuknya. “Apabila kita mengajarkan tentang bagaimana cara berlatih adalah dasar untuk meraih kesuksesan siswa-siswa kita, maka itu juga harus ditanamkan pada mereka sejak pertama kali belajar,” kata Ted Cooper.
Kedua, menemukan dan mengajarkan hal-hal penting dari beberapa gagasan yang tidak terlalu luas dan cukup fleksibel untuk mengabungkan seluruh elemen yang ada di dalamnya. Gagasan medasar yang pertama kali diajarkan pada siswa pemula tentang apa yang mereka kerjakan sebelum memainkan sebuah karya, akan ikut menentukan bila penampilan pertamanya dapat sesempurna mungkin. Ini adalah gagasan yang sederhana, dan dalam menghadapi materi pelajaran pertamanya bisa memberikan pengaruh yang cukup penting bagi siswa.
Dalam hal ini guru ibarat menanamkan sebuah benih yang dapat tumbuh ke dalam sebuah kebiasaan hidup yang panjang, yang nantinya dapat berguna bagi mereka dalam mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapinya selama belajar piano. Contoh sederhana dalam hal ini misalnya soal irama. Siswa-siswa pemula sangat berpeluang melakukan kesalahan hitungan dalam memainkan sebuah lagu. Setelah guru memberikan penjelasan di awal tentang rhythm, sebaiknya guru memperkenalkan bagaimana cara memainkan dan kemudian melatihnya.
Pada tahap ini guru dapat mengadopsi alur praktik sebagai berikut: rhythm, beberapa interval dan pergerakan. Jika siswa sudah lebih familiar dengan langkah-langkah pada aspek ketiga ini kedalam sebuah karya sebelum mereka memainkannya, maka pada penampilan pertamanya akan lebih baik dan mudah bagi mereka. Tidak menutup kemungkinan mereka tampil ekeselen.
Ketiga, mengajak siswa untuk meng- eksplor bagian-bagian tertentu pada repertori. Pada saat membaca dan mempraktikan konsep-konsep yang baru diperkenalkan, guru pada umumnya mengeksplor subjek pertama lepas dari repertori, kemudian setelah siswa memiliki pengalaman dan latihan yang cukup, guru memperkenalkan musik dengan mempergunakan konsep-konsep yang sama. Dengan langkah-langkah ini siswa dihidupkan pengalamannya dalam memahami sebuah karya sebelum mereka menghadapi atau bertemu dengan notasi-notasi yang lebih abstrak lagi.
Guru pada umumnya mengajar latihan melalui dengan pemecahan persoalan yang ditemui secara spesifik dalam bagian dari karya yang spesifik pula. Penjelasan guru harus spesifik, karena hal ini sangat penting untuk memahami konsep-konsep tersebut dalam jangka panjang tentang latihan yang dipadukandengan bagaimana memperbaiki sebuah kesalahan dalam sebuah penggalan lagu.
Tidak dipungkiri ini sangat sulit diterapkan pada seorang anak untuk melihat dasar-dasar yang lebih luas dalam tugasnya ketika mengaplikasikannya sespesifik mungkin. Ketika menggali prinsip-prinsip yang lebih besar perlu disampaikan dalam bentuk membetulkan sebuah permasalahan yang sederhana.
Bagaimana guru seharusnya mengajarkan tentang ‘mengajarkan sebuah lagu?’ . Salah satu strategi yang sangat membantu adalah dengan mengajarkan keakuratan dan kesempurnaan apresiasi, yang merupakan bagian dari musik yang harus mereka pelajari. Guru jangan hanya berharap para siswa dapat berlatih dengan baik jika mereka tidak memiliki pengenalan yang baik dalam seluruh komponen repertori mereka.
Sehingga, salah satu pekerjaan terpenting ketika melatih kebiasaan latihan adalah mengajarkan apa itu kesempurnaan dalam membaca, teknik dan rhythm. Apabila siswa dapat memahami apa yang dimaksud dengan kesempurnaan dalam seluruh kemampuan yang dimiliki oleh individu dalam latihan, mereka akan mampu berlatih dengan tingkat keberhasilan dan keakuratan yang lebih baik lagi.
Yang keempat, guru harus konsisten mencurahkan waktu untuk menjelaskan subjek dalam sebuah pelajaran. Siswa pemula pada umumnya membuat kemajuan terus menerus dalam perkembangan kemampuan teknik dan musikalnya, dalam bagian yang lebih besar. Karena, guru tidak hanya memerintahkan untuk mengerjakan itu pada awal pelajaran, melainkan guru senantiasa mengingatkannya secara konsisten dalam setiap pelajaran. Guru harus tekun dan harus selalu subtansial. Guru secara terus menerus memperkuat dan memperluas pemahaman siswa terhadap subjek-subjek tertentu yang menjadi subyek latihan.
Jika perkembangan kebiasaan dalam latihan adalah sebuah bagian penting dari pengajaran kita, maka guru harus berharap untuk menggunakan waktu pengajaran hingga akhir. Perbaikan terhadap kebiasaan latihan harus sebuah bagian dari setiap pelajaran yang guru ajarkan. Pada akhirnya, ujar Ted Coper, latihan bukanlah sesuatu yang dapat dijelaskan oleh guru hanya dengan kata-kata belaka. Namun, harus menjadi sebuah subjek harus dikerjakan bersama-sama dengan siswa, jika mereka menginginkan kemajuan dalam latihan tentang bagaimana bermain dan mengerjakan tugas secara mandiri. (dini)