Menjaring Siswa

61

Article Top Ad

APAPUN misi seseorang mengajar musik, atau mengelola sekolah musik, selalu ada dorongan untuk menambah jumlah siswa. Ada dua kecenderungan dalam hal ini: mereka yang defensif dan lebih mengandalkan promosi dari mulut ke mulut, dan mereka yang ofensif, bergerak cepat dan kreatif dengan mengerahkan segala upaya untuk merebut pasar sebanyak-banyaknya.

Seperti apakah cara Anda menjaring lebih banyak siswa? Apapun bentuk, strategi, dan cara seseorang atau sekolah musik mendapatkan siswa sebanyak mungkin, semuanya berangkat pada pertanyaan mendasar yang sangat penting tapi juga krusial. Yakni, bagaimana menggali motivasi anak-anak usia emas (golden age) agar tertarik untuk belajar musik?

Dari pertanyaan itulah semuanya bergerak. Dan atas dasar pertanyaan itu pula, para guru dan pengelola musik berkreasi membuat berbagai strategi dan aksi, dengan sasaran merangkul sebanyak mungkin anak-anak usia emas ke dalam sekolah musiknya. Mengapa semua strategi dan aksi itu harus berangkat dari pertanyaan di atas? Jawabnya sederhana, karena sebagian besar anak-anak Indonesia tidak tumbuh di sebuah lingkungan keluarga yang dekat dengan musik! Ini berbeda dengan negara-negara dimana music merupakan “budaya” mereka sehari-hari. Tanpa memerlukan dorongan yang terlalu besar, anak-anak yang tumbuh dan berkembang dalam sebuah “lingkungan musik”, mempunyai peluang besar untuk mencintai musik. Tinggal kemudian, bagaimana pihak orang tua yang menyediakan sarana dan prasarana.

Article Inline Ad

Dengan sedikit stimulus dari orang tua, tidak sulit mengajak anak bergabung dalam sebuah sekolah musik. Dan tentunya pihak sekolah musik pun tidak perlu bersusah payah berusaha menjaring para calon siswanya. Merekalah yang akan berduyun-duyun mencarinya, karena mereka memiliki kesadaran pentingnya musik dan sangat membutuhkannya.

Akan tetapi, bagaimana bila kondisinya tidak seperti itu? Seperti disebut di atas, bahwa kondisi anak-anak di Indonesia sebagian besar tidak hidup di lingkungan musik yang ideal. Dan yang pasti, kemungkinan besar para orang tuanya pun tidak terlalu perduli akan hal-hal tersebut. Mereka tidak akan begitu gigih mendorong anak-anaknya untuk belajar musik. Apalagi mendaftarkannya pada sebuah sekolah musik, kecuali bila kemungkinan si anak benar-benar memperlihatkan bakatnya yang luar biasa pada musik.

Kalau pun ada beberapa keluarga memiliki kesadaran tinggi tentang betapa pentingnya musik yang tidak hanya bagi perkembangan anak tetapi juga masa depan depan mereka, belum tentu juga anaknya bersedia bergabung dalam sebuah sekolah musik, meskipun ia berasal dari sebuah keluarga yang mendorongnya penuh. Inilah gambaran sesungguhnya yang ada di Indonesia yang sebenarnya juga disadari oleh mereka yang berkecimpung dalam pendidikan musik. Jumlah anak-anak yang tumbuh dalam keluarga yang mengenal musik, dalam arti benar-benar mencintai musik, lebih sedikit dibandingkan dengan lainnya.

Pertanyaannya adalah, apa yang harus dilakukan para pengajar musik dan pengelola sekolah musik? Bila semua pengajar dan sekolah musik hanya bersikap pasrah, pasif dan hanya berdiam diri dengan kondisi nyata seperti ini, sudah tentu tidak akan banyak siswa yang diperolehnya untuk bergabung dengan sekolah musiknya, karena pangsa pasar mereka jelas sangat terbatas Tetapi bila sebuah sekolah musik jeli melihat fenomena ini sebagai sebuah tantangan, maka ia akan mencoba berbuat sesuatu untuk merubah kondisi ini.

Pada titik itulah, serangkaian strategi dan aksi dilakukan. “Dan bila Anda termasuk orang yang patif, Anda akan melihat banyak hal yang bisa Anda lakukan untuk bagaimana mengajak anak-anak dan orangtuanya tertarik dengan musik, dan kemudian bergabung dengan sekolah musik Anda,” kata Nancy Ostromecky, pengajar musik yang juga konsultan sekolah musik di California, Amerika Serikat.

Nancy menjabarkan berbagai strategi dan aksi yang bisa dilakukan pengajar maupun pengelola musik untuk menjaring sebanyak mungkin siswa-siswa baru. “Hal penting yang pertama kali perlu Anda sadari adalah, bahwa Anda membutuhkan murid untuk bisa mengajar, Anda membutuhkan sebanyak mungkin siswa untuk bisa menggerakkan sekolah musik Anda. Ini berarti Anda harus mencari konsumen. Singkatnya, Anda harus menjual produk dan jasa yang Anda tawarkan, Anda harus berpromosi,” kata Nancy.

Meski demikian, lanjut Nancy, produk yang ditawarkan pengajar musik atau pengelola sekolah musik, bukan seperti menawarkan barang-barang konsumsi. Oleh karena itu, diperlukan strategi dan aksi sedemikian rupa, mengingat karakteristik produk yang ditawarkan. “Sasaran kita bukan hanya untuk mereka-mereka yang sudah mengerti musik. Itu pangsa pasar yang sangat sedikit. Pangsa pasar Anda adalah mereka mereka yang belum mengenal musik, dan itu jumlahnya sangat besar. Oleh karena itu, semua strategi dan aksi harus berangkat dari konsep ‘bagaimana memperkenalkan musik pada mereka yang awam’,” kata Nancy,

Selain itu, Nancy mengungkapkan bahwa ada kalanya meskipun orangtua telah memperlihatkan tanda-tanda ketertaikannya pada musik, dan mengharapkan anak-anaknya dapat belajar musik, tetapi tidak serta merta diikuti respon antusias dari anak-anaknya. Apapun kondisi dan situasinya, menurut Nancy, jangan berharap bahwa ketertarikan itu muncul dengan sendirinya tanpa sebuah stimulus yang mengawalinya. Salah besar jika guru sekolah musik hanya berdiam diri, mengandalkan nama besar, sambil berharap orang akan datang dengan sendirinya.

Sepuluh atau duapuluh tahun yang lalu, kata Nancy, kita mungkin bisa berharap seperti itu. Tapi sekarang, semua telah berubah dan setiap orang dituntut untuk me-reposisi dirinya di tengah perubahan yang begitu cepat. Bila tidak, Anda akan tertinggal. “Anda akan rugi besar bila hanya menunggu datangnya seorang murid yang potensial datang menghampiri Anda. Padahal, peluang Anda masih jauh lebih besar lagi untuk memikat anak-anak lainnya yang berpotensi namun belum tersentuh,” kata Nancy.

Membuka Wawasan
Apa yang harus dilakukan untuk menarik sebanyak mungkin siswa ke sekolah musik Anda? “Anda bisa memulainya dengan membuka wawasan berpikir mereka yang awam bahwa ternyata banyak manfaat lainnya yang dapat diperoleh dari bermain musik dari pada apa yang mereka pikirkan sebelumnya,” kata Nancy.

Dalam hal ini, banyak hal bisa dilakukan. Misalnya dengan mengadakan berbagai aktifitas yang tidak terbatas pada komunitas sekolah musik saja. Tetapi lebih membuka diri terhadap lingkungan yang lebih luas. Aktivitas seperti ini sebenarnya tidak hanya bermanfaat bagi para siswa untuk berani tampil dihadapan umum, tetapi juga bermanfaat untuk membuka wawasan dan minat masyarakat pada umumnya terhadap musik, sekaligus juga memberi keuntungan yang tidak kalah besarnya bagi sekolah musik itu sendiri untuk menjaring siswa lebih banyak. Apalagi dewasa ini jumlah sekolah musik semakin banyak, tentu saja persaingan di antara sekolah musik pun semakin ketat.

Kegiatan musik yang bersifat terbuka, secara langsung maupun tidak langsung akan memberi keuntungan besar bagi berbagai pihak. Misalnya, masyarakat umum yang semula tidak berminat akan tertarik pada musik. Bagi para siswa dan sekolah musik aktivitas itu dapat dipergunakan sebagai kesempatan media aktualisasi diri dari siswa dan sekolah musik bersangkuatan. Selain itu juga merupakan ajang promosi bagi sekolah musik tersebut, dan media promosi pula bagi perusahaan pendukung kegiatan tersebut sebagai ajang memperkenalkan produk mereka.

Masih banyak pendekatan lainnya yang dapat dilakukan sekolah musik untuk memperluas pasarnya, namun dalam pembahasan kali ini lebih ditekankan pada bagaimana membantu sekolah musik menggali ide-ide kreatifnya yang baru, maupun meluruskan pemahaman terhadap kedudukan sekolah musik sebagai lembaga musik. Salah satu efektivitas yang dapat diperoleh melalui kegiatan terbuka, menurut Nancy, adalah bertambahnya siswa baru. Sebab musik yang dinikmati melalui media elektronik, seperti radio, tape ataupun televisi jelas memiliki nuansa yang berbeda dengan musik yang dinikmati secara langsung.

Hal ini membuka peluang sekolah musik untuk membuka minat masyarakat setelah menyaksikan sendiri secara langsung pagelaran musik itu. Selain itu acara-acara semacam ini secara tidak langsung berhasil ‘memaksa’ mengundang ‘masyarakat awam’ secara halus untuk masuk dan melihat secara langsung kedalam sebuah aktifitas musik, yang barangkali selama ini tidak menarik perhatian mereka.

Pada saat yang bersamaan mereka juga dapat bertemu dengan guru-guru musik sekolah musik bersangkutan, serta menyaksikan sendiri bagaimana guru-guru sekolah musik tersebut menangani para siswanya. (Dien)

Article Bottom Ad