Bagi Mth. Sari Herajani, menjadi guru piano berarti berupaya menciptakan rasa hormat dan keinginan terhadap pengalaman musik, mengajar orang untuk bereaksi positif, mendengarkan secara responsif, dan berpartisipasi dalam cara yang peka terhadap musik dengan memberikan berbagai pengalaman musik. Guru yang baik adalah teman bagi murid, dalam cinta dan olah rasa. Berikut perbincangan dengan guru
piano yang tinggal di Magelang ini
Bagaimana masa kecil Anda dan bagaimana Anda terhubung dengan musik? Siapakah yang berperan mengenalkan Anda ke musik?
Masa kecil saya layaknya seperti anak-anak seumuran pada masanya. Pulang sekolah, mengerjakan PR, lalu pergi bermain. Tanpa sengaja, di rumah salah satu teman bermain mempunyai alat musik “organ”. Jadilah salah satu permainan favorit saya itu. Saya menjadi muridnya dan teman menjadi gurunya, Ceritanya, menjadi guru-guruan. Senang sekali bisa memainkan tuts-tutsnya, walau hanya mengenal “do, re, mi, fa, sol” dan beberapa akor saja. Singkat cerita, di sekolah saya mengikuti kegiatan paduan suara/koor dan salah satu pengiring/organisnya adalah teman sekelas. Saat itu saya hanya bisa berangan-angan. “Kapan aku bisa seperti temanku itu ya?” Keinginan ini mulai terwujud dua tahun kemudian saat sekolah musik tempat kakak saya mengajar mengadakan “Konser Musik”, saya datang menonton. Kakak mengajar gitar disitu. Rupanya si kakak menangkap keinginanku lalu menawari untuk mengikuti kursus. Wah, senang sekali dan saya memilih “Electone” yang saat itu electone sedang nge-trend. Karena belum punya alat sendiri di rumah, setiap ada kesempatan saya menyempatkan berlatih di tempat kursus. Sampai suatu saat, nenek memberi hadiah “Electone”. Wow…Jadi, kakak saya yang berperan dan mengenalkanku ke jalur musik.
Lalu?
Saya memulai kursus musik saat duduk di bangku kelas 6 SD tahun 1986, dengan mengikuti kelas Electone di SM Yamaha, Magelang. Satu tahun kemudian, melanjutkan kursus di SM Yamaha yang ada di Kota Yogyakarta dibawah instruktur Dr. Fransiska tahun 1987 sampai 1991. Di rentang tahun tersebut, saya mendapat banyak kesempatan dan pengalaman dengan mengikuti konser-konser musik dan “Festival Electone” yang diadakan oleh Yayasan Musik Indonesia (Yamaha), baik di tingkat sekolah musik, tingkat wilayah, maupun tingkat nasional dan beberapa kesempatan berhasil menyabet juara. Lewat acara-acara ini saya mendapat kesempatan berlatih di bawah bimbingan Bapak Tamam Hoesen, Bapak Yazeed Djamin, Mr. Watanabe. Selain acara konser dan festival, saya juga mengikuti ujian-ujian kenaikan grade dan kesempatan mengikuti seminar-seminar. Selain belajar “Electone”, saya juga melanjutkan untuk belajar piano dengan Ibu Eritha Sitorus di YMI (Yamaha).
Sejak kapan mengajar dan apa yang memotivasi Anda menjadi guru piano?
Saya mulai mengajar musik sejak di bangku SMA Kelas 3 tahun 1992. Saat itu ada tawaran menjadi asisten di kursus musik milik Ibu Widati Sandjaya di Magelang. Disitu saya mengajar Electone. Selepas SMA, saya memutuskan untuk bergabung sebagai salah satu guru di Sekolah Musik Yamaha di tempat saya mengikuti kursus, kebetulan ada tawaran menjadi staf pengajar di Yogyakarta. Sejak mengenal dan mengikuti kursus, saya memang berminat ingin lebih serius di jalur musik dan menjadi pengajar di sana. Pastilah yang memotivasi untuk lebih memantapkan adalah kakak, guru-guru pembimbing saya, dan tentu saja motivasi terkuat dan kemauan besar dari diri sendiri.
Bagaimana Anda membangun tempat kursus musik hingga menjadi seperti saat ini?
Memulai menjadi staf pengajar di tempat kursus asuhan Ibu Widati Sandjaya yakni Gracia, Magelang dan Sekolah Musik New Lyra, Yamaha Yogyakarta tahun 1992 – 2002. Sekitar 10 tahun menjadi asisten, karena suatu hal dan banyak pertimbangan, saya memutuskan menjadi guru musik private door to door, saya mengajar di Magelang dan Muntilan, hingga bisa mengajar secara mandiri di rumah sampai saat ini. Pernah juga bekerja sama mendirikan kursus musik tapi tak berlangsung lama, sekitar dua tahun saja karena berbagai kendala dan kesibukan masing-masing.
Apa suka dan duka Anda sebagai guru piano?
Tentunya pengalaman suka dan duka itu berjalan beriringan, tetapi banyak sukanya sich. Karena mengajar piano menjadi passionku, jadi menghadapi suka dan duka ya enjoy aja. Mengajar piano, membuat seseorang dari tidak bisa sampai bisa memainkan lagu itu merupakan kebahagiaan tersendiri sebagai guru apalagi saat melihat mereka bisa menjadi berkat dan bermanfaat untuk orang lain. Dukanya, saat kita sudah memberi yang terbaik dan maksimal untuk mereka, tetapi kerja keras kita tidak lagi dihargai.
Problem apa saja yang Anda hadapi sebagai guru piano, khususnya dalam kerjasama antara guru, siswa, dan orang tua?
Menjadi hal yang memprihatinkan dan menjadi beban tersendiri saat orang tua intervensi berlebih dalam pemberian materi piano atau hal-hal lain yang berkaitan dengan kegiatan musik, contoh: “Miss, kapan ya anakku bisa perform sebagus si ‘A’?”, padahal anaknya sendiri malas latihan dan orangtuanya type yang pasrah, tahunya anaknya pasti bagus. Ada lagi, “Udah bayar mahal kok hasilnya begitu-begitu aja?”. Ini jenis orangtua yang itung-itungan hehehe…Ada juga yang ngancam anaknya,”Awas kamu ya kalo mainnya jelek, malu-maluin”, sambil pasang muka marah dan seram. Yang terjadi di stage, saat anak melakukan kesalahan dan orang tua memarahi tanpa mencari hal apa yang menjadi penyebabnya. Sebagau guru, sedih melihatnya. Sepatutnya orang tua tetaplah memberi pujian dan kata-kata yang tidak menjadikan si anak patah semangat. Kadang pula kompetisi menjadi sarana ambisi orang tua. Ingat, anak bukan “robot”. Atau juga sebaliknya orang tua merasa anaknya sudah pintar karena memenangkan beberapa kompetisi dan merasa tidak lagi butuh gurunya atau merasa tidak percaya lagi dengan bimbingan gurunya. Kalau problem dari murid itu sendiri biasanya soal waktu. Anak-anak sekarang sudah kehabisan waktu untuk berlatih dikarenakan banyak kegiatan yang mesti diikuti. Biasanya, akan saya komunikasikan dengan orang tua maupun si anak sendiri.
Bagaimana Anda menghadapi orang tua seperti itu?
Saya akan melihat kondisi dan kemampuan dari anak itu sendiri, sejauh apa si anak bisa diajak berproses, dengan cara apa, dan bagaimana. Mengajak anak berkomunikasi dan berdiskusi, juga berdialog lebih dalam, ini penting sekali. Sejauh apa yang dirasakan selama menerima dan berproses dalam pembelajaran piano, kesulitan-kesulitan apa yang ditemui, hal-hal apa yang ingin dicapai, dan itu akan saya sampaikan kepada orang tua. Membangun relasi dan komunikasi antara guru, murid, dan orang tua ini harus dilakukan. Saya akan tekankan dan bersikap tegas tetapi rileks dalam bekerja sama dengan orang tua, dengan poin utama tetap “anak” itu sendiri.
Seperti apa seharusnya peran orang tua siswa dalam proses belajar musik anak-anaknya?
Dukungan berupa perhatian orang tua siswa sangat berperan dalam berproses belajar-mengajar. Komunikasi antara orang tua dengan guru juga sangat diperlukan sehingga perkembangan proses belajar juga terpantau orang tua. Belajar musik bukan hanya transfer knowledge saja seperti belajar mata pelajaran di sekolah tetapi belajar musik harus menjiwai apa yang telah dipelajari. Orang tua mestinya terlibat langsung dalam proses belajar anak sehingga tau perkembangannya. Memberi pujian saat anak memperlihatkan perkembangan prosesnya dapat memberi dorongan untuk bisa tekun berlatih. Orang tua bukan hanya mengerti tetapi bisa mengarahkan anak untuk apa saja anak-anak belajar musik dan kemana arah yang akan dituju.
Apa yang paling menjengkelkan dalam menjalani profesi Anda?
Pertama, yang paling menjengkelkan kalau menemui anak yang tidak disiplin dan sering absen serta malas-malasan berlatih alias tidak ada “niat”. Kedua, sebaliknya saat menemui anak yang maaf, menjadi sombong, terlalu yakin dan merasa sudah pintar tanpa bimbingan gurunya, jadi meragukan campur tangan guru. Ketiga, saat orang tua atau pihak-pihak lain terlalu intervensi dalam proses pengajaran piano dan kurang menghargai kita sebagai guru, bisa dengan terlalu menuntut dan berekspektasi terlalu tinggi tanpa melihat kemampuan anak. Kerja keras seorang guru sebagai pendidik tidak lagi atau kurang diapresiasi.
Apa yang menyenangkan dalam profesi Anda?
Banyak hal yang menyenangkan tentunya. Lewat profesi ini, saya banyak teman, tambah kenalan yang bisa menjadi saudara, dan awet muda, hahaha…Tiap hari kumpulnya sama anak-anak. Dengan dunia anak-anak, bermain, bernyanyi,… hobi menjadi profesi. Walau letih gak berasa capek, seharian mengajar enjoy aja… Ada hal-hal baru yang ditemui tiap harinya, menemani mereka berproses hingga melihat anak-anak menikmati musik dan bisa menumbuhkan kepercayaan diri.
Dalam pandangan Anda, guru piano yang ideal seperti apa?
Guru bisa memiliki kualitas dan kategori yang berbeda-beda dalam mengajar. Ada sosok yang idealis, karena ingin membuat perubahan dan kualitas mengajar. Akan tetapi, ada juga yang memiliki kualitas seorang “Bestie”, menjadi teman dengan murid-muridnya. Manusia itu kompleks, sebagai guru yang ideal harus bisa beradaptasi sesuai dengan perubahan zaman. Tidak ada aturan yang baku karena disinilah letak seni mengajar dan tentunya yang bisa mentransfer ilmunya sehingga bisa dipahami dengan mudah oleh anak didiknya. Jadi, skill yang oke saja tidak cukup, selain mempunyai pengetahuan yang luas, kepekaan, dan kesabaran. Terpenting, adalah mengajar dengan “kasih” sebagai ekspresi dari kecintaannya di dunia pendidikan hingga bisa membawa suasana gembira yang dapat dirasakan oleh orang di sekitar kita.
Bagaimana Anda memberi dorongan kepada siswa yang kurang bersemangat dalam belajar?
Biasanya saya cari tahu apa yang menyebabkan di anak hilang “mood” atau kurang semangat lalu saya ajak berdialog dan berkomunikasi. Kalau sudah ketemu akar masalah, saya mulai menyusun strategi sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak, bisa dengan merancang sistem penghargaan, contoh memberi pujian sekecil apapun kemajuan anak atau bisa memberi reward, kalau anak kecil ya dengan stiker tempel, suasana pengajaran lebih banyak bermainnya dulu. Intinya memberi ruang yang berbeda dengan suasana yang berbeda sampai mood anak kembali dan yang pasti anak diberi kepercayaan kembali.
Apakah Anda merasa bahwa menjadi guru piano adalah panggilan jiwa?
Ya, menjadi guru piano tidak hanya panggilan jiwa tetapi juga kebutuhan jiwa, seperti halnya tubuh yang memerlukan nutrisi makanan sehari-harinya, hehehe… dan saya telah menemukan passion yang match. Cara saya mengaplikasikan berarti melakukan dengan penuh dedikasi, tanggung jawab, ikhlas, dan totalitas memberikan yang terbaik untuk anak didik. Dengan melihat keberhasilan mereka dan bahkan ada yang nantinya lebih baik dan sukses daripada gurunya merupakan kebahagiaan tersendiri.
Apa filosofi hidup Anda?
Menjadi teman, memberikan cinta, mengolah rasa. Menjadi teman berarti hubungan ke murid bukan hanya sekadar guru-murid, tetapi menjadi teman agar kelas menjadi enjoy dan menarik. Memberikan cinta, adalah bagian dari dedikasi sebagai seorang pengajar. Mengolah rasa, maksudnya jika tanpa rasa, sebagus apapun teknik yang dimiliki akan menjadi seperti robot.
Sebagai guru piano, bagaimana seorang pianis yang baik menurut Anda?
Pianis yang baik adalah pribadi yang bisa menyelaraskan skill, rasa, dan porsinya sehingga bisa menempatkan diri sewaktu menjadi pianis tunggal/solois dan saat menjadi pengiring.
Sebagai guru piano, bagaimana seorang guru piano yang baik menurut Anda?
Tidak diragukan lagi, guru piano yang cakap merupakan hal yang penting karena hal ini dapat sangat mempengaruhi seberapa cepat anak akan berkembang dan seberapa jauh anak dapat melangkah. Guru yang baik mestinya mampu mengenali kekuatan dan kelemahan anak didiknya sekaligus mampu mengembankan keunikan pada masing-masing anak. Tentunya ini sangat dibutuhkan skill, pengalaman, pengetahuan yang luas, dan pastinya diimbangi dengan attitude yang baik pula. Guru piano juga punya kepekaan akan kebutuhan anak dalam pengajarannya. Dengan attitude yang baik, guru tidak saja mencetak murid menjadi pintar karena pintar saja tidak cukup, tetapi juga membentuk pribadi dan akhlak yang baik.
Nasihat apa yang bisa saya berikan kepada mereka yang ingin membangun karier sebagai pianis?
Yang pasti skill yang menunjang. Jangan pernah tinggalkan latihan mandiri, karena disanalah kunci keberhasilan seorang pianis. Bangunlah relasi dengan pianis lainnya. Mengikuti workshop, masterclass, hadiri resital piano untuk memacu semangat bermusik. Tak kalah penting, milikilah jiwa untuk mengeksplorasi dan lebih lagi dalam bermusik
Nasihat apa yang bisa Anda berikan kepada mereka yang ingin membangun karier sebagai guru piano?
Katanya, menjadi guru adalah panggilan. Jadi, kalau kamu merasa terpanggil untuk jadi guru, kamu harus banyak melatih kesabaran, ketekunan, keuletan, dan terus menjaga motivasi kamu untuk berbagi ilmu. Musik itu tidak ada habisnya, sifatnya sangat dinamis dan ilmunya akan terus berkembang mengikuti perubahan zaman. Kamu harus selalu keep up dengan perkembangan ilmu dan pengetahuan di bidang musik karena sekadar bisa main musik aja nggak cukup dan jangan lupa untuk terus berlatih agar ilmu yang kamu miliki nggak hilang begitu saja dengan sia-sia.
Bagaimana Anda menginspirasi dan memotivasi siswa?
Dengan mengajak anak menonton konser, contohnya resital. Anak bisa termotivasi untuk bisa perform. Mengikutkan anak dalam konser musik itu sendiri sebagai bentuk keikutsertaan dan keterlibatan juga mengapresiasikan dengan apa yang selama ini anak pelajari. Bagi yang sudah siap mental bisa mengikuti kompetisi. Untuk memotivasi anak bisa juga dengan mengikutsertakan ujian kenaikan grade. Salah satu cara juga, bisa putarkan youtube, untuk menonton seorang pianis dengan permainan lagunya sehingga bisa menginspirasi mereka lalu mencoba dimainkan sehingga murid menjadi tertarik dan menyukai gaya-gaya pianis idolanya. Di sisi lain, guru sendiri harus memberi contoh dengan cara guru ikut perform, misalnya terlibat dalam acara pentas, jadi murid pun akan terinspirasi
Apa yang Anda lakukan jika orang tua tidak puas dengan progress anaknya dalam belajar piano?
Pertama-tama, saya akan tampung dulu, lalu berusaha untuk mengomunikasikan, menanyakan kendala-kendalanya, lalu saya menjelaskan dan memberi pengertian. Selama masih bisa diajak kerja sama, akan ada solusi. Akan tetapi kalau sudah diluar ranah dan pihak orang tua tidak memahami ya saya serahkan keputusan pada orang tua anak itu sendiri.
Menurut Anda, keterampilan apa yang paling penting untuk dimiliki guru piano?
Modal utama ya tentunya skill, pengetahuan, dan pengalaman tentang musik itu sendiri. Akan tetapi, ada yang lebih penting selain itu, yaitu guru mesti punya attitude yang baik selain sabar dan tentunya punya visi misi yang jelas.
Nilai-nilai apa yang Anda ingin tanamkan pada murid?
Disiplin, kerja keras, jangan mudah menyerah, makin mencintai musik, menghargai apapun yang sudah dicapai, menjadi diri sendiri tanpa membanding dengan orang lain. Dengan begitu, anak akan menikmati proses dalam menggeluti musik.
Sebagai sebagai guru piano, apa tujuan profesional Anda?
Menjadi guru piano yang makin berkualitas dan bisa menjadi inspirasi anak didik, memberi banyak ruang untuk mereka dalam mengembangkan permainan musik, lewat jalur konser, kompetisi, ataupun sebagai organis Gereja yang saat ini sedang saya lakukan sehingga mereka merasa dilibatkan dibutuhkan dan bermanfaat untuk orang lain.
Anda lebih suka mengajar siswa anak-anak atau dewasa? Atau dua-duanya? Apa alasannya?
Keduanya kurang lebih sama karena tiap jenjang usia ada keunikan dan tantangannya tersendiri. Pada usia anak-anak mereka masih polos dan mudah diarahkan. Pada usia remaja, mungkin lebih sedikit sulit, mengingat mereka sedang bergejolak mencari jati diri namun dengan belajar memahami dan mencari tahu, cara terbaik untuk mendekati dan bisa mengambil hati. Jika cara ini berhasil, ini akan lebih mudah bahkan kita bisa menjadi “Bestie”-nya dan teman curhat. Untuk orang dewasa, sudah lebih mudah dalam menyampaikan sesuatu dan mereka lebih mudah menerima masukan. Akan tetapi untuk skill-skill tertentu memang lebih lambat dibandingkan pada anak-anak, dan biasanya kendala waktu karena kesibukan dan pikirannya pun sudah bercabang-cabang. Kunci dan seni mengajar tetaplah sama yaitu “sabar”.
Apa rencana Anda ke depan?
Sederhana. Saya sedang mengkader dan mengupayakan regenerasi untuk organis dan pianis Gereja untuk dapat melayani musik saat ibadah dengan harapan mereka bisa mengenal dunia pelayanan dan bisa menjadi berkat untuk sesama bisa lebih bermanfaat untuk sesama, serta bisa lebih bermanfaat untuk kepentingan orang banyak. Saya juga berencana untuk tetap update mengenai tren yang sedang ada di dunia piano, baik dari musiknya maupun cara menyampaikan materi pembelajaran ke murid.
Baik. Terimakasih telah menjadi bagian wawancara kami
Terimakasih juga sudah memberi kesempatan untuk saya. Senang bisa berbagi pengalaman. (eds)