Parish Emmelie Nyoto dan Tantangan Kompetisi

38

Article Top Ad

 

ORANG TUA dan guru piano seringkali menantang anak-anak dan siswa dengan berpartisipasi dalam kompetisi piano. Daya saing yang sehat yang dipupuk oleh kompetisi piano, mengajarkan pengalaman hidup yang berharga, meningkatkan motivasi, dan mendorong kreativitas.

Hal itulah yang dirasakan Parish Emmelie Nyoto, pianis muda berbakat asal Surabaya sejak mengikuti berbagai kompetisi piano, di dalam dan luar negeri. Dirinya merasakan perubahan mendasar, baik dalam perkembangan musikalitas, maupun cara pandangnya terhadap proses belajar musik. “Saya juga merasa lebih percaya diri sejak mengikuti kompetisi piano. Saya bisa menguasai diri, tenang dan fokus di atas panggung, meski dalam situasi kompetitif,” katanya.

Article Inline Ad

Bagi Parish, kemenangan di kompetisi piano bukan segalanya, meski itu juga menjadi tujuannya berkompetisi. “Tetapi yang jelas, kompetisi piano bagi saya memberikan pengalaman belajar yang lebih baik. Lingkungan belajar yang diciptakan oleh kompetisi piano benar-benar berharga bagi pengembangan keterampilan bermusik saya dan mengajarkan pelajaran yang tidak dapat diperoleh melalui latihan-latihan rutin di kelas maupun di rumah,” kata Parish.

Sosok yang terlihat lebih dewasa dari usianya ini adalah siswa di SD Kristen Cita Hati Kampus Citraland. Ia memulai perjalanan musiknya sejak berusia 4 tahun di Yamaha K2C Surabaya. Tak lama setelah itu, Parish mengikuti les privat piano pertamanya dengan Miss Tjia Fellycia Haryanto. Selama itu pula, Parish berhasil membangun fondasi yang kuat dalam lagu-lagu klasik dan pop.

Karena gurunya harus pindah ke kota lain, Parish melanjutkan les privat pianonya di Rosanne Piano Studio hingga sekarang. Ia mengembangkan musikalitas dan keterampilannya ke tingkat yang lebih tinggi di bawah bimbingan Miss Rosanne Halin. Ketertarikan Parish pada piano semakin bertambah saat mulai mengikuti berbagai kompetisi dan konser. Baru-baru ini misalnya, Parish berkompetisi melawan 30 peserta dari Asia Tenggara di Bangkok. Sebagai perwakilan Indonesia, ia meraih juara 1.

Parish mulai belajar piano sejak umur 4 atas dorongan orang tuanya. “Walaupun mereka yang mengenalkan saya pada piano, tetapi sekarang saya juga sangat menikmati dan ingin belajar lebih jauh. Saya sangat menyukai piano karena setiap lagu yang dipelajari selalu memberikan tantangan tersendiri. Saya juga suka musik dan ingin bisa memainkan lagu-lagu yang challenging. Mendengarkan dan memainkan piano memberikan feeling calm dan happy terhadap diri saya sendiri terutama di saat saya harus memikirkan sebuah karakter di dalam lagu. It’s fun!”, kata Parish

Dengan belajar piano, dirinya merasa lebih disiplin, bisa mengatur waktu dengan baik, dan tidak mudah putus asa. “Dari piano saya belajar bahwa segala sesuatu butuh proses untuk mencapai yang terbaik. Saya juga diproses dalam karakter untuk melawan perasaan yang negatif. Saya berterimakasih kepada orangtua saya yang telah memberikan pengalaman hebat dalam hidup saya melalui piano,” lanjut Parish.

Mulai saat ini, ia akan menekuni musik bukan hanya sebagai hobi, tetapi sebagai karier di masa depan. Ia telah mengikuti masterclass dengan Congyu Wang, Prof. Nicholas Ong, Onpavee Nitisingkarin. Parish saat ini sedang mempersiapkan ABRSM kelas 8 pada usia 10 tahun. “Saya bangga dengan kemajuan dan proses Parish hingga saat ini. Tidak hanya berbakat, Parish juga kreatif untuk menginterpretasikan lagu. Harapan saya Parish akan terus berkembang tidak hanya di dalam kompetisi saja, tetapi bisa lebih memahami arti musik secara dewasa. Saya juga berharap Parish akan terus enjoy dengan musik dan bisa memberkati orang lain lewat permainan musiknya,” kata Miss Rosanne Halin. (eds)

Article Bottom Ad