JEHOVALENA JOCELLYNE Prestasi di Tengah Keterbatasan

769

Article Top Ad

BELAJAR musik di tengah keterbatasan, tak membuat Jehovalena Jocellyne patah semangat. Sosok berusia 6 tahun dan akrab dipanggil JJ membuktikan bahwa dengan fasilitas minim pun, prestasi bisa diraih selama ada kemauan dan kemampuan.
Pianis cilik berbakat yang tinggal di Pontianak, Kalimantan Barat ini mengisi hari harinya dengan belajar dan bermain musik, menggambar, menyanyi, ballet, membaca dan tak lupa juga mengerjakan tugas sekolah. JJ selalu semangat dan secara mandiri mengerjakan tugas yang diberikan sekolah maupun tugas dari mamanya, yang juga guru pianonya.
Tidak seperti kota-kota besar, khususnya di Jawa dan Sumatera, fasilitas dan dinamika dunia edukasi musik di Pontianak masih terbilang minim dan terbatas, baik sarana maupun prasarananya. Sehingga bagi mereka yang berbakat musik di tengah keterbatasan, mau tidak mau harus kreatif dan pantang menyerah.

JJ yang suka binatang ayam ini mengenal piano sejak usia 1 tahun saat masih tinggal di Jawa dan baru memulai kembali pelajaran piano di usia 3 tahun saat sudah pindah ke Kalimantan. Belajar piano pun tidak rutin seperti pada umumnya, karena di Kalimantan pada waktu itu belum punya piano, bahkan keyboard pun juga belum punya. Sebelum akhirnya diajar mamanya sendiri, Widyanti hingga sekarang.

Sebelumnya JJ sempat ditolak untuk belajar di sekolah musik dan tempat kursus musik di Pontianak karena dinilai masih terlalu kecil untuk belajar piano. “Alasanya jarinya belum kuat, bisa terluka, dan lain-lain. Saya meyakinkan bahwa anak bisa musik bukan dari usia tapi bisa dari keturunan atau bakat alam, dan hampir semua tak percaya ketika saya katakana bahwa JJ punya bakat alam. Tujuan saya waktu itu biar JJ terbiasa dengan tuts piano karena waktu itu saya belum bawa piano beneran ke Kalimantan. Hanya ada Keyboard pada awalnya,” kata Widyanti.

Article Inline Ad

Usia 4 tahun 3 bulan, JJ akhirnya bisa diterima di sebuah sekolah musik. Tapi karena sama sekali tidak ada perkembangan, dan tidak ada satupun lagu yang bisa dimainkan, JJ keluar karena pada saat yang sama dia mau ikut kompetisi. “Waktu itu memang saya tidak cerita kalau saya juga ngajar musik, saya berlagak bodoh aja, kurang tahu piano, cuma bisa nyanyi doang. Setelah peristiwa itu, JJ full saya tangani sendiri, imbasnya memang saya yang harus melepas beberapa murid yang baru trial dan menutup jualan kuliner saya karena pembantu saya saat itu tak bisa dipasrahi urus dagangan,” kata Widyanti.
JJ mulai ikut kompetisi piano secara offline di usia 4 tahun. Bukan hal yang mudah buat JJ mengikuti kompetisi offline karena kompetisi untuk anak usia dini rata rata diadakan di Jawa, sedangkan JJ sudah tinggal di Kalimantan Barat yang mana pada saat itu segala sarana dan prasarana serba terbatas.

Pertama kali mengikuti kompetisi piano, bukanlah kemenangan menjadi juara 1 yang diharapkan mamanya, melainkan untuk melatih kepercayaan diri anak tampil di depan publik. “Semuanya adalah proses. Bisa menjadi juara 1 adalah bonus, yang penting minat dan bakat anak tersalurkan. Dalam segala keterbatasan yang ada tetap berjuang bagaimana anak tetap bahagia, bagaimana bakat anak terasah. Semua akan saya lakukan demi kebahagiaan anak, selama itu baik pasti saya akan berjuang,” kata Widyanti.

Sepanjang belajar piano, JJ pernah meraih First Place Winner di usia 5 tahun dalam event Indonesia Open Competition 2020 yang diselenggarakan oleh Veranza House. Di tahun yang sama pula, JJ meraih award 1st Winner dalam event Rhapsody National Open Piano Competition 2020. Pada event Indonesia Open Piano Festival 2020 JJ meraih juara 3.
JJ juga mendapatkan Diamond Award dalam ajang Indonesia Winter Music Festival 2020 yang sekaligus juga finalist Hongkong Youth Performance Arts Festival 2021.

Tentunya hal tersebut menjadi kebanggaan tersendiri buat keluarga. Anak bahagia bakat dan minat tersalurkan dengan baik, orangtua pun ikut senang. Menurut Widyanti, JJ ini sepertinya anak usia dini pertama dari Kalimantan Barat yang punya sederet prestasi di bidang Piano.

Di tahun 2021, sosok murah senyum yang sangat suka makan buah dan sayur ini juga kembali berprestasi dengan meraih Award Of Excellence 3rd Winner dalam event International Grand Music Festival. Meraih Diamond Award pada event IOMf 2021 sekaligus finalist HKYPAF 2022. Mendapat 2nd Place Winner pada event EuroAsia Malaysian Piano Competition, menjadi juara 3 (Third Prize) pada event Medici International Music Competition dalam Kids Talent Piano yang diselenggarakan 8MC Music Management.

JJ juga ikut berpartisipasi dalam Pentas Musik Nasional dan Konser Bersama Nasional Indonesia Young Musician Perform 2021 yang diselenggarakan Majalah Staccato. JJ juga berani mencoba mengikuti masterclass bersama Mr Christopher Malek dari Polandia dan seminar Dr. Edward Neeman dari Australia. Selain event kompetisi, JJ juga pernah diundang menjadi Guest Star pada acara Gathering Sekolah Kak Seto Pusat.

MENURUN DARI MAMANYA

Bakat musik JJ menurun dari mamanya yang juga berkecimpung di musiksejak kecil. Selain guru piano, mamanya juga pernah menjadi vokalis di sebuah Grup Band saat masih muda. Dan musik sepertinya sudah mendarahdaging, turun temurun dari keluarga mamanya. Kakek JJ, Soekito, adalah seniman yang mengambil jalur tradisional, mempunyai beberapa paguyuban seni karawitan di Jawa Timur yang hingga sekarang juga masih aktif menggaungkan kesenian tradisional Gamelan,Wayang Kulit,Wayang Golek. Kakeknya juga pernah tampil bersama alm. Cak Kholik di TVRI, dan alm. Ki Mantep Soedarsono di Indosiar, serta beberapa musisi seni tradisional lain.

Tentang prestasi pencapaian JJ, Widyanti merasa bersykur karena hal itu menumbuhkan rasa percaya diri JJ. Dalam kondisi yang serba terbatas, seseorang harus berani berjuang keluar dari zona nyaman dan mau menyesuaikan dengan keadaan yang tidak diduga, serta tetap menerima segalanya dengan bersukacita. “Bayangkan, kita mengikuti kompetisi piano dengan kondisi piano apa adanya, bukan piano mahal nan mewah seperti peserta lain, tetapi kita bisa mencapai titik ini, Bahagia sekali rasanya,” ujar Widyanti.

Dalam melakukan dan membuat keputusan apapun Widyanti tetap memprioritaskan kebahagiaan anak. “Seperti halnya sekolah, saya menunjukkan banyak sekolah ke anak, tetapi keputusan tetap anak yang pilih, tentunya selama pilihan anak itu baik, Saya sebagai mamanya pasti mendukung. Dan saat ini anak saya sangat nyaman bersekolah di Homeschooling Kak Seto. Kita sebagai orang tua punya kewajiban untuk membahagiakan anak, jika anak bahagia, anak mau belajar apapun pasti gampang masuk dan selalu semangat. Untuk kebutuhan belajar Piano saat ini masih tetap saya tangani, tapi tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti juga akan belajar dari guru lain yang bisa membuat anak nyaman,” kata Widyanti.

JJ sendiri ketika ditanya mau jadi apa kelak ketika sudah dewasa, dengan mantap JJ mengatakan ingin jadi dokter. “Pianonya nanti buat nyembuhin orang,” kata JJ tersenyum. Semoga tercapai cita-citanya ya? (eds)

Article Bottom Ad