Tentang Nilai Artistik

1570

Article Top Ad

Hallo Dr. Hendry,

To the point saja nih pertanyaan saya. Dapatkah Dr. Hendry menjelaskan apa yang disebut nilai-nilai artistik dalam permainan piano? Elemen-elemen apa saja yang ada aspek artistik dalam permainan piano? Bagaimana caranya agar nilai-nilai artistik itu bisa muncul dalam permainan piano? Demikian pertanyaan saya.
 
Terima kasih atas jawabannya.
 
Lien S.
Surabaya

Saudari Lien yang budiman,
Terima kasih atas pertanyaannya. Yang dimaksudkan dengan nilai-nilai artistik itu adalah hal-hal yang berhubungan dengan seni interpretasi dan pemahaman musik pada tahap yang lebih tinggi. Nilai-nilai artistik juga menyangkut tingkat kepekaan sentuhan jari seseorang yang dapat menghasilkan warna-warna suara yang tidak terbatas kemungkinannya.

Article Inline Ad

Ada banyak sekali guru-guru yang dapat mengajarkan cara memainkan not-not lagu dengan benar, tetapi sedikit sekali yang mengerti atau sanggup mengajarkan hal-hal yang berhubungan dengan teknik, apalagi nilai-nilai artistik. Hal itulah yang membedakan antara seorang guru tingkat conservatory dengan guru-guru lainnya yang kemampuan mengajarnya lebih terbatas.

Namun demikian, murid-murid yang kurang latihan atau tidak latihan piano sama sekali, mungkin tidak akan pernah diajarkan pada tingkat artistik, sekalipun mereka memiliki guru yang sangat baik. Ini karena waktu kursus yang tersedia akan tersita untuk mengajarkan not-not yang seharusnya telah dilatih oleh murid itu sendiri di rumah. Murid-murid seharusnya telah berlatih dengan giat di rumah untuk memainkan not-not yang benar, sehingga waktu kursus dapat digunakan untuk memperbaiki teknik yang salah dan mempelajari hal-hal artistik yang mungkin tidak dapat dipelajari oleh murid itu sendiri di rumah.

Walaupun nilai-nilai artistik dapat (dan seharusnya) diperkenalkan kepada anak-anak sejak tingkat awal, hal ini biasanya lebih ditekankan kepada murid-murid pada tingkatan yang sudah mahir atau tingkat conservatory. Ini karena murid-murid pada tingkatan yang lebih tinggi harus belajar bagaimana caranya untuk mengambil keputusan mereka sendiri dalam memilih berbagai kemungkinan interpretasi yang dapat direalisasikan.

Mereka tidak lagi mempelajari interpretasi mana yang benar atau salah, melainkan bagaimana memilih cara interpretasi yang lebih tepat dari antara sekian banyak kemungkinan berinterpretasi yang harus dapat mereka pertanggung-jawabkan kebenarannya secara intelijen.

Pemahaman dan pengetahuan musik (termasuk teori dan sejarah musik) yang mendalam sangat diperlukan dalam penentuan cara berinterpretasi yang baik, sehingga cara pembawaan lagu dari seorang pianis akan sesuai dengan maksud dan tujuan sang komponis pada karya-karya yang diciptakannya.

Misalnya dalam membawakan karya-karya Debussy, penting sekali bagi seorang murid untuk mengerti asal-usul dari jenis karya pada periode impressionist ini, yang sebetulnya berkaitan erat dengan lukisan-lukisan dari periode yang sama.

Para pelukis dari periode impressionist menyatukan warna-warni pada lukisan mereka sedemikian rupa sehingga menghasilkan nuansa-nuansa yang berkesan mendung atau berkabut dengan obyek lukisannya yang samar-samar, tetapi masih dimengerti maksudnya.

Demikian pula halnya dalam membawakan karya-karya musik jenis impressionist. Dalam membawakan karya-karya semacam ini, seorang pianis perlu belajar untuk mendapatkan keseimbangan yang serasi antara sentuhan jari yang khusus dengan penggunaan pedal yang teratur untuk menghasilkan nuansa yang mendung, sama seperti lukisan-lukisan impressionist yang saya sebutkan tadi. Proses ini tidak begitu mudah. Untuk memperoleh keseimbangan yang serasi ini, seorang pianis dapat menghabiskan waktu yang bertahun-tahun untuk mencapainya.

Dalam membawakan karya-karya musik dari zaman Baroque, misalnya karangan dari J.S. Bach, unsur-unsur artistik yang dihadapi itu akan berbeda lagi. Sebagian musisi merasa bahwa karya-karya Bach harus dibawakan tanpa penggunaan pedal dan harus dimainkan dengan cara terputus-putus, agar terdengar sesuai dengan warna suara dari alat musik seperti harpsichord yang banyak digunakan oleh para musisi pada saat itu.

Sebaliknya, sebagian musisi yang lain merasa bahwa piano zaman sekarang yang sudah lebih canggih ini seharusnya dimanfaatkan keunggulannya secara maksimal, termasuk dalam penggunaan pedalnya, agar karya-karya Bach akan kedengaran lebih menarik.
Hal ini memerlukan pertimbangan yang lebih jauh oleh seorang pianis dalam memutuskan jalan mana yang akan dianutnya. Tanpa pengertian sejarah musik yang kuat, seseorang tidak akan dapat mengambil keputusan dengan yakin dan bijaksana untuk dirinya sendiri. Apapun cara interpretasi yang dipilih, seorang pianis harus dapat mempertanggung-jawabkannya secara intelektual.

Contoh-contoh yang baru saya sebutkan di atas ini adalah hal-hal yang berkaitan dengan segi artistik. Jadi, sebetulnya kata ‘artistik’ itu sangat erat kaitannya dengan kata ‘interpretasi’. Namun demikian, kata ‘artistik’ itu tidak hanya terbatas pada hal interpretasi, tetapi juga mencakup kemampuan seseorang untuk menghasilkan suara-suara yang indah dan artistik melalui sentuhan-sentuhan jari yang sensitif.

Kalau kita pikirkan lebih jauh lagi, sebetulnya setiap orang itu dilahirkan dengan bekal nilai-nilai artistik yang berbeda-beda. Nilai-nilai artistik tidak harus bersangkutan dengan musik atau dunia kesenian secara umum. Segala sesuatu yang dikerjakan oleh manusia memiliki nilai-nilai artistik yang tersendiri.

Kemampuan untuk menulis adalah hal yang artistik. Demikian juga kemampuan untuk berdagang, berkomunikasi, berkawan dan lain sebagainya. Untuk mencapai taraf artistik yang lebih tinggi, seseorang belajar dari pengalaman orang-orang lain yang sudah lama berkecimpung di dalam bidangnya.

Demikian juga halnya dengan bidang musik. Kita senantiasa belajar dari tokoh-tokoh musik yang jauh lebih berpengalaman dari kita sendiri. Semakin banyak pengalaman mereka, semakin dalam pula pengertian mereka akan unsur-unsur artistik dalam bermusik.

Demikianlah tanggapan dari saya. Semoga Saudari Lien tidak hanya semata-mata memainkan not-not yang tertera pada buku musik Anda dengan benar, tetapi juga memperhatikan masalah interpretasi, ekspresi dan artistik, agar musik yang Anda hasilkan akan kedengaran lebih hidup dan ‘artistik’, sehingga dapat menyentuh jiwa dari para pendengar.
Salam,

Dr. Hendry Wijaya

Doktor Hendry Wijaya menarik perhatian dunia pada tahun 1996 ketika menerima penghargaan “Young Artist Piano Award” sebagai pemenang kompetisi Artist International di Amerika Serikat. Melalui penghargaan ini, ia diberikan kesempatan untuk mengadakan resital perdananya di gedung terkemuka Carnegie Hall, New York, diikuti oleh Gedung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan memperoleh sambutan luar biasa dari para pakar musik dunia. Ia dianugerahkan gelar Doctor of Musical Arts (DMA) dari Manhattan School of Musik sebagai penerima beasiswa penuh Presidential Merit Scholarship. Kini ia menjabat sebagai Head of Piano Department di Westminster Conservatory of Musik di Princeton dan pimpinan dari Elly Lim Musik Studio di Jakarta. DR. Hendry sering diundang untuk menjadi juri di berbagai kompetisi piano internasional, seperti Golden Key Festival, Alberti International Piano Competition, Chopin International Piano Competition di Hartford, World Pianist Invitational International Competition dan sebagainya. Di sela-sela kesibukannya, ia meluangkan waktu untuk menjawab pertanyaan yang diajukan pembaca STACCATO berkaitan dengan piano, edukasi dan performing. Kirim pertanyaan Anda langsung ke e-mail DR. Hendry Wijaya: [email protected] atau STACCATO: [email protected].

Article Bottom Ad