ARTIKEL ini tidak semata-mata membahas tentang ‘kesulitan belajar’ sebagaimana label tersebut umumnya diterapkan (yaitu kepada orang-orang yang dikategorikan memiliki disabilitas atau gangguan yang sebenarnya), namun memperluas penerapannya ke kesulitan yang lebih umumdalam belaja piano.
Hampir sebagian besar guru piano memiliki pengalaman dalam mengajar anak-anak dengan ‘kesulitan belajar’ yang dapat diidentifikasi sangat terbatas dan tentu saja tidak mengklaim sebagai ‘ahli’ dalam menilai bagaimana masalah fisik atau mental tertentu dapat memengaruhi kemampuan siswa untuk belajar piano. Beberapa kesulitan belajar piano yang banyak ditemui para guru piano antara lain:
Sindrom Irlen
Dalam dunia pengajaran piano ada yang disebut sebagai “Sindrom Irlen”, yang sebenarnya tidak dikategorikan sebagai ‘kesulitan belajar’ meskipun salah satu dari anak-anak yang belajar piano seringkali memiliki bentuk disleksia yang dikategorikan sebagai ‘kesulitan belajar’, disamping sindrom Asperger, dispraksia atau autisme. Secara umum, anak-anak yang memiliki kesulitan dalam belajar piano berupa hambatan yang lebih umum yang dapat mempengaruhi murid mana pun dari segala usia.
Sindrom Irlen adalah jenis gangguan pemrosesan visual atau persepsi. Seseorang dengan gangguan pemrosesan visual atau persepsi mengalami kesulitan memahami informasi visual. Hal ini berbeda dengan masalah yang melibatkan penglihatan. Ketika seseorang menderita Sindrom Irlen, otaknya mengalami kesulitan memproses panjang gelombang cahaya tertentu. Dengan demikian, cahaya (terutama cahaya terang dan fluoresensi) menjadi pemicu stres pada otak.
Stres ini menyebabkan bagian-bagian otak tertentu (misalnya, korteks visual) menjadi terlalu aktif. Aktivitas berlebihan dan ketidakmampuan untuk memproses rangsangan visual secara efektif inilah yang menciptakan berbagai gejala visual, fisik, kognitif, emosional, dan neurologis.
Sensitivitas cahaya sangat umum terjadi pada Sindrom Irlen. Sindrom Irlen bersifat turun-temurun dan cenderung terjadi dalam keluarga, memengaruhi pria dan wanita secara setara. Namun, seseorang juga dapat memperoleh gejala Sindrom Irlen akibat penyakit, prosedur medis, atau cedera otak traumatis (atau gegar otak). Seperti Autisme, Sindrom Irlen adalah gangguan spektrum, yang berada pada kontinum dari ringan hingga berat.
Seseorang yang dapat membaca atau melakukan aktivitas yang membutuhkan banyak perhatian selama 40-60 menit sebelum gejala Irlen muncul berada di ujung spektrum yang lebih rendah. Dia dapat menangani sebagian besar tugas akademis tanpa kesulitan, tetapi ketika daya tahan dibutuhkan, kinerja mereka dapat menurun.
Individu dengan Sindrom Irlen yang parah akan mengalami gejala dalam waktu 20 menit setelah mulai membaca. Bagi sebagian orang, gejala mungkin tidak langsung muncul, namun, gejala akan semakin parah semakin lama individu tersebut terus membaca atau berada di tempat yang terang. Untungnya, Sindrom Irlen sangat mudah diobati.
Ketika otak mengalami kesulitan memproses informasi visual, hal itu disebut gangguan pemrosesan visual atau persepsi. Bagaimana, atau apa yang dilihat seseorang mungkin terpengaruh, tetapi itu bukan masalah pada mata, melainkan masalah pada otak. Masalah pemrosesan visual dapat mencakup kesulitan dalam diskriminasi visual, memori visual, urutan visual, dan pemrosesan motorik visual.
Dalam kasus Sindrom Irlen, sensitivitas cahaya inti adalah yang menyebabkan masalah pemrosesan visual yang dialami otak. Masalah pemrosesan visual terkadang dapat tumpang tindih dengan kesulitan belajar dan masalah konsentrasi, tetapi juga cukup umum terjadi pada populasi umum. Meskipun paling sering, gangguan pemrosesan visual atau persepsi akan muncul sejak lahir, masalah pemrosesan visual juga dapat disebabkan oleh cedera kepala.
Sindrom Irlen – yang memengaruhi 12-15% populasi – adalah nama yang diberikan untuk masalah yang disebabkan oleh cara otak menafsirkan informasi visual. Anak-anak yang memiliki sindrom ini mengalami kesulitan membaca di sekolah sehingga telah menjalani berbagai tes dan ditemukan bahwa ia membaca lebih baik ketika filter biru ditempatkan di atas teks. Ia kemudian membawa lapisan biru untuk diletakkan di depan musiknya dan mengatakan bahwa ini membantunya mengikuti nada. Banyak guru piano yang tidak dapat melihat banyak perbedaan ketika ia mulai menggunakan lapisan tersebut meskipun ia tampak lebih bahagia dan semakin percaya diri.
Gangguan Penglihatan
Penglihatan, indra kita yang paling dominan, memainkan peran penting dalam setiap aspek dan tahap kehidupan kita. Kita menganggap remeh penglihatan, tetapi tanpa penglihatan, kita kesulitan untuk belajar, berjalan, membaca, berpartisipasi di sekolah, dan bekerja. Gangguan penglihatan terjadi ketika suatu kondisi mata memengaruhi sistem visual dan fungsi penglihatannya. Setiap orang, jika mereka hidup cukup lama, akan mengalami setidaknya satu kondisi mata dalam hidup mereka yang memerlukan perawatan yang tepat.
Gangguan penglihatan memiliki konsekuensi serius bagi individu di sepanjang perjalanan hidup. Banyak dari konsekuensi ini dapat dikurangi dengan akses tepat waktu ke perawatan mata yang berkualitas. Kondisi mata yang dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan kebutaan – seperti katarak atau kesalahan refraksi – merupakan, karena alasan yang tepat, fokus utama dari strategi perawatan mata.
Penyebab utama gangguan penglihatan dan kebutaan adalah kesalahan refraksi, katarak,retinopati diabetic,glaucoma, dan degenerasi makula terkait usia. Di antara anak-anak, katarak kongenital merupakan penyebab utama gangguan penglihatan di negara-negara berpenghasilan rendah, sedangkan di negara-negara berpenghasilan menengah, kemungkinan besar adalah retinopati prematuritas. Kesalahan refraksi yang tidak dikoreksi tetap menjadi penyebab utama gangguan penglihatan di semua negara di kalangan anak-anak dan populasi orang dewasa.
Asperger
Sindrom ini adalah bentuk autisme yang ditandai dengan masalah interaksi sosial dan perilaku repetitif. Sindrom Asperger adalah gangguan saraf yang berdampak pada perkembangan anak. Anak-anak dengan kondisi ini akan mengalami kesulitan dalam berinteraksi atau bersosialisasi dengan orang lain. Mereka juga cenderung berperilaku dan memiliki pola berpikir yang kaku dan sama berulang kali.
Mempelajari sindrom Asperger adalah hal penting, terutama bagi para orang tua, untuk membuka wawasan tentang kesehatan mental dan tumbuh kembang anak. Mari kenali apa itu sindrom Asperger, penyebab, gejala, dan pengobatannya.
Sindrom Asperger adalah kelainan neurologis di mana anak mengalami kesulitan memahami orang lain dalam hubungan sosial. Misalnya, penderita tidak paham bentuk komunikasi halus seperti bahasa tubuh, humor, dan sarkasme. Meski begitu, anak yang mengidap gangguan saraf ini masih dapat melakukan aktivitas sekolah dengan tingkat kecerdasan yang sama seperti anak-anak lain pada umumnya.
Pengidap sindrom Asperger cenderung tidak menyukai perubahan sehingga akan membicarakan satu hal atau melakukan sesuatu yang sama secara terus-menerus atau berulang kali. Perilaku ini bisa berkembang menjadi obsesi yang mengganggu kegiatan sehari-hari.
Sindrom Asperger dapat terjadi pada siapa saja, namun lebih sering dialami oleh anak laki-laki. Kasus gangguan saraf ini pun biasanya terdeteksi ketika anak berusia lima hingga sembilan tahun. Namun, beberapa kasus lainnya dapat terdeteksi sejak anak berusia tiga tahun.
Dispraksia
Dyspraxia adalah gangguan pergerakan dan koordinasi gerak yang disebabkan oleh kelainan pada perkembangan sistem saraf. Dyspraxia atau developmental coordination disorder merupakan kelainan bawaan, tetapi tidak selalu dapat terdeteksi sejak lahir.
Dyspraxia berbeda dengan apraxia meskipun keduanya terdengar mirip. Dyspraxia ditandai dengan terlambatnya seorang anak mencapai satu titik perkembangan yang seharusnya sudah dicapai oleh anak seusianya. Sedangkan apraxia ditandai dengan hilangnya kemampuan tertentu yang sebelumnya sudah dimiliki atau dikuasai.
Dyspraxia dapat terjadi pada siapa saja, tetapi kondisi ini lebih sering diderita oleh anak laki-laki daripada anak perempuan. Dyspraxia tidak terkait dengan tingkat kecerdasan, tetapi dapat menurunkan kemampuan penderitanya untuk belajar. Kondisi ini juga dapat memengaruhi kepercayaan diri penderitanya.
Sampai saat ini, penyebab dyspraxia masih belum dapat dipastikan. Namun, kondisi ini diduga terjadi akibat gangguan perkembangan sistem saraf di otak. Hal tersebut dapat mengganggu aliran sinyal saraf dari otak ke anggota tubuh. Koordinasi dan pergerakan anggota tubuh merupakan proses yang melibatkan berbagai saraf dan bagian otak. Jika terdapat gangguan pada salah satu saraf atau bagian otak, hal ini dapat menyebabkan terjadinya dyspraxia.
Masalah Fisik
Tentu saja, ada garis tipis antara ‘disabilitas’ atau ‘kesulitan belajar’, dan masalah yang lebih umum, yakni kebanyakan dari kita akan memiliki sesuatu yang ‘menghambat’ pembelajaran. Pertama, ada masalah yang berkaitan dengan pertimbangan fisik. Jelas, bagian tubuh yang paling aktif saat bermain piano (selain otak) adalah tangan. Beberapa masalah kecil yang berkaitan dengan tangan hanya terjadi pada anak-anak, seperti kebiasaan mengisap jempol.
Beberapa guru mungkin menemui murid yang memiliki kebiasan seperti itu dan tidak dapat menghentikannya, tetapi setidaknya guru bisa menyarankan anak agar membersihkan jempolnya sebelum menyentuh tuts untuk menghindari jari yang lengket. Sediakan tisu di atas piano. Setidaknya bersin karena pilek atau demam serbuk sari biasanya ‘terdeteksi’ tepat waktu dan mimisan yang aneh dapat segera dibersihkan. Tisu juga berguna untuk menyeka air mata menetes, biasanya karena rasa gugup menjelang ujian.
Hal lain yang mengganggu yang khususnya berkaitan dengan anak-anak adalah cegukan. Hal ini umumnya disebabkan oleh anak-anak yang terburu-buru makan, ketika orang tua terburu-buru mengantar mereka ke les piano. Jika menghadapi murid yang cegukan, berikan anak segelas kecil air yang harus dipegangnya dengan tangan kirinya. Minta dia untuk mengulurkan lengan kanannya ke atas dan ke luar ke kanan.
Kemudian, saat dia perlahan menyesap air dari gelas yang dibawa ke bibirnya dengan tangan kirinya, dia harus memeriksa ibu jari kanannya dengan saksama. Anda dapat mendorongnya untuk berkonsentrasi pada hal ini dengan menunjukkan detail ibu jari tertentu – warna kulit, panjang kuku, garis, lipatan, noda, dan lain-lain. Anak-anak senang dan kagum dengan obat ‘ajaib’ ini untuk cegukan mereka.
Masalah lain termasuk tangan yang gelisah yang bergerak tidak perlu di sekitar keyboard di antara nada yang dimainkan. Banyak anak juga bermain dengan jari datar, beberapa meletakkan pergelangan tangan mereka di tepi piano, sementara yang lain membiarkan jari-jari mereka ‘terbang di udara’. Banyak yang cenderung membenturkan nada, sementara yang lain tidak menekan dengan cukup kuat (mereka yang berlatih pada keyboard elektronik sering kali bersalah karena hal ini).
Kuku Panjang
Bagi remaja putri dan wanita, kuku panjang /palsu adalah kendala yang semakin umum. Kuku panjang/palsu tidak ideal saat bermain piano. Pianis benar-benar perlu merasakan nada dengan ujung jari mereka. Namun, bagi banyak orang, mode dan penampilan adalah yang terpenting dan – meskipun guru kadang-kadang membujuk beberapa orang untuk memendekkan kuku sebelum ujian – secara keseluruhan mereka bersikeras untuk membiarkan kuku mereka panjang (dan dipoles dengan rapi) hampir sepanjang waktu. Hasilnya adalah suara yang sedikit mengganggu saat kuku mereka menyentuh tuts dan juga kecenderungan bergeser dari nada.
Bagi orang yang lebih tua, masalah yang berhubungan dengan tangan meliputi kekakuan, penurunan fleksibilitas (saat memainkan arpeggio, misalnya) dan sedikit gemetar. Sayangnya, tidak ada nasihat yang dapat menyelesaikan masalah ini, tetapi guru biasanya lebih suka berpikir bermain piano akan lebih banyak manfaatnya daripada bahayanya.
Gangguan Pendengaran
Masalah yang seharusnya lebih mudah diatasi adalah kesulitan penglihatan dan pendengaran ringan. Namun, beberapa penderita yang lebih tua menyangkal bahwa mereka mengalami keduanya. Beberapa murid mungkin mengaku pendengarannya masih bagus, meskipun guru harus meninggikan suara untuk berbicara dengannya dan mengatakan dia tidak perlu kacamata, tetapi guru biasanya tahu dia kesulitan melihat notasi dengan jelas. Guru akan menyarankan dia untuk membeli buku yang saya tahu notasinya besar tetapi bahkan dengan buku ini dia tidak dapat membaca nomor jari sehingga guru biasanya harus menuliskannya lebih jelas.
Bahkan mereka yang berkacamata – tetapi yang hanya dimaksudkan untuk penggunaan sesekali – bisa jadi tidak konsisten dalam memakainya. Guru akan mendorong mereka untuk memutuskan apakah mereka perlu kacamata untuk bermain piano atau tidak dan untuk tetap berpegang pada keputusan itu. Jika tidak, mata harus menyesuaikan diri setiap kali mereka melihat musik.
Beberapa murid sama sekali tidak menyadari bahwa mereka mungkin perlu kacamata. Seringkali hal ini tidak terdeteksi oleh mereka sendiri, orang tua atau guru mereka, dan hanya ketika guru menunjukkan bahwa mereka menggerakkan wajah mereka terlalu dekat ke lembaran musik dan tampak menyipitkan mata, mereka setuju bahwa tes mata mungkin merupakan ide yang bagus.
Presbiopia
Beberapa orang dewasa merasa kacamata bifokal atau varifokal dapat membantu mengatasi hal ini, sementara seorang wanita yang saya ajar menolak keduanya dan malah mengenakan ‘kacamata piano’ yang dirancang sedemikian rupa sehingga penglihatan optimalnya berada di antara skor dan tangannya. Alternatifnya adalah mengenakan satu lensa kontak (sehingga pianis dapat fokus melalui satu mata untuk melihat skor dan mata lainnya untuk melihat tangan Anda).
Mayoritas orang dewasa akan menderita presbiopia di beberapa titik dalam hidup mereka dan masing-masing perlu menemukan solusi yang paling sesuai untuk mereka.Presbiopi adalah menurunnya kemampuan mata melihat objek yang dekat secara bertahap. Kondisi ini terjadi secara alami sebagai bagian dari proses penuaan. Umumnya, seseorang baru menyadari bahwa dirinya menderita presbiopi ketika harus menjauhkan handphone atau buku agar bisa membacanya.
Rasa Malu yang Ekstrem
Pada beberapa anak, rasa malu yang ekstrem dapat mengganggu proses belajar. Rasa malu bisa berarti Anda pendiam dan tidak suka menjadi pusat perhatian. Rasa malu itu wajar dan bukan masalah, kecuali jika itu menyebabkan Anda sakit hati dan tertekan. Namun, rasa malu bisa diatasi.
Rasa malu adalah perasaan takut atau tidak nyaman yang disebabkan oleh orang lain, terutama dalam situasi baru atau di antara orang asing. Rasa malu adalah perasaan tidak nyaman yang tidak menyenangkan, rasa takut terhadap apa yang menurut sebagian orang dipikirkan orang lain. Rasa malu juga dapat mencegah terbentuknya hubungan yang sehat. Rasa malu sering dikaitkan dengan harga diri yang rendah. Rasa malu juga dapat menjadi salah satu penyebab kecemasan sosial.
Jika seorang anak terus-menerus memainkan not yang salah dan tampaknya tidak mengikuti saran Anda atau berlatih keras selama seminggu, mudah untuk berasumsi bahwa kemalasan semata-mata adalah penyebabnya. Namun, mungkin saja anak tersebut mengalami kesulitan memahami sesuatu, tanpa Anda sadari, tetapi tidak cukup ‘berani’ untuk mengajukan pertanyaan yang tepat. Sangat penting untuk terus mendorong murid Anda untuk berkomunikasi.
Kurangnya Rasa Percaya Diri
Pada beberapa anak, rasa malu atau kurang percaya diri terkadang ditutupi oleh jenis perilaku yang berbeda. Anak-anak yang masih sangat kecil terkadang datang ke kelas dengan membawa boneka beruang, atau mainan karakter, untuk menenangkan mereka. Guru sebaiknya menunjukkan minat pada ‘teman’ ini karena ‘teman yang tidak bernyawa’ ini sering kali dapat menjadi sumber kenyamanan yang luar biasa.
Kunjungan ke Toilet
Seringkali murid meminta untuk pergi ke toilet di awal pelajaran. Kadang guru berpikir mereka sengaja membuang-buang waktu (terutama jika orang tua mereka mengantar mereka sehingga tidak menyadari hal ini), tetapi pada beberapa anak, itu bisa jadi karena rasa gugup murid. Dalam beberapa hal, guru memberikan toleransi sampai rasa gugupnya hilang.
Kelelahan
Masalah fisik lain yang ditunjukkan oleh anak-anak adalah kelelahan yang ekstrem. Hal ini menyebabkan beberapa anak datang ke pelajaran dengan kesal atau menangis; hal ini juga membuat mereka kurang perhatian dan tidak tertarik. Kehidupan rumah tangga seorang anak sering kali mempengaruhi kemampuannya untuk belajar. Seringkali beberapa anak datang ke guru sambil menangis karena persoalan keluarga, duka cita, perundungan, pertengkaran dengan saudara kandung, masalah persahabatan, atau kesulitan lain di sekolah. Tantangan guru adalah menemukan keseimbangan antara menjadi pendengar yang simpatik, sambil memastikan bahwa sebagian besar pelajaran dihabiskan untuk mengajarkan keterampilan bermain piano.
Tidak Berlatih
Salah satu kendala paling umum dalam belajar piano adalah keengganan untuk berlatih. Apa yang dapat dilakukan guru untuk mengatasi hal ini? Anda tentu dapat mencoba mengubah situasi dengan mendiskusikan waktu latihan yang ideal (dengan murid dan orang tua), memberikan jadwal latihan, dan memberi hadiah berupa pujian dan stiker. Anda juga dapat mencoba menetapkan tugas yang sangat kecil dan mudah dicapai (misalnya, mengerjakan beberapa bar musik) daripada mengharapkan seluruh karya atau daftar tangga nada yang panjang dapat ditingkatkan.
Namun, sejujurnya, guru tidak dapat melakukan banyak hal. Idealnya, orang tua juga harus bertanggung jawab untuk memastikan bahwa anak berlatih, sebaiknya dengan mendorong kebiasaan berlatih secara teratur. Kebiasaan murid untuk berlatih secara rutin dan produktif adalah masalah umum yang banyak dirasakan dan ditemui guru piano.
Apa yang harus guru lakukan terhadap murid – tua atau muda – yang tidak pernah berlatih? Guru harus terus mengajarinya, dari waktu ke waktu, dengan mengangkat topik tentang ‘melakukan rutinitas latihan yang baik’, tetapi Anda tidak boleh berteriak atau mengomel. Itu sama sekali tidak ada gunanya. Dalam beberapa kasus, guru bisa memberi tahu orang tua murid bahwa mereka tidak mendapatkan apa yang mereka harapkan dalam belajar piano, jika tidak ada latihan rutin di rumah. (eds)