Sembilan Pantangan di Kala Ujian

102

Article Top Ad

ADA yang menganggap ujian musik tidak penting. Alasan mereka, yang penting bisa main dan bukan sertifikat. Namun menurut saya, sebagai orang yang pernah menjadi siswa dan kemudian juga menjadi guru, ujian memberikan banyak manfaat positif. Di antarnya:
*Memotivasi peningkatan kemampuan bermusik.
* Sebagai tolok ukur akan perkembangan keterampilan, pengetahuan, maupun pencapaian kita.
* Merasakan dan menyadari kepuasan dalam sebuah pencapaian tujuan.
* Meningkatkan rasa percaya diri.
Agar peristiwa ujian berjalan lancar, dan pencapaian bisa lebih optimal, ada beberapa pantangan yang mesti kita cermati. Inilah mereka.

1) TIDAK TAHU MATERI UJIAN
Meski hanya sebagian kecil jumlahnya, masih ada peserta ujian yang keliru memainkan materi ujian. Misalnya lagu wajib A, ia “ganti” jadi B. Dan kekeliruan itu baru diketahuinya saat di ruang ujian.

Sudah barang tentu jika ia tidak bisa memenuhi persyaratan memainkan lagu yang ditentukan, penguji tidak akan meluluskannya. Jika penguji bermurah hati, ia masih bisa memberikan toleransi waktu untuk mempelajari bahan yang benar di hari ujian itu.
Misalnya dengan menyuruh peserta keluar ruangan dan nanti masuk lagi paling akhir setelah seluruh peserta lainnya selesai ujian. Namun jangan berharap semua penguji melakukan itu.

Article Inline Ad

Untuk mencegah hal ini terjadi, mintalah info bahan ujian dari sumber yang benar. Misalnya dari guru resmi sekolah musik yang bersangkutan, atau informasi resmi dari sekolah musik, baik itu dalam bentuk tertulis ataupun yang ada di website.
Bila Anda sudah mendapatkan info bahan ujian, cek kembali dengan sumber resmi lainnya. Cari info sedetail mungkin. Misalnya, seberapa cepat tangga nada semestinya dimainkan. Dengan teknologi komunikasi yang secanggih sekarang, mestinya tidak ada lagi alasan sulit mencari info tentang materi ujian.

2) KELIRU BACA NOT DAN NILAINYA
Dalam ujian, akurasi memainkan notasi dan nilainya sangat penting. Karena itu setiap kali mempelajari lagu bahan ujian, pastikan not per not yang Anda mainkan tidak ada yang keliru. Hal ini masih sering terjadi. Misalnya di sebuah lagu ada tumpukan not membentuk C7, lalu peserta ujian membunyikan not C, G, Bb, E (senar 5, 3, 2, 1). Padahal bila diperhatikan lebih seksama, yang mesti dibunyikan adalah C, E, Bb, G (senar 5, 4, 3, 1). Bunyinya nyaris sama, karena sama-sama chord C7, tapi susunannya berbeda. Dalam hal nilai not juga masih sering terjadi, not yang harusnya masih ditahan bunyinya ternyata dihentikan lebih dini. Atau sebaliknya, not yang mestinya sudah dihentikan kok masih dibiarkan berbunyi.

3) TIDAK MEMBACA PETUNJUK
Ini adalah kekurangan yang dimiliki kebanyakan peserta ujian. Yakni hanya memainkan not. Mereka tidak memperhatikan, apalagi mengikuti petunjuk-petunjuk lain yang ada di partitur. Terutama tempo, aksen, tanda ekspresi, tanda dinamika. Misalnya, ada petunjuk tempo “allegro brillante” tapi peserta memainkannya “andantino”. Ada petunjuk “ritardando”, tapi temponya lempang saja. Ada petunjuk “p” dan “f” tapi dimainkan sama kerasnya.Dampak dari diabaikannya petunjuk-petunjuk itu, lagu yang dimainkan jadi datar-datar saja. Tidak ada emosi yang membuatnya menjadi sebuah musik.

4) IKUT UJIAN TANPA BIMBINGAN GURU
Ini jumlahnya tidak banyak. Mereka umumnya tipe “pengejar sertifikat”. Bisa juga dari orangtua yang ingin anaknya lekas ujian. Jadi, meski sang guru menilai muridnya belum siap ikut ujian, tapi orangtua diam-diam mengikutkan anaknya ujian. Tanpa bimbingan dari orang yang lebih tahu dan berpengalaman, tentu besar kemungkinan calon peserta mengalami kesalahan seperti nomor 1, 2, dan 3 di atas.

5) KURANG LATIHAN
Meski tidak banyak, ada peserta yang baru latihan intens sebulan menjelang ujian. Bahkan ada yang baru seminggu menjelang ujian. Padahal kita tahu, di bidang apa pun, latihan adalah sebuah proses. Tidak bisa kita menjadi mahir dalam waktu seketika.
Karena itu, bila berencana ikut ujian, mulai buat jadwal latihan tetap, minimal 6 bulan sebelum hari H. Semakin tinggi tingkatan/grade yang akan ditempuh, materi ujian makin sulit, dan itu berarti perlu persiapan makin lama. Dampak dari kurang latihan adalah permainan yang tersendat, akurasi dan koordinasi gerak jari kiri dan kanan yang buruk, dan pastinya permainan terdengar berantakan.

6) GUGUP BERLEBIHAN
Gugup itu wajar. Semua orang merasakan hal yang sama jika harus tampil di depan umum. Namun gugup harus tetap terkendali, tidak boleh berlebihan. Kegugupan muncul karena perasaan kurang siap, atau takut salah.Karena itu, cara terbaik mengatasinya adalah dengan berlatih sekeras mungkin agar kita siap sepenuhnya. Akan lebih membantu jika kita juga berlatih tampil di depan orang lain dan membayangkan mereka sebagai penguji. Lakukan sesering mungkin.

Pada saat ujian, usahakan mengambil nafas di setiap akhir kalimat lagu. Setiap tarikan nafas bisa membantu meredakan kegugupan. Usahakan juga perut sudah terisi makanan, namun jangan yang terlalu berat. Yang penting jangan ujian dalam keadaan lapar.
Bila kita lupa satu bagian dari lagu, langsung saja lanjut ke bagian berikutnya. Lakukan hal sama saat sesi “sight playing”: main terus dari bar ke bar, jangan berhenti.

7) ALAT MUSIK TIDAK MENDUKUNG
Kecuali ujian piano, peserta memang idealnya membawa alat musik pribadi yang sudah biasa mereka gunakan sehari-hari. Menggunakan alat disediakan di ruang ujian ada risikonya musik yang karena pasti ada perbedaan dari alat yang biasa di-
pakai berlatih. Bahkan alat musik yang tipe sama pun bisa berbeda playibility dan suaranya.

Namun, masih ada peserta yang membawa gitar berkualitas rendah, senarnya juga sudah usang dan lama sekali tidak diganti, plus tuning-nya tidak standar. Akibatnya, permainan yang bagus pun akan jadi kurang bagus karena alat musik yang dipakai berkualitas buruk.
Disarankan sedari awal belajar gitar usahakan memliki gitar yang standarnya sesuai untuk ujian maupun konser. Jangan beli gitar asal murah yang suaranya sumbang, tonenya terdengar lemah atau seperti suara kaleng, dan jari-jari sakit sekali saat memainkannya. Jangan lupa ganti senar kira-kira seminggu sebelum ujian agar suara gitar lebih merdu.

8) TIDAK BERPAKAIAN PANTAS
Pernah suatu ketika di ruang ujian seorang peserta masuk hanya dengan memakai kaus tanpa lengan, celana pendek, dan sandal. Langsung ia dipersilakan keluar oleh penguji dan diminta mengganti busana yang lebih pantas. Ketika ditanya, kenapa ia berpakaian seperti itu, ia menjawab, sehari-hari memang sellau berpakaian seperti itu, termasuk saat les gitar
Harap diingat, ujian adalah acara formal, bukan kegiatan santai harian, piknik di taman atau jalan-jalan ke mall. Gunakan pakaian yang formal. Anda tidak perlu memakai tuxedo, kok. Cukup kemeja, celana panjang, dan sepatu. Yang penting rapi. Untuk yang wanita juga sama. Hindari berpakaian terlalu santai, atau terlalu ribet sehingga menyulitkan bermain gitar. Usahakan mencoba bermain gitar dengan memakai pakaian itu sebelum dikenakan saat ujian.

9) DATANG TERLAMBAT
Karena ujian adalah acara penting dan resmi, usahakan untuk datang paling telat 30 menit sebelum giliran kita. Lebih awal lebih baik karena kita bisa mempersiapkan diri lebih baik. Datang terlambat akan merugikan kita sendiri karena biasanya kita
akan “dilempar” ke urutan paling akhir. (Jubing Kristianto)

Article Bottom Ad