‘TEKUN DAN PANTANG MENYERAH’
MENJUARAI Indonesia Steinway Youth Piano Competition tahun 2016, mengantarkan Caitlin Wiranata menjadi Young Steinway Artist dengan akses luas untuk menggunakan Piano Steinway dimanapun berada. Termasuk di luar negeri. Dan bersama Steinway Piano pula ia merasakan pengalaman bermain piano yang luar biasa. Berikut bincang singkat dengan mahasiswi Royal Academy of Music, London ini.
Bagaimana masa kecil Anda dan bagaimana Anda bisa terhubung dengan musik?
Masa kecil saya sangat menyenangkan, seru, asyik dan selalu diisi dengan banyak kegiatan. Saya mulai terhubung dengan musik secara alami rasanya, karena mama saya cerita bahwa umur 1.5 tahun saya sudah bernyanyi-nyanyi sendiri, pencet-pencet tuts piano. Maka pada usia 4 tahun, saya dimasukkan ke kursus musik oleh mama.
Siapa orang- orang yang berperan dalam mengarahkan bakat musik Anda?
Pada awalnya yang jelas orang tua saya terutama mama. Karena tanpa inisiatif beliau untuk mengenalkan musik sejak kecil, saya mungkin tidak akan seperti sekarang ini. Kedua, tentu saja guru-guru saya. Saya mendapat pendidikan musik piano di Jakarta Conservatory of Music (JCoM) dibawah bimbingan Kak Ruth Wibisono. Beliau yang berperan penting dalam menanamkan pemahaman teknik bermain piano. Lalu saya dibimbing oleh Kak Iswargia Sudarno. Dua sosok inilah yang membuat saya jatuh cinta dengan piano. Disamping piano, bakat musik saya juga terasah karena saya mengambil vokal klasik, dengan bimbingan kak Any Johan, lalu dengan kak Avip Priatna, yang selalu memberi pengajaran dan mendukung karier bermusik saya sampai saat ini. Disamping itu, saya juga tergabung dalam The Resonanz Children Choir. Disini, saya mendapatkan berbagai pelajaran penting yang meningkatkan kemampuan saya dalam bermusik.
Hal itukah yang mendorong Anda meneruskan pendidikan di luar negeri?
Iya betul, dan ada satu lagi. Ketika belajar di JCoM, kak Iswargia menyarankan saya untuk mengikuti Aspen Summer Music Festival, sebuah kamp musik musim panas terbesar di Amerika. Dari situlah persepektif saya tentang musik menjadi terbuka, karena banyak bertemu dengan musisi internasional, dan mendapat banyak pelajaran tentang musik. Dari Festival ini, munculah dorongan kuat untuk mempelajari musik lebih dalam lagi terutama di luar negeri. Lalu dengan beberapa pilihan yang ada seperti Amerika dan Eropa, saya memilih Eropa, karena disanalah musik klasik lahir dan berkembang, yang menjadi pusat peradaban musik klasik dunia. Saya memilih Inggris, tepatnya di Royal Academy of Music, London. Konservatorium musik ini didirikan tahun 1822 oleh John Fanem Earl of Westmorland ke-11, dan merupakan konservatorium terkemuka di dunia.
Bagaimana prosesnya?
Saya mengikuti audisi langsung di Royal Academy of Music, dan puji Tuhan saya diterima. Lalu saya bisa memilih profesor yang saya inginkan untuk membimbing saya, tetapi harus melalui audisi lagi, langsung dengan profesor tersebut. Karena tidak semua profesor yang kita inginkan mau menerima kita, tergantung dari kemampuan musik kita. Saya bersyukur bisa diterima oleh profesor yang saya inginkan. Saat ini saya berada di bawah pengajaran dan bimbingan dari Prof. Christopher Elton. Beliau telah menjadi juri dari berbagai kompetisi bergengsi di dunia seperti International Cliburn Competition, Rubinstein Piano Competition, dan lain-lain.
Pengalaman apa saja yang didapatkan selama belajar musik di luar negeri?
Yang pertama, saya berkesempatan belajar dengan profesor-profesor musik ternama di Royal Academy, dan juga profesor-profesor tamu dari berbagai negara yang diundang Royal Academy. Kedua, berkesempatan tampil dalam konser-konser dengan beragam format penampilan seperti solo, duet, maupun chamber, baik yang diselenggarakan Royal Academy maupun pihak luar. Ketiga, akses yang mudah dan berlimpah yang berkaitan dengan sumber-sumber pembelajaran, misalnya perpustakaan, budaya, repertoire, dan rekaman-rekaman musisi dunia
Bagaimana Anda melihat perbandingan pengajaran musik di Indonesia dengan di Inggris?
Yang saya rasakan sih pemahaman dan cara menginterpretasikan musik di masyarakat London khususnya, lebih mendalam. Contoh saja, di masyarakat kita nulis dan baca not balok itu susah banget hehehe… Tapi di Inggris, nulis dan baca not balok sudah seperti bahasa sehari-hari mereka. Mungkin karena budaya musik klasik yang telah berkembang sejak lama, sehingga hal itu sudah menjadi bagian dari tradisi yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan dan budaya mereka sehari-hari. Dalam belajar musik, kemampuan menulis dan membaca not balok itu sangat vital. Dan di kita, kemampuan seperti itu masih jadi kendala, sehingga masih harus terus dilatih dan ditanamkan sampai menjadi sebuah kebiasaan.
Sudah berapa tahun sih di London? Rencana mau lanjut atau pulang ke Indonesia?
Saat ini saya memasuki tahun ke-empat, tahun terakhir saya di program S1. Rencananya, setelah lulus S1saya akan melanjutkan ke jenjang S2. Saya ingin mempelajari musik lebih dalam lagi. Tapi, setelah lulus nanti, saya berencana untuk kembali ke Indonesia.
Sebenarnya apa yang menarik dari musik dan mengapa Anda mempelajarinya?
Awalnya sih karena senang mendengar, merasakan, lalu terangsang untuk memainkannya. Dan untuk itu, ternyata harus mempelajarinya. Prosesnya seperti itu. Awalnya saya berpikir, sekedar bisa memainkan lagu saja cukup. Ternyata tidak sesederhana itu. Banyak hal yang dipelajari dari sebuah lagu, bahkan lagu dari satu komposer saja, bisa begitu banyak yang dipelajari. Bayangkan jika mempelajari lagu dari banyak komposer dan dari jaman yang berbeda. Belajar musik itu sesungguhnya kita belajar tentang banyak hal
Misalnya?
Mempelajari musik memungkinkan kita untuk memahami budaya dan tempat lain secara lebih intim. Juga belajar tentang hubungan kompleks antara komposer, masyarakat, musik, dan ide. Musik juga mengajarkan kita nilai konsistensi dan ketekunan. Juga kemandirian, dimana siswa mengembangkan kemampuan untuk belajar sendiri. Kita juga belajar berkolaborasi dimana musisi mempelajari nilai kerja tim saat bekerja dalam kelompok atau ansambel. Dan yang juga penting adalah dengan belajar musik, kita belajar memecahkan masalah dan mendorong kita untuk mengejar standar tertinggi bagi diri kita sendiri, sekaligus menjadi pribadi yang berani menghadapi tantangan, yang terlatih melalui tampil di depan orang lain. Ini membutuhkan keberanian yang luar biasa. Setiap kali kita tampil di depan orang lain, kita mengambil risiko yang telah diperhitungkan.
Setelah lulus S1 nanti, apa rencana Anda?
Saya berencana untuk melanjutkan pendidikan musik saya ke jenjang S2, jurusan piano performance. Saya juga akan mengambil komposisi dan film scoring, karena tertarik dalam bidang itu. Disamping sekolah, saya juga akan mengadakan konser-konser dengan Steinway baik di dalam maupun di luar negeri
Ada rencana berkarier di luar negeri?
Belum kepikiran sih hehehe…tapi kalau bagi saya pribadi sepertinya saya akan memilih untuk berkarier di dalam negeri. Saya akan kembali ke Indonesia karena saya ingin mengembangkan musik di Indonesia, utamanya musik klasik, agar bisa berkembang dan lebih maju, dan agar semakin banyak orang Indonesia bisa menikmati musik klasik. Saya melihat peluang berkarier di negara sendiri jauh lebih besar. Penduduk kita banyak, mestinya market-nya juga besar
Apa saran Anda untuk mereka yang saat ini sedang belajar dan berkarier di musik?
Yang pasti kita harus tekun berlatih dan kerja keras. Jangan mudah menyerah, karena industri musik itu memerlukan banyak waktu, passion, dan ketekunan. Apalagi di luar negeri, kita akan berhadapan dengan banyak orang yang lebih tinggi kemampuannya. Jadi lebih kompetitif. Juga harus punya mental kuat, dan mau menerima masukan dari orang lain.
Apa yang Anda rasakan saat berhadapan dengan mereka yang lebih tinggi kemampuannya?
Ada dorongan untuk menjadi seperti mereka, bahkan kalau bisa melebihi mereka. Dan ini positif, menjadi motivasi. Kadang ada orang yang minder, lalu menarik diri dari tantangan di depannya. Saya pikir tidak harus seperti itu. Bagi saya, orang-orang di sekitar saya adalah guru, dan saya banyak belajar dari mereka. Bukan tentang musik saja, tapi banyak hal-hal positif lainnya yang bisa kita serap.
Ketertarikan Anda ke musik, apakah karena dipaksa orang tua, atau muncul dari kesadaran Anda sendiri?
Awalnya didorong orang tua waktu saya masih kecil, tetapi pada akhirnya ketertarikan itu muncul dari kesadaran saya sendiri. Saya akhirnya menyukai musik, bukan karena paksaan. Ibaratnya, mama yang membuka jalan, lalu saya sendirilah yang kemudian menapaki jalan itu dengan passion saya sendiri. Saya pikir belajar apapun kalau karena paksaan, pasti tidak akan berhasil deh, karena paksaan itu kan berasal dari luar, bukan dari kesadaran yang muncul dari dalam diri sendiri. Banyak anak-anak yang dipaksa belajar ini itu, tapi ujung-ujungnya mereka akhirnya mengikuti apa yang menjadi passion mereka sendiri, apa yang mereka suka.
Dari pengamatan Anda, apa kekurangan dalam pengajaran musik klasik di Indonesia, setidaknya setelah Anda melihat dan merasakan pembelajaran di luar negeri?
Secara umum kurang dalam hal mengapresiasi musik klasik itu sendiri. Bisa dipahami sih karena musik klasik kan bukan budaya kita. Kita tidak punya budaya musik klasik. Dan bagi kita itu sesuatu yang baru, bahkan asing bagi kalangan umum. Tapi saya percaya, seiring perkembangan jaman, musik klasik akan menjadi pilihan, dan bisa menjadi lapangan pekerjaan .
Bagi Anda, apa makna menjadi musisi?
Seorang musisi adalah mereka yang mencari cara unik untuk menghadirkan keindahan ke dunia melalui suara. Musik itu unik karena ide dan emosi dikomunikasikan dalam suara, tidak harus dengan kata-kata. Inilah yang menarik karena perhatian terhadap suara secara tidak langsung meningkatkan kemampuan kita untuk memahami orang lain dan memperjelas komunikasi kita sendiri. Saya percaya bahwa musik adalah bagian penting dari pengalaman manusia. Dan saya juga percaya setiap orang adalah musik itu sendiri, memiliki kebutuhan akan ekspresi musik, dan bahwa musik mengembangkan manusia dengan cara yang sangat unik. Jadi sesungguhnya, tidak ada seorang manusia pun yang bisa melepaskan dirinya dari musik, karena disadari atau tidak, ia menjadi sebuah kebutuhan. Musisi juga belajar menjadi sangat sadar akan tubuh fisik mereka saat mereka mengembangkan strategi latihan dan penampilan yang efisien. Seorang musisi menyadari bahwa semua musik memiliki tujuan dan nilai. Dan dalam memahami kerumitan membuat musik yang menyenangkan, musisi memperlakukan orang lain dengan rasa hormat dan kebaikan.
Baiklah. Sebagai Young Steinway Artist, bagaimana pendapat Anda tentang piano Steinway?
Dengan kemungkinannya yang tak terbatas, Steinway memungkinkan saya untuk melukis warna tak terbatas dari setiap corak dari kanvas kosong. Steinway memungkinkan sebuah karya menjadi hidup. Tidak ada yang sebanding dengan keindahan yang dihasilkan Steinway. Dengan Steinway kita bisa memainkan yang terbaik. Saat ini dan seterusnya, Steinway akan selalu menjadi pilihan pertama saya untuk piano. (*)