TEKNIK PIANO, Antara Tobias Matthay dan Egon Petri

201

Article Top Ad

Penerapan teknik bermain piano yang tidak tepat, akan lebih banyak menghasilkan keburukan daripada kebaikan. Bahaya di balik teknik piano -seperti cedera dan luka-telah menggugah kesadaran para pianis dan pengajar piano untuk mencari teknik dan metodebaru memainkan piano tanpa risiko kecelakaan. Sebaliknya, memungkinkan para pianis memiliki skill untuk memainkan not demi not, chord demi chord, dengan mudah dan
menyenangkan.

Tobias Matthay, professor piano di Royal Academy of Music, London, meletakkan dasar-dasar “pressure action” yang kemudian banyak digunakan para pianis dan pengajar piano hingga saat ini. Teknik ini pertama kali diperkenalkan tahun 1880. Tobias mengatakan, “Bila kita ingin merasakan gaimana jari-jari merupakan kepanjangan dari tangan, prasayarat pertama adalah mengubah dengan sangat lembut perlawanan efek berat,”.

Menurut dia, ini berarti kita harus berdiri di belakang setiap not. Syarat yang sangat penting dari teknik jari yang baik adalah dukungan fungsi elastis yang dapat dipercaya. Jari-jari yang terangkat adalah-pada tingkat tertentu-sangat diperlukan dalam teknik jari sebab suara yang diperdengarkan terus menerus dapat dihasilkan hanya melalui gerakan yang terus menerus pula. Sebuah gerakan tertentu sangat diperlukan dalam upaya jari-jari mememanfaatkan kekuatannya, misalnya, dalam legato.

Article Inline Ad

Perkembangan yang cukup penting dari pendekatan ini terjadi setengah abad kemudian. Dalam masa itu muncul istilah-istilah baru seperti perputaran (rotation), shaping, tekanan berat tangan dan bahu, gerakan menyambar ujung jari, serateknik walking arm.
Istilah-istilah ini menjadi bahan diskusi yang tak pernah habis bila membicarakan teknik bermain piano pada masa kini. Persamaan dari istilah-istilah tersebut dari sudut pedagogi adalah, bahwa pergerakan tangan semata tidaklah cukup. Artikulasi suara bersifat mekanik, dan nada saja tidak cukup.

Dewasa ini kebanyakan pianis sependapat bahwa sebuah integrasi antara pergerakan jari-jari dan pergelangan tangan dengan pergerakan lengan adalah sebuah keharusan untuk menghasilkan suara yang penuh dan terbuka, tanpa ketegangan. Menekankan pada relaksasi, khususnya memfokuskan pada lengan bawah, dan menggunakan berat badan serta lengan secara alami yang dialirkan melalui pergelangan tangan seringkali memberi kepastian bahwa jari-jari bermain dengan dalam terhadap tuts.

Claudio Arrau, satu dari pianis romantis yang ternama, suatu ketika pernah mengatakan
dalam salah satu metode mengajarnya, dimana ia mengaitkan filosofi relaksasi dan pendekatan berat. “Saya tidak pernah membiarkan murid-murid menggunakan jari-jari mereka sendirian. Saya selalu mengatakan kepada mereka untuk menggunakan semua bagian tangan dengan jari-jari. Melepaskan diri dari beban tangan sebaiknya berlangsung secara alami. Bahu harus dalam keadaan rileks,”.

Relaksasi seperti apa yang dituju seseorang ketika memainkan keyboard? Tentu saja sebuah gerakan tangan yang tak terkontrol dengan baik, tidak akan dapat menghasilkan suara yang baik. “Suara yang bernyanyi”, yang menjadi tujuan para pianis, tidak saja dihasilkan dengan sekadar menekan tuts-tuts, tetapi juga bagaimana merendahkan tuts-tuts pada jarak dan kecepatan yang bervariasi dari pelan (tingkat kelembutan) ke cepat (tingkat kekerasan).

Seymour Bernstein, dalam bukunya “With Your Own Two Hands – Self Discovery Through Music”, menyarankan, sebuah pendekatan “controlled tension”, yakni mengontrol ketegangan. Ia menekankan bahwa sekali Anda merasakan dengan sadar sebuah kontraksi pada otot, pada saat itu Anda dapat memulai belajar untuk rileks dengan sadar pula.

Kuncinya kemudian adalah, belajar berapa banyak kontraksi otot yang diperlukan untuk menguasai proeblem-problem teknik pada permainan piano. Tantangannya adalah bagaimana hal itu diterjemahkan ke dalam prinsip-prinsip gerakan fisik secara ekonomis. Ekses ketegangan berasal dari kontraksi otot yang berlebihan, yang disebabkan oleh pergerakan fisik yang terorganisir dengan buruk.

Bernstein menulis tentang konsep “keyboard choreography”. Ia menyatakan, “Seharusnya setiap orang memperhatikan dengan seksama setiap pergerakan tangannya, terutama pergerakan maju-mundur akan-pergerakan ini betul-betul harus dipertimbangkan sebagai sumber utama bagi kontrol musik dan teknik Anda. Keduanya akan mempengaruhi bagaimana Anda membentuk frasa,”.

Bernstein menekankan bahwa kebebasan, keleluasaan dan fleksibilitas sendi-sendi bahu adalah hal yang harus dibutuhkan bagi pergerakan lengan atas yang efisien. Gerakan bergelombang ke depan dari lengan atas misalnya, menghasilkan sebuah gerakan ke atas dari pergelangan tangan. Gerakan bergelombang lengan atas ke belakang ke arah badan akan membuat posisi pergelangan tangan ke bawah.

Menempatkan jari-jari pada tuts dan memusatkan tenaga pada lengan atas, menjauhkannya dari tubuh dan turun ke tangan, disebut upstroke. Sebaliknya, memusatkan tenaga dengan lengan atas menjauhi badan, dengan berat diarahkan ke tuts, disebut downstroke.

Struktur Tangan
Gerakan-gerakan choreographi pada keyboard semata-mata ditentukan oleh struktur tangan dan topographi keyboard. Tidak pernah oleh aksentuasi rhytmik. Rhythm adalah salah satu dari musuh besar teknik piano. Hal itu karena aksen-aksen alami cenderung membuat telapak tangan terlalu turun ke bantalan tuts. Dan seringkali pergerakan-pergerakan ke bawah oleh telapak tangan tidak cocok dengan jari-jari yang lain dalam kaitannya dengan topographi keyboard.

Dalam bukun yang lain, “20 Lessons in Keyboard Choreography, Bernstein memfokuskan pentingnya “pendaratan mulus” (soft landing). Ia menyatakan, piano secara tidak langsung adalah instrumen perkusi, dengan pendekatan “dipukul”, karena suara memang dihasilkan ketika hammer memukul senar.

Tujuan seorang pianis adalah meniadakan sebanyak mungkin efek suara dipukul dengan menggunakan “soft landing” pada bantalan tuts. Teknik ini memanfaatkan semua potensi pergerakan dan koordinasi antara bahu, lengan atas, lengan bawah, telapak tangan dan jari-jari untuk menghasilkan suara yang lembut dengan “pendaratan jari-jari” secara lembut.

Dorothy Taubman, seorang pengajar yang sangat terkenal, percaya bahwa memberikan saran-saran teknik yang tepat, tanpa kesulitan-kesulitan secara alamiah, membebaskan rasa sakit dalam bermain piano, adalah sesuatu yang harus dilakukan terus menerus. Tujuan akhir teknik piano adalah memungkinkan para pianis memiliki skill yang diperlukan agar mereka dapat bergerak dari satu chord ke chord lainnya, dari satu not ke not lainnya dengan tanpa kesulitan.

Taubman menyesalkan banyak orang yang berlatih teknik selama berjam-jam tanpa mengetahui prinsip-prinsip latihan teknik. Menurut dia, seringkali lebih banyak menghasilkan keburukan disbanding kebaikan bila berlatih teknik tampa mengetahui prinsip-prinsip dasarnya. Dia lebih memusatkan pada pemahaman dasar-dasar psikologikal permainan piano, daripada sistem-sistem latihan yang kadangkala membuat nervous, melalui pengulangan yang tak ada habis-habisnya.

Sekali seorang pianis merasa kelelahan secara fisik dan mental, kemungkinan untuk untuk menderita luka melalui gerakan-gerakan yang tidak tepat, akan menjadi sebuah bahaya besar. Kosep Taubman tentang dan perpindahan tangan adalah sebuah pergantuk memahami bagaimana gerakan yang terkoordinasi dan efisien pada piano.

Dalam hal ini Bernstein memberikan perhatian penuh pada postur tubuh, yakni posisi ketika duduk, posisi bahu, posisi tubuh (lebih ke depan, sejajar atau ke belakang). Posisi duduk memberikan aspek kesimbangan dalam permainan. Dengan posisi duduk yang benar, keletihan dan kelelahan dapat diminimalkan. Otot-otot juga memungkinkan untuk tidak terlalu tegang. Menurut dia, ujung jari merupakan pusat aktivitas, yang menjangkau tuts-tuts untuk menghasilkan suara tanpa kekerasan. Hal ini dapat dilakukan dengan pergerakan semua bagian yang berhubungan, serta sikap duduk yang baik.

Master pianis dari Jerman, Rudolph Serkin, membuat sebuah sudut pandang yang berbeda dalam teknik piano. Dia menyatakan, ia membutuhkan berjam-jam hanya sekadar untuk pemanasan. “Saya mungkin termasuk kuno. Saya latihan tangga nada dan arpeggio yang mungkin saya butuhkan, tetapi tidak selalu digunakan. Saya latihan dan latihan berjam-jam. Setelah berlatih lima jam, saya merasakan itu baru sebagai pemanasan. Saya percaya dalam sebuah system yang baik, sebuah teknik yang diajarkan, misalnya, seperti yang diberikan Madame Lhevine. Tetapi lepas dari itu, saya percaya pada kemungkinan setiap orang menemukan caranya sendiri sesuai dengan lagu yang dipelajari dan bagaimana cara ia memecahkan persoalan-persoalannya,”.

Menurut putri sulung Serkin, ayahnya berlatih tangga nada selama sembilan jam sebelum melakukan konser, sementara hanya satu jam saja yang digunakan untuk mempelajari repertori. Mengapa? Ini karena jarijarinya terlalu lebar sehingga seringkali jari-jarinya mengenai tuts lain diantara tuts-tuts hitam. Latihan tangga nada yang sistimatik dalam waktu yang cukup panjang itu memastikan dia bahwa setiap jari akan menempatkan diri secara otomatis pada posisi di depan tuts-tuts hitam dengan tepat.

Semua pembicaran mengenai teknik piano harus mengakui bahwa pada akhirnya setiap orang harus menemukan cara bermain mereka sendiri dengan baik dan menyenangkan. Tapi paling tidak, apa yang diuraikan mengenai pendekatan-pendekatan teknik yang berbeda dapat memberikan kontribusi bagi pemahaman bagaimana menggunakan prinsip-prinsip teknikpiano.

Egon Petri, pianis dan pengajar piano terkenal dari Russia menyatakan sebuah sudut pandang humanis dalam mengajar. “Jangan percaya apapun yang aku katakan padamu, tetapi ada baiknya cobalah itu. Bila itu membantumu, gunakan. Tapi bila itu tidak membantumu, lupakan, dan kita mencari cara pemecahan yang lain,”. (M. Absar Arrafi)

Article Bottom Ad