Anak yang Kurang Semangat

290

Article Top Ad

Dear DR. Hendry,
Saya memiliki latar belakang keluarga yang mencintai musik, walaupun saya sendiri tidak pernah berkesempatan untuk belajar alat musik apa pun pada masa kecil. Sejak saya berkeluarga, saya ingin sekali supaya anak-anak saya bisa memiliki kesempatan untuk belajar musik. Saat ini, kedua anak saya mengikuti kursus piano, masing-masing satu jam setiap minggu.

Anak sulung saya sudah belajar piano selama kurang lebih empat tahun. Dia sekarang berumur sepuluh tahun. Pada periode dua setengah tahun yang pertama, kami terpaksa harus gonta-ganti guru terus, sekitar dua atau tiga bulan sekali, karena anak saya tidak pernah mau latihan, sehingga guru-guru menjadi kesal dan tidak mau mengajarnya.
Bukan cuma itu, anak saya pun selalu merasa enggan untuk pergi ke tempat gurunya, karena takut dimarahi. Sejak dia mendapatkan guru yang terakhir, yang sudah mengajarnya selama lebih dari satu tahun, sikapnya mulai berubah dengan drastis. Dia menjadi lebih ceria dan selalu bersemangat untuk pergi ke tempat gurunya.

Tentunya perubahan sikap ini membuat saya merasa gembira dan harapan saya mulai muncul kembali. Namun yang membuat saya merasa heran dan bingung adalah kenapa anak saya ini tetap saja tidak mau latihan, walaupun dia sekarang sudah tidak bersungut-sungut lagi untuk pergi les piano.

Article Inline Ad

Yang ingin saya tanyakan di sini adalah apakah anak saya ini memang tidak punya minat pada musik, sehingga dia tidak seharusnya diberikan kesempatan untuk belajar musik? Apakah percuma bagi saya untuk mendorong anak saya terus, kalau dia ternyata tidak mau latihan?

Ataukah sebaiknya saya biarkan saja, mumpung guru yang sekarang ini tidak merasa keberatan untuk mengajarnya, walaupun tanpa latihan? Kalau saya biarkan seperti ini terus-menerus, apakah ada harapan bahwa mungkin di kemudian hari anak saya ini akan bisa menjadi lebih berminat pada musik atau mungkin akan kelak bisa mau latihan sendiri?

Saya merasa tidak berdaya dan tidak mengerti seharusnya saya apakan anak saya ini supaya dia bisa menjadi lebih semangat berlatih. Anak saya yang lebih kecil tidak punya masalah seperti ini sama sekali. Mohon nasihat dari Pak Hendry akan apa saja yang bisa saya lakukan untuk anak saya ini. Terima kasih atas kesediaan bapak untuk menjawab pertanyaan saya ini.

Salam sejahtera,
Chloe Simanjuntak
Medan

Ibu Chloe yang budiman,
Setiap anak memiliki sifat, sikap dan watak yang berbeda-beda. Ketidakmauan seorang anak untuk berlatih bukan pertanda bahwa anak itu tidak memiliki rasa cinta terhadap musik. Anak-anak pada umumnya lebih suka bersenang-senang dan tidak suka bekerja keras. Ini merupakan hal yang wajar.

Latihan piano seringkali dianggap seperti kerja keras oleh anak-anak tertentu, karena diperlukannya disiplin yang sangat tinggi. Ini terutama lebih sulit bagi anak-anak yang tidak dibiasakan disiplin sejak dini dalam hal-hal lainnya oleh orangtua mereka. Jadi, sebetulnya yang tidak disukai anak-anak itu adalah proses latihannya dan bukan musiknya itu sendiri.

Sebagai guru dan orangtua, kadang-kadang kita harus memikirkan cara-cara khusus yang cerdik untuk membujuk anak-anak supaya mau latihan, sehingga mereka dapat menikmati proses latihan dan tidak merasa seolah-olah seperti sedang menjalani hukuman yang berat.

Seorang pedagog terkenal, Frances Clark pernah mengatakan: “There is music in every child, the teachers job is to find it and nurture it,” yang artinya “Musik itu ada di dalam diri setiap anak, tugas seorang guru adalah untuk menemukannya dan membinanya.” Jadi saya yakin bahwa musik juga berada di dalam diri anak ibu, yang mungkin hanya belum waktunya ditemukan dan sedang menunggu seorang guru yang baik untuk menemukannya dan kemudian memupuknya. Oleh karena itu, janganlah ibu merasa terlalu cemas atau terlalu cepat menyerah.

Kita juga perlu menyadari bahwa tidak semua anak yang belajar musik itu pasti harus menjadi pemain yang sangat baik atau menjadi musisi profesional. Saya melihat banyak sekali orangtua murid yang memberikan tuntutan yang terlalu tinggi pada anak-anak mereka sehingga mereka tidak lagi mencintai musik secara murni.

Melihat iklim pendidikan musik di Indonesia yang terasa semakin kompetitif belakangan ini, kadangkala kita perlu untuk mundur beberapa langkah dan memikirkan kembali akan makna dan khasiat dari musik yang sesungguhnya, yang tidak hanya terbatas pada kehebatan seseorang dalam bermusik, tetapi juga kemampuan musik itu sendiri yang bersifat memulihkan, menyembuhkan, dan menguatkan seseorang, baik itu dari segi jiwa maupun raga.

Kemauan anak ibu untuk pergi les piano dengan guru yang sekarang ini, walaupun masih belum juga mau latihan, merupakan sebuah tanda yang positif. Mungkin sekali guru ini masih sedang berusaha untuk “menyembuhkan” luka-luka batin yang mungkin masih ada pada diri anak ibu dari pengalaman-pengalamannya yang kurang positif dengan guru-guru yang sebelumnya.

Berilah kesempatan bagi anak ibu untuk bisa kembali menaruh kepercayaan yang baik disertai oleh perasaan positif terhadap gurunya, dengan harapan bahwa anak ibu akan perlahan-lahan mulai mendengarkan dan mengikuti nasihat gurunya untuk latihan di kemudian hari. Janganlah merasa heran apabila guru ini tidak pernah menggunakan kata “latihan” atau meminta anak ibu untuk latihan di rumah. Mungkin guru ini memiliki cara yang tersendiri untuk membuat anak ibu untuk berlatih tanpa memintanya untuk latihan.

Sebetulnya masalah tidak latihan maupun kurang latihan ini tidak hanya ditemukan pada anak-anak, tetapi juga sering kita temukan pada murid-murid dewasa yang mungkin terlalu sibuk pada pekerjaan mereka sehari-hari, belum lagi harus mengurus rumah tangga mereka, sehingga mereka tidak lagi memiliki waktu untuk latihan.

Saya sering mendengar keluhan dari orang-orang seperti ini yang merasa bersalah atau sungkan untuk melanjutkan kursus musik mereka apabila mereka tidak sempat berlatih di rumah. Sesungguhnya, keberanian seseorang untuk pergi ke tempat kursus merupakan sebuah langkah besar yang tidak mudah dicapai oleh banyak orang.

Kita bisa bayangkan ada berapa banyak orang yang selalu memikirkan atau berkeinginan untuk belajar musik, namun mereka tidak pernah sanggup untuk melakukan langkah yang pertama itu. Langkah yang penting itu akan membuka pintu dan jendela yang lebar bagi mereka untuk bisa mempelajari dan menikmati musik tanpa batas.

Seorang guru yang baik dan sabar akan tetap sanggup untuk senantiasa membina dan mendorong murid-muridnya yang tidak latihan di rumah, walaupun hasilnya tidak akan optimal dibandingkan dengan murid-murid yang selalu rajin latihan. Selain itu, masih ada banyak sekali hal-hal yang dapat dipelajari pada saat kursus piano tanpa latihan yang akan memperlebar wawasan murid dalam bermusik, misalnya belajar menganalisa musik yang akan memperdalam pengetahuan murid terhadap musik yang sedang dipelajari dan memungkinkan murid untuk lebih menghargai langkah-langkah yang ditempuh oleh para komponis dalam menciptakan karyanya.

Latihan pada saat kursus di bawah pengawasan guru juga adalah suatu proses latihan. Saya kenal beberapa guru piano yang memiliki murid-murid yang sangat mampu sehingga orangtua mereka memilih untuk mengambil kursus piano setiap hari selama dua sampai tiga jam per hari, dengan harapan bahwa latihan di bawah pengawasan guru itu hasilnya akan lebih baik, sehingga anak mereka tidak perlu lagi untuk latihan sendirian dengan kurang efektif di rumah. Hasilnya tentu sangat luar biasa dibandingkan dengan murid-murid yang hanya sempat menemui guru mereka satu kali dalam seminggu disertai oleh latihan yang mungkin kurang benar dan teratur di rumah.

Tentunya saya berharap bahwa kita semua akan selalu berusaha menyisihkan waktu untuk latihan, walaupun kita sibuk, karena latihan yang teratur itu sangat penting untuk mencapai hasil yang lebih baik. Orangtua murid mungkin dapat membantu anak-anak mereka dengan menyediakan suasana yang lebih mendukung untuk latihan di rumah, misalnya suasana yang tenang tanpa adanya anggota keluarga yang sedang nonton TV atau berbicara dengan keras.

Cobalah untuk menjadwalkan “Music Time” pada jam tertentu setiap hari yang bersifat ceria dan menyenangkan, sehingga anak-anak akan menjadi terbiasa untuk memainkan alat musik mereka kalau sudah tiba waktunya, tanpa harus disuruh-suruh lagi dan tanpa menyadari bahwa mereka itu sebetulnya sedang berlatih.

Music Time ini juga dapat kita asosiasikan dengan waktu istirahat di antara pekerjaan-pekerjaan sekolah, sehingga anak-anak dapat merasa lebih rileks dan gembira pada saat bermusik, seperti halnya waktu bermain dengan kawan-kawan mereka. Aktivitas sehari-hari ini mungkin bisa didampingi oleh orangtua atau anggota keluarga lainnya, sehingga anak-anak merasa bahwa kegiatan mereka dalam bermusik itu sangat dihargai, yang tentunya akan memberikan mereka rasa semangat untuk berlatih lebih giat lagi. Selamat mencoba!

Salam,

Dr. Hendry Wijaya

DOKTOR Hendry Wijaya menarik perhatian dunia pada tahun 1996 ketika menerima penghargaan “Young Artist Piano Award” sebagai pemenang kompetisi Artist International di Amerika Serikat. Melalui penghargaan ini, ia diberikan kesempatan untuk mengadakan resital perdananya di gedung terkemuka Carnegie Hall, New York, diikuti oleh Gedung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan memperoleh sambutan luar biasa dari para pakar musik dunia. Ia dianugerahkan gelar Doctor of Musical Arts (DMA) dari Manhattan School of Musik sebagai penerima beasiswa penuh Presidential Merit Scholarship. Kini ia menjabat sebagai Head of Piano Department di Westminster Conservatory of Musik di Princeton dan pimpinan dari Elly Lim Musik Studio di Jakarta. DR. Hendry sering diundang untuk menjadi juri di berbagai kompetisi piano internasional, seperti Golden Key Festival, Alberti International Piano Competition, Chopin International Piano Competition di Hartford, World Pianist Invitational International Competition dan sebagainya. Di sela-sela kesibukannya, ia meluangkan waktu untuk menjawab pertanyaan yang diajukan pembaca STACCATO berkaitan dengan piano, edukasi dan performing. Kirim pertanyaan Anda langsung ke e-mail DR. Hendry Wijaya: [email protected] atau STACCATO: [email protected].

Article Bottom Ad