Dr. Hendry – Keluhan Siswa Dewasa

498

Article Top Ad

Halo DR. Hendry,

Saya adalah murid dewasa dan sudah belajar piano selama kurang lebih dua tahun.  Entah kenapa, perkembangan saya itu rasanya pelan sekali dibanding dengan anak-anak. Saya merasa malu terhadap guru piano saya. Saya mungkin boleh dianggap cukup serius dan tekun karena saya memang sungguh-sungguh ingin belajar piano, tidak seperti kebanyakan anak-anak yang belajar piano karena disuruh orangtua mereka.

               Saya latihan secara teratur setiap hari, minimal satu jam. Pada saatnya tiba untuk kursus piano, saya tidak pernah bisa memainkan dengan sempurna untuk guru saya, walaupun saya sanggup main dengan sangat baik waktu latihan.  Bukan hanya tidak sempurna, seringkali seakan-akan saya tidak pernah latihan sama sekali.  Jari-jari saya jadi kaku di hadapan guru dan tiba-tiba tidak sanggup main sama sekali. Tentunya saya kecewa sekali terhadap diri saya. Saya juga merasa sedih untuk mengecewakan guru saya.

Article Inline Ad

               Untungnya guru saya itu cukup sabar dan selalu mendorong saya. Namun begitu saya tetap merasa bersalah. Semakin banyak usaha yang saya tuangkan, semakin parah pula jadinya.  Apakah ini adalah hal yang wajar untuk murid dewasa?  Apakah betul bahwa anak-anak memang lebih gampang belajar piano daripada orang dewasa?  Kenapa saya tidak pernah bisa main piano dengan betul di depan guru saya, padahal saya bisa main dengan cukup sempurna kalau lagi sendirian?

               Mohon pendapat dari Pak Hendry akan hal ini dan apakah ada sesuatu yang bisa saya lakukan untuk mengatasi masalah ini supaya saya bisa belajar dengan lebih baik dan tidak selalu mengecewakan guru saya. Sebelum dan sesudahnya, saya ucapkan banyak terima kasih atas waktu yang sudah Bapak luangkan untuk menjawab pertanyaan saya ini.

 

Salam,

Murni Simanjuntak

Padang

 

 

Ibu Murni yang budiman,

TERIMA kasih atas pertanyaannya yang sangat baik. Sepertinya ibu mengalami masalah yang sama seperti kebanyakan dari murid-murid dewasa lainnya yang pernah atau tengah saya tangani.

Melalui pengalaman saya dalam mengajar murid-murid dewasa selama puluhan tahun lamanya, saya melihat adanya perbedaan yang sangat jelas antara murid dewasa dan anak-anak.  Secara sekilas, murid-murid dewasa kelihatannya kurang latihan apabila dibanding dengan anak-anak berdasarkan permainan mereka. Tapi kenyataannya, murid-murid dewasa seringkali berlatih jauh lebih banyak daripada anak-anak.

Murid dewasa biasanya mendaftarkan diri untuk mengambil kursus musik karena mereka memang betul-betul mau belajar, berdasarkan semangat dan keinginan mereka sendiri.  Sebaliknya, kebanyakan anak-anak belajar musik karena kemauan atau paksaan dari orangtua mereka dengan anggapan umum bahwa anak-anak belum sanggup untuk mengambil keputusan mereka sendiri akan aktifitas apa saja yang baik dan berguna bagi masa depan mereka.

Nah, lalu kenapa yang berlatih dengan serius justru tidak sanggup untuk memainkan dengan baik di depan guru mereka? Ini sebetulnya menyangkut hal psikologis. Murid-murid dewasa yang serius terhadap pelajaran musik mereka cenderung terlalu peduli atas permainan mereka dan menjadi terlalu sadar terhadap adanya kemungkinan pandangan atau tanggapan yang negatif dari guru mereka atau pendengar lainnya.

Pada saat mereka bermain piano, mereka berpikir terus-menerus apakah orang yang sedang mendengarkan permainan mereka itu dapat menerimanya dengan baik. Pikiran yang negatif seperti ini dapat menggelincirkan fokus atau konsentrasi mereka dalam bermain, sehingga kesalahan-kesalahan yang tidak biasa terjadi pada saat mereka latihan mulai bermunculan di sana-sini.

Pengalaman seperti ini tentunya sangat membuat murid merasa frustrasi karena mereka sangat ingin menunjukkan hasil kerja keras mereka, terutama setelah mereka berlatih dengan sangat giat sepanjang minggu. Sebaliknya, anak-anak biasanya tidak banyak berpikir ketika mereka memainkan untuk orang lain.  Walaupun mereka membuat kesalahan di sana-sini, mereka seringkali tidak sadar akan kesalahan-kesalahan mereka sehingga sanggup untuk meneruskan permainan mereka dengan percaya diri.  Pada acara-acara konser murid anak-anak, biasanya sang guru yang justru menjadi lebih khawatir daripada murid mereka yang akan tampil karena murid-murid mereka sudah tidak sadar lagi akan permainan mereka sendiri ketika tampil di depan umum.

Pikiran untuk tidak ingin mengecewakan guru Anda itu merupakan salah satu contoh pemikiran negatif, yang dapat dengan mudah mengganggu konsentrasi Anda pada saat memainkan piano. Perlu kita ingat selalu bahwa guru kita itu tidak pernah bermaksud untuk menghakimi kita. Seorang guru mengerti kelemahan kita dan bertujuan untuk membantu kita supaya kita dapat bermain dengan lebih baik lagi.  Oleh sebab itu, permainan kita untuk sang guru janganlah semata-mata bertujuan untuk membuat guru kita terkesan terhadap permainan kita.

Sebagai seorang murid, kita harus belajar untuk menaruh kepercayaan sepenuhnya kepada guru kita, dimana kita tidak perlu untuk merasa malu atas kesalahan-kesalahan kita. Sebaliknya, melakukan kesalahan-kesalahan di hadapan guru kita yang tidak biasanya kita lakukan pada waktu latihan di rumah adalah hal yang sangat positif.

Ini karena kesalahan-kesalahan yang terjadi di depan guru akan memberikan kesempatan bagi sang guru untuk membantu kita dalam memperkokoh bagian-bagian lemah dari lagu yang sedang kita pelajari. Bayangkan kalau kita pergi ke dokter, tetapi kita malu untuk mengakui bagian-bagian tubuh kita yang sakit. Lah, bagaimana dokter ini akan dapat membantu mengobati kita dengan lebih efektif kalau kita hanya berusaha menunjukkan kesempurnaan kita?

Sebelum adanya masa pandemi, murid-murid saya sering beralasan bahwa mereka biasanya bermain dengan jauh lebih baik di piano dan rumah mereka sendiri.  Namun dengan adanya sistem pembelajaran musik secara virtual sekarang ini, murid-murid tidak dapat lagi memberikan alasan yang demikian, karena mereka toh memang sudah memainkan piano sendiri di rumah sendiri dan masih juga membuat kesalahan-kesalahan di hadapan guru mereka secara virtual.

Ini membuktikan bahwa bukan guru piano mereka yang menjadi masalah melainkan ketidakterbiasaan mereka dalam memainkan untuk orang lain. Untuk mengatasi masalah ini, kita harus belajar berlatih untuk membiasakan diri dalam memainkan untuk guru. Nah, bagaimana mungkin kita bisa berlatih untuk membiasakan diri memainkan untuk guru, sementara kita cuma berkesempatan untuk kursus sekali dalam seminggu? Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan di rumah untuk menciptakan suasana kursus yang sesungguhnya.

Salah satu hal yang dapat kita lakukan sendiri antara lain adalah memainkan kembali lagu-lagu yang sudah dilatih selama berhari-hari, namun kali ini dengan membayangkan keberadaan guru Anda di dalam ruangan, sehingga Anda harus memainkannya untuk guru dalam bayangan Anda tanpa berhenti sama sekali.   Apabila ada terjadi kesalahan-kesalahan pada saat itu, cobalah untuk bermain terus sampai selesai tanpa henti.  Latihan memainkan untuk guru ini tidak dapat kita samakan dengan latihan biasa dimana kita harus melatih bagian-bagian tertentu berulang kali secara perlahan-lahan.

Apabila Anda tidak sanggup untuk membayangkan keberadaan guru Anda di dalam ruangan, cobalah untuk merekam video permainan Anda melalui smart phone atau tablet/ipad.  Banyak orang yang menjadi gugup ketika permainan mereka direkam. Ini karena mereka tiba-tiba berusaha berkonsentrasi untuk menampilkan yang terbaik untuk kamera.

Usaha kita untuk menampilkan yang terbaik, baik itu untuk guru kita, para penonton atau kamera, adalah suatu hal yang sering membuat kita menjadi gugup dan mulai menimbulkan kesalahan-kesalahan yang tidak pernah terjadi pada saat latihan.  Oleh karena itu, rekaman video atas permainan kita merupakan suasana yang terdekat dalam usaha kita untuk menciptakan suasana memainkan untuk guru atau penonton.

Pada saat kesalahan-kesalahan terjadi selama rekaman, itulah kesempatan yang paling berharga bagi kita untuk segera mengetahui bagian-bagian lagu yang sebetulnya masih kurang kokoh, sehingga kita dapat berlatih dengan lebih berhati-hati lagi pada bagian-bagian tersebut. Apabila kita berhasil membuat rekaman video yang sempurna, yang dapat menunjukkan hasil kerja keras kita dalam berlatih di rumah, tentunya kita boleh saja mengirimkan rekaman ini kepada guru atau menunjukkannya pada saat kursus piano. Latihan rekaman video merupakan salah satu cara yang sangat baik untuk latihan konsentrasi.

Perlu kita ingat selalu bahwa permainan kita untuk sang guru pada saat kursus piano tidak harus selalu dalam kondisi “performing”.  Pada saat kita masih dalam tahap pembelajaran lagu baru, tentunya guru kita akan mengerti apabila kita memainkan pada tempo yang masih sangat lambat dengan berhati-hati.  Guru kita juga akan mengerti apabila kita harus tiba-tiba memperlambat tempo pada bagian yang lebih sulit, karena masih belum lancar untuk dimainkan pada tempo yang secepat bagian-bagian lainnya yang lebih mudah. Sang guru akan membantu kita untuk latihan bersama selama kursus piano untuk mempermudah bagian-bagian lagu yang lebih sulit. Sebagai murid, kita juga harus merasa leluasa untuk berterus terang terhadap guru akan masalah-masalah yang kita hadapi pada bagian-bagian tertentu. Janganlah kita menyembunyikan masalah-masalah yang ada.

Marilah kita belajar untuk berpikir secara lebih positif dalam mempersiapkan diri untuk setiap kursus musik kita. Ingatlah selalu bahwa guru kita tidak pernah bermaksud untuk menjatuhkan kita. Guru kita justru sangat ingin membantu untuk membangkitkan jiwa kita dalam bermusik. Itulah yang harus selalu kita tanamkan pada pikiran kita. Selamat bermusik dan semangat selalu!

Salam,

DR. Hendry Wijaya


Profil Dr. Hendry Wijaya

DOKTOR Hendry Wijaya menarik perhatian dunia tahun 1996 ketika mendapat penghargaan “Young Artist Piano Award” usai memenangkan kompetisi piano yang diselenggarakan Artist International di Amerika Serikat.  Ia kemudian diundang tampil di gedung konser terkemuka, Carnegie Hall, dan General Assembly Hall dari Gedung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, dan memperoleh sambutan luar biasa.  Ia mendapat beasiswa penuh dari Manhattan School of Music dan tamat sebagai peraih gelar Doctor of Musical Arts (DMA) yang termuda.  Berbagai musisi dunia yang pernah membimbingnya antara lain Peter Frankl, Lilian Freundlich, Constance Keene, Michael Ponti, Charles Rosen, Herbert Stessin, Paul Badura-Skoda, dan Robert Weirich.  Ia pernah mengajar di Stecher and Horowitz School of the Arts dan Direktur Musik di Music Consortium of Long Island.  Kini ia adalah Professor Piano di Westminster Conservatory of Music di Princeton.  Di sela-sela kesibukannya, ia meluangkan waktu untuk menjawab pertanyaan yang diajukan pembaca STACCATO berkaitan dengan piano, edukasi dan performing.  Kirim pertanyaan Anda langsung ke E-mail Hendry Wijaya: HWHW123@aol.com atau ke e-mail  STACCATO: mjlstaccato@yahoo.com.

Article Bottom Ad