Pembaca Budiman,
RASANYA hampir setiap hari kita disuguhi berita-berita kriminal yang melibatkan anak-anak, baik sebagai korban maupun pelaku, melalui TV dan medsos. Anak-anak itu melakukan hal-hal yang sungguh di luar nalar kita sebagai orang dewasa: mereka merokok, minum minuman keras, memeras, membunuh, mencuri, bahkan memperkosa. Sebagai orangtua, kita mungkin berpikir, mengapa semua itu bisa dilakukan anak-anak? Siapa yang bertanggungjawab?
Manusia membutuhkan waktu lama untuk menjadi dewasa. Mungkin 20 tahun atau lebih. Kita membutuhkan waktu panjang untuk “mengolah” anak-anak kita menjadi seorang yang dewasa. Karena manusia juga memiliki hati dan spirit disamping tubuh, maka sebuah hati yang baik tidak mungkin berkembang sendiri. Seperti tubuh yang membutuhkan makanan untuk pertumbuhannya, hati juga memerlukan pendidikan agar tumbuh menjadi hati yang baik.
Kita bisa menyaksikan tubuh anak berkembang menjadi tinggi dan kuat. Hati, sebaliknya, tidak bisa dilihat, dan kita tidak dapat mengatakan apakah ia tumbuh dan berkembang, dan karena itu kita mungkin saja lupa mengolah, mendidik, dan melatihnya. Usia 0-20 tahun adalah saat anak-anak untuk belajar dari semua obyek di sekitarnya, dan bereaksi dengannya. Inilah saat penting untuk membangun mereka, dan kita mungkin baru bisa melihat hasilnya setelah mereka menginjak usia 20-an.
Kualitas anak-anak bergantung pada apa yang mereka lihat sejak kanak-kanak, apa yang mereka dengar, seberapa banyak tantangan, kesulitan, dan bagaimana orangtua mendidik dan mengarahkannya dengan penuh ketegasan dan kasih sayang. Seorang anak dengan bimbingan yang baik, tidak akan mudah marah bila melakukan sesuatu, dan tidak ingin menyakiti atau melukai orang lain bila ia tidak mendapatkan apa yang diinginkan.
Ia juga tidak punya pikiran untuk mengganggu atau jahil kepada orang lain. Sebaliknya, anak-anak yang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang buruk, benar-benar sangat menyedihkan. Mereka melakukan hal-hal di luar nalar. Siapa yang salah dalam hal ini? Tentu saja orangtua. Ada statemen yang bagus dalam hal ini bahwa,”Adalah sebuah kesalahan memenjarakan anak-anak. Orangtuanyalah yang seharusnya dipenjara”.
Tetapi masalahnya adalah, kebanyakan orangtua bukanlah ahli dalam bidang pendidikan. Kita bisa melihat di seluruh dunia, betapa banyak orang-orang yang berpendidikan tinggi, kedudukan tinggi, juga melakukan hal-hal buruk dan tercela. Anak-anak belajar dari semua itu. Jika seorang dewasa melakukan hal itu, ada kemungkinan besar anak-anak akan menirunya. Karenanya, menangani anak-anak “bermasalah”, tidak dengan memenjarakannya, melainkan dibina dalam sebuah pusat penyembuhan mental.
Jika mereka dipenjara, mereka akan bergaul dengan penjahat-penjahat dewasa yang tak memiliki apa-apa kecuali perangai buruk. Mereka akan melihat dan belajar hal-hal buruk dari para tahanan itu bagaimana melakukan kejahatan. Dan ketika anak-anak itu keluar, bisa dipastikan 80% anak-anak akan terlibat dalam berbagai tindak kejahatan.
Saya berpikir bahwa anak-anak yang belajar musik, entah itu piano, biola, atau alat musik lainnya, sungguh sangat beruntung. Mereka memainkan nada-nada Bach, Mozart, Beethoven, dan sebagainya, seperti mereka merasakan dan menjadikan Bach, Mozart, Beethoven sebagai teman-teman mereka sehari-hari. Para pemain musik sangat dipengaruhi oleh tokoh-tokoh yang mereka hormati dan idolakan. Mereka belajar darinya. Tidak ada waktu bagi mereka untuk melakukan hal-hal buruk.
Salam Musik
Eddy F. Sutanto