Bapak Hendry yang terhormat,
Nama saya Jennifer. Saya suka sekali membaca majalah Staccato dan sudah sejak kecil membacanya. Sekitar dua tahun yang lalu saya terpaksa pindah ke Singapura karena harus mendampingi suami saya yang mendapatkan pekerjaan di sana. Sejak itu tidak gampang lagi untuk membaca majalah Staccato, kecuali sekali-kali dibawakan oleh adik saya dari Indonesia sewaktu datang mengunjungi saya di Singapura. Bulan lalu saya baru diberitahukan oleh seorang teman bahwa majalah Staccato sekarang rupanya sudah dapat dibaca online. Senang sekali saya bisa kembali membaca majalah favorite saya ini. Saya sangat berterima kasih kepada siapa pun yang mencetuskan gagasan untuk majalah Staccato web version ini.
Selama di Singapura, saya mengambil kesempatan untuk melanjutkan lagi kursus piano saya karena banyak sekali guru-guru yang bagus di sini. Kritikan dan saran-saran yang saya terima dari guru saya di sini ternyata sama dengan guru saya yang sebelumnya di Indonesia, yang membuat saya bertekad untuk betul-betul memperbaiki kekurangan saya. Salah satu masalah yang sudah lama dan masih saya hadapi sampai sekarang ini adalah cara untuk memainkan legato dengan sempurna.
Sebelumnya, saya selalu menganggap sepele hal legato karena saya mengira bahwa kalau saya tidak main secara staccato, sudah pasti saya bermain dengan legato. Ternyata saya salah. Sebagaimanapun saya bermain dengan halus dan suara yang tersambung, guru saya tetap saja tidak puas dan selalu bilang bahwa permainan saya itu masih kurang legato. Saya sudah mencoba dengan berbagai cara untuk main dengan lebih menyambung lagi, tetapi tetap saja tidak bisa, sampai-sampai tangan saya jadi kaku dan sakit. Sementara guru saya yang memberikan contoh bisa memainkannya dengan begitu indah. Secara konsep saya mengerti bagaimana indahnya suara legato yang baik, tapi secara teknis saya tidak dapat menghasilkan suara seperti yang dicontohkan oleh guru saya.
Saya terutama merasa kewalahan ketika harus menghasilkan suara legato pada waktu memainkan melodi dalam bentuk oktaf yang berturut-turut, yang sering ditemukan di lagu-lagu jaman Romantik. Melodi yang sederhana tanpa oktaf pun sudah cukup membuat saya kesulitan, apalagi oktaf. Apakah Pak Hendry dapat memberikan tips untuk bagaimana caranya membuat suara legato dengan lebih sempurna, mudah dan lebih menyambung? Saya mendengar dari banyak orang bahwa Bapak sangat berpengalaman dan luar biasa dalam hal penanganan teknik. Kalau berkenan, saya yakin Pak Hendry bisa membahasnya dengan lebih jelas dari guru-guru saya. Mohon bantuannya. Terima kasih atas waktu yang sudah bapak luangkan untuk menjawab pertanyaan saya ini.
Jennifer Lukito
Singapura
Saudari Jennifer yang budiman,
Senang sekali saya mendengar bahwa Saudari Jennifer sangat gemar membaca majalah Staccato dan adalah seorang pengikut Staccato yang sejati sejak masa kecil. Terima kasih atas pertanyaannya yang baik. Bermain dengan cara legato itu memang adalah suatu teknik dasar yang sudah diajarkan sejak tahap pemula. Namun sayang sekali ada cukup banyak orang yang tidak mengerti cara untuk menghasilkan suara legato yang sempurna dengan cara yang lebih efisien, bahkan murid-murid pada tahapan yang lebih tinggi.
Saya melihat bahwa ada banyak murid yang tangan atau jarinya menjadi lebih tegang pada saat guru mereka meminta untuk memainkan dengan suara legato yang lebih menyambung lagi. Ini mungkin karena secara psikologis, kita secara otomatis berusaha untuk memainkan dengan cara merapatkan jari-jari kita serapat-rapatnya dengan harapan untuk menghasilkan suara yang lebih bersambung tanpa mengerti apa sebetulnya yang menyebabkan suara untuk bisa terdengar bersambung dengan mulus. Ini tentunya menyebabkan jari-jemari kita untuk tidak dapat bergerak dengan leluasa, sehingga menyebabkan rasa sakit dan tegang. Marilah kita mengamati bersama apa sebetulnya yang menghasilkan suara yang legato.
Legato itu sebetulnya tidak sesulit yang kita bayangkan. Apabila kita boleh mengumpamakan staccato itu sebagai kegiatan berloncat-loncat, maka legato itu boleh kita umpamakan sebagai kegiatan berjalan kaki secara normal. Kedengarannya mudah sekali, bukan? Nah, masalahnya di sini adalah banyak dari antara kita yang tidak pernah sadar akan sebetulnya apa yang terjadi pada saat kita berjalan kaki secara normal.
Marilah kita pikirkan bersama akan apa yang terjadi pada kedua kaki kita pada saat berjalan kaki.
Secara sepintas, kita berpikir bahwa tentunya kita akan menggunakan satu kaki sebelum menginjak kaki yang satu lagi dan seterusnya, bukan? Apakah memang betul bahwa itu saja yang terjadi atau ada apa lagi yang terjadi di antara gerakan kedua kaki kita itu? Apakah kita hanya berpindah dari kaki kiri ke kaki kanan dan seterusnya tanpa pernah adanya saat di mana kedua kaki menyentuh tanah atau lantai pada waktu bersamaan? Apabila kaki kiri dan kaki kanan kita tidak pernah menyentuh lantai pada saat yang bersamaan, maka itu berarti kita sudah melompat, walaupun lompatannya itu belum tentu harus tinggi.
Cobalah kita perhatikan bahwa pada saat kita berjalan kaki, sebelum ujung depan kaki kiri kita terangkat dari lantai sepenuhnya, ujung belakang kaki kanan kita sudah menyentuh lantai, dan seterusnya. Jadi kesimpulannya di sini yaitu pada saat kita berjalan kaki, kita tidak mungkin dapat berjalan dengan lancar dan efisien apabila ada spasi atau jedah di antara gerakan kedua kaki, walaupun itu cuma sedikit.
Nah, legato yang sempurna itu sesungguhnya sama persis seperti berjalan kaki. Bagaimana bisa? Coba anggaplah jari-jari kita itu seperti kaki-kaki kita. Ini berarti bahwa kita harus tetap menekankan jari yang satu pada saat jari yang berikutnya sudah memainkan not yang baru, sebelum not yang sebelumnya dilepaskan. Jadi pada dasarnya legato yang sempurna itu memerlukan “overlapping” yaitu saat kita mendengar dua suara yang berbunyi secara bersamaan (walaupun tidak mulai ditekan pada waktu yang sama), sehingga kedua suara menjadi tersambung tanpa adanya jedah di antara kedua suara. Mulailah latihan yang sederhana ini dengan menggunakan latihan tangga nada secara perlahan-lahan.
Pada latihan tangga nada, kita akan dapat mengontrol gerakan setiap jari kita dengan lebih mudah secara berurutan. Contohnya pada tangga nada C Mayor, pastikanlah bahwa kita masih menekankan not C pada saat kita mulai menekankan not D, sehingga kedua suara menjadi tersambung dan terdengar dua suara yang membaur. Kemudian lepaskanlah not C untuk mendengarkan not D dengan suara yang jernih sebelum menekankan not yang berikutnya. Sementara not D masih tetap ditahan, kita mulai menekan not E, dan seterusnya.
Perlu saya tekankan di sini bahwa kita dapat melakukan latihan di atas dengan gerakan jari yang leluasa tanpa harus menekan tuts dari jarak yang terlalu dekat, sehingga jari kita tidak menjadi tegang. Tentunya pada tempo yang sangat lambat, telinga kita akan tidak terbiasa dengan bunyi disonan atau suara sumbang yang dihasilkan oleh kedua not yang bersebelahan. Namun pada tempo yang lebih cepat nanti, suara disonan yang terjadi akan terkesan berkurang dan tidak lagi terdengar aneh.
Teknik untuk memainkan legato secara sempurna yang baru saya jelaskan di atas ini hanyalah prinsip dasar untuk menghasilkan suara yang bersambung. Kita tentunya memiliki cara yang lain untuk menghasilkan “perasaan” legato tanpa menggunakan cara “overlapping” tadi, yaitu dengan menggunakan pedal. Namun penggunaan pedal tidak akan selalu sesuai dengan corak lagu yang dimainkan, misalnya untuk musik dari periode Klasik, karena akan mempengaruhi kejernihan kualitas suara keseluruhan. Oleh karena itu, ada baiknya bagi kita untuk memiliki teknik “overlapping” ini sebagai salah satu strategi kita, sehingga tidak harus selalu mengandalkan penggunaan pedal.
Saya sering sekali mendengarkan permainan murid-murid yang sudah memainkan dengan menggunakan pedal, namun masih tetap saja tidak kedengaran legato. Ini biasanya disebabkan oleh pemberian tekanan not yang sama persis dari not yang satu ke not yang berikutnya, sehingga menarik perhatian pendengar pada bunyi piano yang pada dasarnya bersifat “percussive”, karena piano adalah termasuk alat musik pukul atau perkusi. Apabila kita menekankan setiap not pada piano dengan cara memukulnya seperti alat musik perkusi, tentunya suara yang kita hasilkan akan bersifat “percussive’ pula, walaupun dengan penggunaan pedal.
Salah satu cara untuk mengatasi hal ini yaitu dengan cara memainkan setiap not dengan tekanan yang bervariasi, misalnya dengan membuat sedikit crescendo atau bisa juga dengan tempo yang lebih tidak terlalu kaku, sehingga kita akan dapat menghasilkan “ilusi” suara yang bersifat legato walaupun sesungguhnya kita tidak betul-betul bermain dengan legato. Teknik yang semacam ini terutama efektif untuk memainkan lagu-lagu dari periode Romantik.
Teknik yang baru saja saya utarakan di atas ini dapat kita gunakan pada melodi dalam bentuk oktaf seperti yang Saudari Jennifer katakan tadi. Pada umumnya, kita semua diajarkan untuk memainkan oktaf legato dengan cara mengandalkan not yang atas pada tangan kanan dengan penggunaan jari 4 dan 5 secara bergantian untuk menyambung ke not yang berikutnya, sementara kita menggunakan jari 1 untuk semua not yang bawah. Pada saat kita menggunakan pedal, penjarian seperti ini justru seringkali menjadi kedengaran kaku dan berkesan kurang legato, karena kita menjadi terlalu fokus pada pergerakan jari sehingga gerakan pergelangan tangan kita menjadi tidak leluasa. Pada saat salah satu anggota tubuh kita menjadi kaku, musik yang kita hasilkan pun akan menjadi kedengaran kaku.
Oleh karena itu, apabila kita merasa penggunaan jari 4 dan 5 secara bergantian itu justru menjadi suatu kendala bagi kita dalam menghasilkan suara legato yang indah walapun jari kita kelihatan bersambungan, cobalah untuk bereksperimen dengan menggunakan jari 5 untuk semua not atas dari oktaf yang Anda mainkan dan janganlah berusaha untuk menyambung ke not yang berikutnya.
Sebaliknya, fokuskanlah energi Anda pada kelenturan lengan dan pergelangan tangan, sehingga gerakan tangan menjadi mudah dan leluasa antara oktaf yang satu ke oktaf yang lainnya. Apabila Anda dapat memainkan semua not oktaf dengan rileks disertai oleh penggunaan pedal dan gradasi suara crescendo seperti yang saya jelaskan tadi, maka saya yakin bahwa suara yang dihasilkan akan menjadi jauh lebih indah dan berkesan lebih legato, tanpa menggunakan penjarian yang terlalu rumit dan tidak nyaman, yang justru akan mengganggu permainan Anda.
Selain oktaf legato, seringkali kita juga dituntut untuk bermain dengan legato pada kalimat musik yang terdiri dari not-not berjauhan yang tidak mungkin bisa tersambung atau terjangkau oleh jari-jari kita dengan gerakan apa pun. Pada keadaan seperti ini, kita dapat mengatasinya dengan cara yang sama dengan penanganan oktaf legato, di mana kita dapat menghasilkan perasaan legato dengan pembentukan kalimat lagu (melodic shaping) yang indah melalui sentuhan yang bervariasi pada saat menggunakan pedal.
Demikianlah prinsip dasar legato yang sempat saya bagikan kali ini. Saya berharap Saudari Jennifer akan selalu berpikir secara kreatif akan cara-cara yang lebih efektif untuk menghasilkan permainan yang lebih indah lagi dalam bermain piano. Mungkin suatu hari nanti Saudari Jennifer akan menemukan cara memainkan legato yang lebih baik lagi yang dapat Anda bagikan kepada kita semua di majalah Staccato.
Salam,
Dr. Hendry Wijaya