Sempat belajar piano, Lidya Evania akhirnya memilih Biola sebagai jalan hidupnya dengan berkarier sebagai performer dan teacher. Setelah 3 tahun belajar di Russia, remaja asal Surabaya ini kembali ke Indonesia dengan gelar Master of Music dan siap berkontribusi di dunia musik, khsusnya biola. Berikut bincang singkatnya dengan STACCATO
Kapan Anda mengenal musik?
Saya mengenal musik pertama dari mendengarkan lagu anak-anak waktu masih kecil. Tapi kalau mengenal musik klasik pertama kali dari nonton konser piano. Jadi disitu saya mulai tertarik untuk belajar piano. Awal mula ingin belajar biola karena kakak saya dulu mau belajar biola juga, jadi saya juga ingin ikut belajar biola. Guru pertama yang mengajari saya biola alm. Joseph Mariadi. Saya mulai belajar musik pada usia 5 tahun. Pertama yang saya pelajari adalah instrumen piano, lalu 2 tahun kemudian saya mulai belajar biola gara-gara tiap hari saya melihat kakak saya belajar biola. Saya jadi terpengaruh, dan saya lihat kok asyik juga ya belajar biola. Suaranya dan cara mainnya unik. Sejak saat itulah saya belajar dua instrumen disaat yang bersamaan. Nah pada saat saya menempuh SMA, saya mulai berpikir kedepannya saya akan memperdalam musik. Hanya saja waktu itu saya sempat bingung harus memilih antara piano atau biola yang ingin saya tekuni saat di perguruan tinggi nanti. Singkat cerita, pada akhirnya saya memilih mengambil instrumen biola untuk di sekolah perguruan tinggi saya. Dan saya bersyukur saya diterima di UPH Conservatory
Apa yang menjadi pertimbangan Anda memilih biola?
Ya itu tadi, gara-gara sering lihat kakak saya main biola hahaha…Tapi sesungguhnya saya memilih biola karena tertarik pada suara dan cara memainkannya. Suara biola bagaikan suara manusia hehehe…Cara memainkannya juga unik dan sangat menantang. Di biola kita harus benar-benar bisa mencari sendiri nada yang tepat. Berbeda dengan di piano dimana nada sudah disiapkan. Tinggal tekan tuts, maka keluarlah nada yang kita inginkan. Di biola kita harus benar-benar berlatih keras untuk bisa menghasilkan nada yang tepat dan tidak fals. Dengan kata lain banyak sekali hal-hal yang bisa dipelajari dari instrumen biola. Lebih rumit. Disamping itu saya melihat perkembangan instrumen biola di Indonesia bisa dibilang masih kurang jika dibandingkan dengan instrumen piano, sehingga saya berharap dengan belajar biola lebih dalam lagi, saya dapat berkontribusi dalam perkembangan musik biola di Indonesia.
Senyampang belajar biola, pernah tampil dimana saja?
Akhir tahun lalu saya diberi kesempatan untuk bisa bergabung di Korea Symphony International Orchestra Academy di Seoul, Korea. Sebelum-sebelumnya saya memberikan konser resital dan juga tampil di berbagai acara sekolah, baik di dalam sekolah, maupun di luar. Namun, lebih dari itu, saya juga aktif tampil sebagai performer di berbagai orkestra seperti Jakarta Concert Orchestra, Nusantara Symphony Orchestra, Bandung Philharmonic Orchestra dan juga Jakarta Sinfonietta. Selain itu, dikarenakan situasi pandemi, saya berusaha untuk tetap aktif dengan membuat video-video pendek bersama rekan saya. Saya bersyukur bisa diberikan banyak kesempatan untuk bisa membagikan musik yang saya mainkan kepada orang lain
Bagaimana ceritanya bisa kuliah di Russia?
Pada saat tahun ketiga saya di UPH Conservatory, saya memiliki keinginan untuk melanjutkan studi saya di luar negeri. Saya bertanya kepada almarhum Dr. Tomislav Dimov yang pada saat itu juga merupakan guru saya mengenai pendapat dan juga rekomendasi dari beliau. Kemudian beliau memberikan pendapatnya dan juga rekomendasi di beberapa sekolah. Singkat cerita, dalam benak saya terbesit untuk sekolah di Russia. Kemudian saya menanyakan pendapat ini kepada beliau. Tidak disangka, reaksi almarhum. Dr. Tomislav Dimov sungguh amat sangat baik. Dari situlah beliau memberikan banyak informasi dan membantu saya untuk bisa melanjutkan studi saya di Russia, tepatnya di Rostov State Conservatory di kota Rostov-on-Don. Guru mayor saya Vladimir Filatov, guru musik kamar dengan almarhum Prof. Evgeniya Gorbenko. Untuk guru musik kuartet Prof. Aleksander Rukin dan guru pembimbing tugas akhir dengan Yuliana Sorokina. Saya menempuh 2 tahun untuk tingkat master of music di Russia.
Sangat jarang anak Indonesia belajar musik di Russia. Bagaimana kesan Anda?
Yang jelas untuk proses belajar mengajar di Rusia sangat berbeda dengan di kita ya. Di Russia itu orangnya disiplin banget. Standarnya bisa dibilang cukup tinggi. Sekolah musik formal disana sudah dimulai sejak sekolah dasar, sehingga murid-murid sudah memiliki basic yang kuat serta terbiasa dengan proses belajar di sekolah musik formal. Suasana belajar di Russia juga memaksa saya untuk beradaptasi dengan cara belajar mereka. Yang mungkin yang menjadi kesulitan saya saat awal memasuki kuliah di Russia, selain bahasa adalah beradaptasi dengan budaya belajar dan mengajar disana. Cara mengatasi hal tersebut tidak lagi tidak bukan adalah dengan berlatih dan juga belajar untuk mengatur waktu dan memiliki planning atau strategi dalam setiap latihan. Kalau untuk bahasa, ya dengan banyak bertanya dan belajar terus
Kapan kembali dari Russia dan apa alasan serta apa yang dilakukan sesampai di Indonesia?
Kembali dari Rusia sekitar Juli tahun 2021. Alasan kembali karena sudah lama tidak kembali ke Indonesia. Hampir 3 tahun. Jadi saya ingin melihat keadaan dan perkembangan di Indonesia khususnya perkembangan musik biola sambil melihat apa yang bisa saya kontribusikan disini. Jadi ya kurang lebih kegiatan sekarang ya mengajar, sama seperti yang tadi sudah saya ceritakan di atas, karena pandemi saya berusaha tetap aktif dengan membuat video-video pendek bersama rekan musisi. Saya mengajar di beberapa sekolah musik seperti Quatro Music Academy dan Surabaya Music & Art Community (SMAC). Sisanya ya mengajar private di studio saya
Anda selain pengajar juga pemain biola. Jika memilih, Anda lebih tertarik kemana?
Kedua-duanya hahaha…. Karena saya memang suka mengajar dan juga bermain biola. Goal saya adalah dapat menyeimbangkan keduanya, baik sebagai performer dan juga pengajar. Bagi saya, menjadi performer dapat memotivasi dan tempat belajar bagi saya untuk bisa menjadi lebih baik lagi. Selain itu menjadi performer juga melatih saya agar saya bisa menjadi pengajar lebih baik lagi. Memang tidak menutup kemungkinan ada banyak sekali hal yang bisa kita pelajari dari murid-murid kita. Saya juga senang jika dapat membantu serta mengarahkan murid-murid untuk bisa bermain lebih baik lagi.
Apa kesulitan yang paling umum ditemui Anda sebagai guru saat mengajar anak-anak?
Di biola, kesulitan pada murid yang paling sering saya temui adalah mereka memiliki pemahaman yang keliru terhadap dellajar dan bermain biola. Misalnya bermain dalam postur tegang. Dengan postur yang tidak rileks itu sulit untuk menghasilkan suara yang baik dalam permainan biola. Dibutuhkan banyak sekali aspek penting secara bersamaan, salah satunya adalah postur tubuh, karena akan berpengaruf pada fleksibilitas tangan kanan dan kiri, yang merupakan jantung permainan biola. Sehingga saya dituntut untuk memberikan pengarahan serta penjelasan dengan cara penyampaian yang mudah dipahami dan efektif.
Bagaimana Anda mengajak orangtua untuk berperan aktif dalam proses belajar, khususnya siswa anak-anak?
Yang utama adalah memberi pemahaman bahwa orangtua punya peran penting dalam proses belajar musik, khususnya bagi murid yang masih anak-anak dimana mereka belum memiliki kemandirian dan kesadaran sendiri. Jadi orangtua harus aktif, khususnya dalam mendampingi anak-anaknya berlatih di rumah. Belajar biola bukan hanya disaat waktu les dengan guru saja. Justru pembelajaran yang sebenarnya ada disaat murid berlatih sendiri di rumah, karena waktunya lebih banyak. Di tempat les kan paling lama 1 jam. Oleh karena itu, dukungan orangtua sangatlah penting bagi proses pembelajaran dan perkembangan anak. Saya juga selalu mengingatkan kepada orangtua untuk mendorong anaknya agar rajin berlatih. Bagi saya, belajar musik dibutuhkan kesabaran, terlebih lagi kemajuan setiap anak berbeda-beda. Jadi saya selalu mengharapkan kepada orangtua dan murid untuk bersabar terhadap proses pembelajaran mereka masing-masing.
Dibanding piano, murid-murid biola masih kalah banyak jumlahnya. Bagaimana Anda melihatnya?
Walaupun belum ada statistik yang menunjukan hal itu, tetapi saya merasa memang benar sih. Yang belajar piano rasanya memang lebih banyak dibanding yang belajar biola. Yang menarik adalah, saat ini banyak juga anak-anak yang belajar piano, mengambil biola sebagai second instrumennya. Selain belajar piano, mereka juga belajar biola. Tak jarang yang semula belajar piano, setelah mengenal biola mereka tinggalkan pianonya, dan bahkan akhirnya jadi pemain biola. Contohnya saya hahaha….
Dari sisi bisnis pengajaran musik, kan lebih enak mengajar piano. Bisa dapat murid banyak
Relatif sih ya. Bagi saya bukan masalah banyak atau sedikit murid sih, tetapi bagaimana output-nya. Karena itu, bagi saya yang terpenting adalah bagaimana saya bisa mentransfer dengan baik ilmu yang saya miliki kepada orang lain. Saya sudah cukup puas melihat murid-murid saya bisa memainkan biola dengan baik. Siapa tahu kelak mereka bisa jauh lebih baik dari saya. Buat saya, itulah kepuasan. Bukan hanya soal materi
Bagaimana Anda melihat perkembangan pengajaran biola saat ini?
Saya melihat bahwa perkembangan musik di Indonesia sudah cukup baik dibandingkan bebebrapa tahun yang lalu. Hal ini juga termasuk berkembangnya minat untuk mempelajari alat musik lain selain piano, seperti biola. Jadi saya rasa kedepannya pun juga akan semakin berkembang, peminat dan pelajar musik juga akan semakin bertambah tidak hanya di instrumen biola saja, tapi mungkin bisa di instrumen-instrumen lainnya.
Tapi dalam kondisi pandemi Covid 19, secara umum dunia pengajaran belum bisa secara tatap muka. Bagaimana menurut Anda?
Ya. Memang ini dilema. Di pengajaran musik yang lebih banyak tatap muka, pandemi ini tentu sangat terasa sekali dampaknya. Tetapi proses pengajaran sebaiknya tetap berjalan, sekalipun harus secara online. Banyak guru telah menemukan bahwa setelah penyesuaian singkat, pelajaran yang dilakukan secara online dapat bekerja dengan sangat baik. Pengalaman menunjukkan bahwa mereka bekerja secara ideal dengan siswa yang sudah memiliki kemampuan dalam belajar mandiri. Untuk anak-anak yang lebih kecil yang bergantung pada demonstrasi fisik, mungkin sulit untuk membuat kemajuan kecuali orangtua bersedia turun tangan untuk membantu mengawasi pelajaran dengan mengarahkan perhatian anak dan membantu mereka melalui langkah-langkah yang terlibat. Dan pada akhirnya setiap guru musik dan juga siswa, harus mulai menyesuaikan diri dengan new era ini. Menurut saya belajar dan mengajar secara online adalah pilihan paling mungkin. Memang pelajaran virtual mungkin tidak pernah sebaik pembelajaran langsung, tetapi manfaatnya tetap berharga dalam mempertahankan rutinitas dan kesinambungan saat ini. Selain itu, pengajaran online atau virtual ini dapat menjadi sesuatu yang sangat dinanti-nantikan oleh siswa saat orang-orang menghabiskan lebih banyak waktu di rumah. Tapi memang sebisa mungkin pembelajaran online tidak dilakukan untuk jangka waktu yang lama, terlebih jika murid ingin benar-benar mendalami dalam permainan suatu instrumen. Karena bagaimanapun juga proses belajar alat musik secara tatap muka adalah cara yang paling terbaik dan efektif.
Sebagai pengajar musik dan musisi, apa visi Anda?
Visi saya adalah memberikan pengajaran permainan biola melalui pendekatan yang sehat, baik secara mental dan fisik tanpa mengurangi standar dalam permainan biola. Misi saya membimbing murid dengan banyak diskusi sehingga murid dapat melatih kreativitas dan juga imajinasi mereka masing-masing.
Apa rencana Anda ke depan?
Rencana saya adalah saya berharap dapat terus membagikan ilmu dan pengalaman saya kepada lebih banyak orang lagi sehingga komunitas musik klasik di Indonesia dapat semakin berkembang dan semakin solid. Untuk performing, saya rasa semua musisi masih wait and see sampai kondisi benar-benar normal lagi setelah Covid 19 ini. Meski begitu kita tetap harus kreatif. Saya sendiri sedang membikin video untuk beberapa proyek
Apa saran Anda untuk anak-anak muda kita yang saat ini sedang belajar musik
Bersabar. Latihan tidak hanya dilihat atau dihitung dari kuantitas, tapi juga dari kualitas dan konsistensi. Setiap anak punya proses belajar yang berbeda-beda. Jadi tetap fokus, konsisten dan bersabar dengan proses yang dijalani. (eds)