Dr. Stephanie yang baik,
Saya sudah lulus tingkat Diploma dari ABRSM dan pernah memainkan musik dari jaman-jaman yang berbeda. Terus terang, walaupun saya suka dengan musik klasik dari jaman Baroque sampai jaman Impressionist seperti Debussy dan Ravel ataupun jaman modern seperti Bartok, Prokofiev dan sebagainya, saya ingin mencoba memainkan piano dengan cara yang tidak lazim. Saya pernah melihat pianis-pianis memainkan piano pada senar piano, dan menggunakan kepalan tangan. Menurut saya, musik seperti ini sangat keren dan kreatif. Saya kurang paham dan kenal dengan musik-musik tersebut dan ingin sekali untuk belajar lebih banyak dan semoga dapat memainkannya di konser. Saya ingin meminta bantuan Dr. Stephanie dalam memberikan beberapa contoh lagu-lagu yang dapat saya coba dalam mengeksplorasi musik-musik tersebut. Terima kasih banyak untuk waktu Anda dan saya tunggu jawaban Anda di majalah Staccato.
Sophie W.
kit****[email protected]
Saudari Sophie yang baik,
Terima kasih atas email Anda. Komponis-komponis selalu mencari cara yang baru untuk dapat menghasilkan efek suara yang unik. Sejak awal abad ke-20, banyak komponis-komponis yang memulai bereksperimen dan mengarang lagu-lagu untuk piano yang tidak selalu menggunakan tuts-tuts piano seperti biasa.
Saya setuju dengan Sophie bahwa banyak sekali karya-karya tersebut yang sangatlah kreatif, dan efektif untuk konser. Ini adalah topik yang sangat luas untuk dibahas di artikel, dikarenakan banyak sekali repertoire-repertoire yang menggunakan “extended technique” yang dikarang untuk piano. Saya akan memberikan beberapa contoh lagu-lagu yang dapat Sophie coba.
Komponis dari Amerika Serikat Henry Cowell (1897-1965) adalah salah satu komponis pertama yang mengarang lagu dengan menggunakan “extended piano techniques.” Salah satu technique yang beliau pakai adalah memainkan tuts-tuts piano dengan menggunakan kepalan tangan, telapak tangan ataupun dengan menggunakan bagian lengan kita.
“Tone Cluster” adalah kombinasi dari gugusan atau sekelompok nada berdekatan yang dimainkan secara serentak, sehingga menghasilkan suara yang tidak harmonis. Karya-karya beliau yang menggunakan “clusters” contohnya adalah Three Irish Legends (1922), Amiable Conversations, Antinomy, dan Time Table dari koleksi Five Encores to Dynamic Motion (1917), Two Pieces (1930), Exultation (1919), The Trumpet of Angus Og (1918), dan sebagainya.
Pada The Trumpet of Angus Og, kita bisa melihat clusters yang berjarak berbeda-beda, yang tentunya dimainkan dengan cara yang berbeda tergantung jarak cluster tersebut. Karya ini dimulai dengan clusters yang dimainkan dengan kepalan tangan karena jarak cluster-nya tidak terlalu besar (5th), sedangkan di bagian tengah, cluster-nya berjarak jauh (2 octaves), karena itu cluster-cluster tersebut hanya dapat dimainkan dengan lengan kita.
Notasi untuk “clusters” karya Henry Cowell
Henry Cowell memainkan “clusters” dengan lengannya di tangan kiri.
Selain jenis musik yang saya sebutkan di atas, Henry Cowell juga mengarang karya-karya dengan cara main yang berbeda. Salah satu karyanya yang terkenal adalah Aeolian harp yang dikarang pada tahun 1923. Karya ini dimainkan pada senar-senar piano. Salah satu tangan pianis menekan not di tuts piano tanpa suara, sementara tangan yang lainnya memetik senar-senar di dalam piano. Biasanya karya ini dimainkan di grand piano, saya tidak pernah mencoba dan melihat karya ini dimainkan di upright piano, mungkin dikarenakan oleh posisi senar di grand piano lebih mudah dipetik daripada posisi senar di upright piano.
Karya ini terdengar seperti suara angin yang melewati lonceng angin, tenang dan indah. The Banshee adalah karya Cowell lainnya yang menggunakan senar dari piano. Karya ini memiliki karakter yang berbeda dari Aeolian Harp. Banshee adalah roh dari mitologi Irlandia yang jeritannya memperingatkan kematian yang akan terjadi di dalam keluarga. Cowell menggambarkan karakter ini dengan menggoreskan dan memetik pada senar-senar piano dengan jari-jari atau kuku.
John Cage adalah komponis lainnya yang sangat terkenal dengan inovasinya yang dikenal dengan istilah “prepared piano.” Pada tahun 1938, Syvilla Fort meminta John Cage untuk menulis musik untuk tarian “Bacchanale.” Tarian ini akan ditampilkan di panggung yang sempit dan tidak memungkinkan untuk memuat ensemble alat-alat musik perkusi.
Instrumen yang tersedia dan dapat muat di atas panggung hanyalah satu grand piano.
Setelah mempertimbangkan dilema ini, Cage menemukan cara untuk meniru suara-suara dari berbagai ensemble alat-alat musik perkusi untuk dimainkan oleh satu pianis. “Prepared piano” adalah piano yang suaranya diubah secara sementara dengan menempatkan baut, paku, sekrup, karet, atau benda-benda lainnya di antara senar-senar piano. Dengan demikian, suara yang dihasilkan oleh piano tersebut akan berubah menjadi suara alat-alat musik perkusi yang berbeda-beda.
Salah satu karya John Cage yang terkenal untuk “prepared piano” adalah Sonatas and Interludes (1946-48). Karya ini adalah koleksi karya ini berdurasi 70 menit. Cage mengarang banyak karya-karya “prepared piano” untuk tarian yang dikoreografi oleh Merce Cunningham seperti Totem Ancestor, In the Name of the Holocaust, Tossed As It Is Untroubled, A Valentine Out of Season, Root of Unfocus, Spontaneous Earth, dan lain-lain.
Baut dan paku pada senar-senar grand piano untuk mengubah suara.
Komponis Amerika George Crumb juga adalah salah satu komponis yang terkenal akan karya-karyanya yang menggunakan “extended techniques” pada piano. Crumb menggunakan “extended techniques” pada musiknya untuk menghasilkan efek suara yang unik. Karyanya, Makrokosmos adalah koleksi empat volume untuk piano, yang terinspirasi oleh Mikrokosmos karangan Bartók. Banyak bagian dari karya-karya ini yang menuntut para pianis untuk memainkan piano tidak hanya pada tuts-tuts piano, tetapi juga pada bagian dalam piano, sambil bersiul, menyanyi, berteriak, dan berbisik.
Saya sarankan saudari Sophie untuk mendengar, Part I: Primeval sounds (Cancer), Part II: VI. Night-Spell I (Sagittarius), dan Part III: IX. Cosmic Wind (Libra)dari Makrokosmos I. Salah satu pianis yang banyak merekam karya-karya kontemporer George Crumb adalah Margaret Leng Tan.
George Crumb-Part I: Primeval sounds (Cancer)
Cara bermain piano yang tidak lazim lainnya yang dapat saudari Sophie coba adalah dengan meredamkan senar (mute the strings). Dengan meletakkan tangan Anda pada senar piano, suara yang dihasilkan terdengar unik. Black Earth karangan Fazil Say menggunakan “muted technique” untuk mereplika suara alat musik petik dari negara Turki yang bernama Saz. Anderson and Roe, grup piano duo dari Amerika Serikat memainkan Libertango karangan komponis tango dari Argentina Astor Piazzolla dengan teknik yang sama. Tentunya masih banyak karya-karya yang menggunakan “extended technique” pada piano selain yang telah saya sebutkan di atas. Walaupun demikian, semoga artikel ini dapat berguna untuk saudari Sophie dalam memulai mengeksplorasi berbagai jenis “extended technique” pada piano dengan mempelajari karya-karya tersebut.
Salam Staccato,
DR. Stephanie Neeman