Piramida Psikologikal Performance

726

Article Top Ad

Barangkali kita tidak membayangkan bahwa atlet, musisi atau apapun profesi seseorang sebagai performer yang ditonton sekian banyak orang, menanggung beban psikologis yang berat pada saat mereka tampil. “Sepanjang karier saya sebagai pianis performer, saya menghabiskan 99 persen waktu saya untuk latihan, latihan, dan latihanperformance,” kata . Bill Moore, pianis yang juga guru piano di Amerika.

Sebanyak itu? Ya! Sebab menurut Moore, tidak ada satu materi pelajaran pun yang mengajarkan bagaimana menguasai skill yang spesifik ini, apalagi bagaimana mengajarkan cara menguasai skill performing yang tepat. Pada akhirnya, setiap pianis akan menemukan dengan caranya sendiri bagaimana agar bisa tampil dengan baik.

Pengalamannya yang panjang sebagai pianis performing, memberikan banyak pelajaran bagi Bill dalam hal bagaimana agar bisa tampil dengan baik. Pertanyaan yang mendasar adalah, mengapa performance menjadi aspek yang sulit dikuasai? “Sebenarnya hal itu wajar, karena skill ini memang membutuhkan beberapa elemen yang harus dikuasai,” kata Bill.

Article Inline Ad

Beberapa aspek yang perlu dikuasai seorang performer diantaranya, kemampuan mekanikal, kematangan psikologis dan strategi. Ketiga aspek itu membentuk sebuah alunan yang signifikan, yang akan terlibat dalam sebuah pertunjukan. Akan tetapi, hal itu tidak akan bisa terbentuk dengan sempurna menjadi sebuah mentalitas, bila seseorang selalu berlatih sendirian. “Ini adalah tantangan bagi guru atau para pembimbing untuk menaklukkan seluruh elemen tersebut, menjadi kekuatan psikologis dan mengembangkannya menjadi beberapa bagian dalam sebuah performance yang ideal,” kata Bill.

 

 

 

 

 

 

 

 

Tiga Aspek Penting

Ada tiga aspek penting yang harus diketahui dan dikuasai seorang musisi untuk bisa menjadi performer yang baik. Bill menggambarkan ketiganya itu sebagai sebuah banguan piramid yang dia namakan Performance Psychology Model, dimana setiap unsur membentuk satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Antara satu dengan lainnya saling memperkuat.

Ketiga hal itu adalah: Psychological tool (perangkat psikologikal), Psychological Abilities (kemampuan psikologikal), dan Psychological Skills (keterampilan psikologikal).

Dalam piramid Bill More, Psychological tool berada di level bawah, Psychological Abilities di level tengah dan Psychological Skills di level atas, yang ketiga-tiganya itu membentuk apa yang disebut Bill sebagai Ideal Performance State, yaitu bentuk ideal sebuah perfomance, yang oleh Bill dijelaskan sebagai Trust (kepercayaan).

Dengan kata lain, menguasai ketiga aspek itu, akan memberikan kepercayaan diri pada seorang penampil, yang bisa dilihat dalam performance-nya. Agar dapat mencapai performance yang ideal, menurut Bill, setiap individu harus memulainya dari hal yang paling mendasar, yakni dengan memiliki perangkat psikologikal, yaitu kehendak independen, kesadaran, dan imajinasi.

Kehendak independen, adalah kemampuan untuk memutuskan sendiri bagaimana melakukan pendekatan terhadap berbagai hal dalam kehidupan, bagaimana cara merespon dan mengubah berbagai elemen.          Kesadaran diri yaitu kebiasaan untuk selangkah lebih maju dan menguji pola-pola dalam berpikir dan merespon. Imajinasi, yakni faktor mendasar yang paling menentukan bagaimana mencapai keberhasilan seorang performer. Berhasil atau tidaknya seorang performer menjadi sangat bergantung pada bagaimana kepiawaian seorang musisi dalam memanfaatkan imajinasinya.

Setelah memiliki perangkat pasikologikal, seseorang harus memiliki “kemampuan psikologikal”, yakni sebuah kemampuan tertentu yang harus dimiliki, diantaranya, mampu melatih diri sendiri, visualisasi (yaitu kemampuan menciptakan imajinasi performance yang positif), menetapkan tujuan, kemampuan mengontrol perhatian, kemampuan membedakan relaksasi (yaitu kemampuan mendeteksi tekanan otot), pemusatan (yaitu kemampuan memusatkan perhatian pada sesuatu yang menjadi pusat perhatian), memanajemen energi (adalah mampu menata energi sesuai dengan situasi yang diperlukan oleh sebuah lagu), persiapan rutin (yakni kemampuan menggunakan waktu persiapan rutin seefektif mungkin). Pencapaian performance yang ideal bergantung pada kapasitas seorang individu untuk mengimplementasikan seluruh kemampuan psikologi ini secara positif.

Dari level kedua ini, akan menghasilkan apa yang oleh Bill disebut sebagai Psychological Skills atau keterampilan psikologikal yang terdiri dati 3 K: Kepercayaan, Konsentrasi dan Ketenangan. Kepercayaan diri adalah faktor penting bagi seseorang untuk menghasilkan kebebasan melakukan apapun yang terbaik baginya konsentrasi berhubungan dengan bagaimana seharusnya focus secara langsung dan meneliti berbagai indikasi yang relevan untuk menentukan skill yang tepat .

Ketenangan adalah kemampuan menata energi emosi. Sebuah emosi yang positif mungkin akan berhasil mengendalikan sebuah performance. Demikian juga sebaliknya energi emosi yang negative, seperti rasa kekuatiran, ragu-ragu atau kemarahan juga dapat menghancurkannya. Tingkat ketenangan seseorang akan selalu memberi pengaruh pada performance mereka masing-masing.

Puncak dari penguasaan tiga hal tersebut adalah apa yang disebut sebagai ideal Performance State, yakni bentuk ideal performance berupa kepercayaan (trust). Menurut Moore, melatih kesadaran mengendalikan ketepatan dan bermain natural, membutuhkan proses latihan dalam menentukan skill mana yang diperlukan ketika memainkan lagu. Ini menjadi elemen penting khususnya ketika melakukan sejumlah kesalahan.

Dibutuhkan sebuah keberanian bertindak untuk menemukan kepercayaan dan itu diperoleh melalui latihan memainkan lagu. Menjadi berani dan percaya yang diperoleh dari latihan, akan menjadikan seorang individu mampu mengatasi rasa kuatir, takut melakukan kesalahan, tidak percaya diri dan ragu-ragu dan beragam fakkor kognitif yang menghambat motor skill selama performance.

Point penting lainnya adalah, bagaimana pun para musisi hendaknya jangan percaya 100 persen pada waktu. Mereka bisa saja mengandalkan kesadaran mengontrol dalam sebuah performance sebesar 80 persen. Tergantung pada latihan skill atau latihan pengulangan untuk mencapai 80 persen dari performance. Selebihnya yang 20 persen dapat digunakan untuk menyeimbangkan pengulangan-pengulangan. Level empat dari psikologi pyramid performance adalah landasan untuk mencapai idealnya sebuah performance, yakni kepercayaan. Ini hanya salah satu dari tiga aspek, yang bagaimana pun, tetap membutuhkan pelatihan atau bimbingan untuk performance yang baik.

 

Apel dan Jeruk

Terlepas dari piramid psikologikal performance itu, Bill Moore menguraikan lebih lanjut tentang fenomena apel dan jeruk untuk mebedakan kerancuan antara Practice Skills dan Performance Skills. “Ini karena begitu banyak orang-orang yang sangat baik ketika latihan, tetapi begitu buruk ketika mereka tampil dalam sebuah pertunjukan,” kata Bill.

Menurut dia, kesalahan terbesar para musisi adalah mencampurkan dua hal itu menjadi satu. Menurutnya, terdapat sebuah perbedaan psikologis antara keterampilan latihan dan keterampilana pertunjukan. Seperti apel dan jeruk, kedua hal itu jelas berbeda.

Keterampilan berlatih adalah dilakukan dalam upaya menguasai sebuah jenis ketarampilan atau skill. Keterampilan latihan adalah sebuah pola-pola gerakan yang telah diajarkan, dimonitor, dan dievaluasi selama berulangkali dalam beberapa kali sesi latihan. Keterampilan  berlatih yang seharusnya bersifat “memasukkan” (kedalam individu), jelas sangat berbeda dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk perform atau bersifat “keluar”.

Sementara itu, Performance Skill atau keterampilan pertunjukan, meliputi keberanian, kepercayaan dan penerimaan. Keberanian dibutuhkan untuk mengatasi rasa kekuatiran keraguan. Kepercayaan sebagaimana disebutkan sebelumnya adalah melatih kesadaran dalam mengendalikan kesalahan. Sedangkan penerimaan adalah pemahaman tanpa terbebani penilaian bagus atau jelek.    Tidak ada kepercayaan tanpa penerimaan. Sedangkan penerimaan dalam hubungannya dengan performance adalah skill terberat dari proses belajar menuju kesempurnaan.

Proses latihan menjadi satu hal yang mendasar. Pada saat mengajarkan anak-anak bermain musik, sebaiknya menekankan pada bagaimana cara berlatih bermain music yang berkualitas. Misalnya, dengan menggunakan berbagai format variable dan tidak hanya mengandalkan pengulangan-pengulangan saja. Jika perlu memberikan penjelasan pada siswa mengapa mereka perlu mendapatkan latihan dengan beragam format variable agar mereka memahami manfaat dari masing-masing latihan tersebut.

.

Menjaga Tetap Hidup

Menciptakan sebuah karakter atau fokus positif adalah tujuan dari hampir semua musisi. Pada umumnya, kebanyakan musisi menganggap ada hal yang lebih penting dari sebuah performance, yaitu bagaimana penonton melihat sebagai seorang individu tersendiri yang memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu yang berbeda dengan lainnya, namun menurut Moore hal itu justru tidak perlu. Yang penting menurutnya, mereka seharusnya percaya bahwa apa yang mereka miliki sudah cukup bagus.

Yang harus digarisbawahi, tujuan dari performance sebenarnya bukanlah pada bagaimana memainkan sebuah repertori dengan sempurna. Melainkan pada kepercayaan bahwa sebagai seorang individu ia telah menguasai seluruh aspek yang dibutuhkan, menguasai lagu dan mampu memainkannya dalam sebuah performance.

Meskipun apa yang disebutkan sebelumnya kesempurnaan adalah sebuah tantangan, hal itu tetap dapat dijadikan target tujuan berikutnya yang harus dicapai, karena hasil keluaran sebuah performance tidak bisa dikendalikan.Tetapi bila tiba-tiba berpikir bahwa memadukan sebuah pemikiran-kepercayaan dan kesempurnaan selama performance, mengapa tidak?

“Sekali seorang musisi atau pianis bisa menggenggam perangkat psikologi, sejumlah skill dan kepercayaan yang dibutuhkan untuk membangun sebuah performance yang ideal, kemudian ia secara aktif terus menerus mengasah performance skill-nya, maka ia berarti tengah melatih sebagian dari latihan kemampuan performance,” kata Moore.

Dua konsep yang bertepatan secara signifikan adalah menjadikan latihan sebagai bagian dari setiap sesi latihan rutin sehari-hari seorang musisi agar dapat mencapai hasil yang ideal secara maksimal untuk melakukan sebuah performance. (Dini)

Article Bottom Ad