‘Sad Music’ yang Paradoksal

161

Article Top Ad

Merupakan suatu kenyataan bahwa dalam hidup ini, kita tidak selalu dihadapkan pada situasi atau pengalaman hidup yang menyenangkan atau membahagiakan. Ada saat-saat dimana kita dihadapkan pada peristiwa atau pengalaman yang mengecewakan atau membuat kita merasa sedih. Kebanyakan dari kita (apabila tidak dapat dikatakan semua) biasanya berusaha menepis rasa sedih itu dan lebih memilih merasa gembira atau bahagia.

ADA banyak cara yang dapat dilakukan seseorang untuk menepis rasa sedih, dimana salah satunya adalah mendengarkan musik. Pertanyaannya, jika umumnya orang memilih menepis rasa sedih, mengapa banyak diantara kita seringkali justru memilih mendengarkan sad music ketika sedang merasa sedih?

Sepertinya berlawanan atau bertentangan atau paradoksal. Sejumlah ahli menamai fenomena ini “paradox of sad music”. Mengapa dan apa yang terjadi dalam diri kita ketika mendengarkan sad music? Apa sebetulnya yang dimaksud dengan “paradox of sad music”. Menurut ahli, “paradox of sad music” intinya adalah rasa sedih dan rasa senang yang muncul ketika mendengarkan musik bernuansa sedih (sad music). Musik yang sedih dapat membuat kita menangis namun tangisan tersebut seringkali dirasakan sebagai suatu yang menyenangkan atau memberikan kenikmatan tersendiri meskipun terkandung kepedihan di dalamnya (bittersweet).

Article Inline Ad

Sejumlah ahli mengatakan bahwa “paradox of sad music” merupakan salah satu bentuk dari “paradox of tragedy,” yang dapat kita jumpai di semua bentuk seni dan merupakan salah satu persoalan filsafat yang masih diperdebatkan hingga saat ini. Yang dimaksud dengan “paradox of tragedy” adalah suatu kondisi dimana kita merasa senang ketika mendengarkan atau melihat karya fiksi yang mengisahkan peristiwa yang tidak menyenangkan, karena kita tidak mengalami peristiwa itu dalam kehidupan riel. Hanya fiktif saja.

Lama sebelum istilah “paradox of tragedy” diciptakan, seorang filsuf Yunani, Aristotle, pernah mengkaitkannya dengan teori katarsis, yang oleh Aristotle diartikan sebagai tindakan mencari kesedihan agar merasa lega atau terbebas dari emosi negatif, misalnya terbebas dari rasa takut dan kasihan diri (selfpity). Dengan perkataan lain, fungsi tragedi adalah melepaskan rasa takut dan rasa kasihan diri. Sejumlah cendekiawan mengkaitkan katarsis sebagai semacam bentuk penyucian (purgation).

Menurut ilmu pengobatan Yunani, terdapat kaitan antara kesehatan seseorang dengan keseimbangan cairan tubuh (humours). Dalam hal ini penyucian merupakan kegiatan memindahkan sebagian dari unsur-unsur cairan yang yang berlebihan di dalam tubuh sehingga tercapai keseimbangan. Cendekiawan lain menyoroti efek psikologis dan efek terapeutik dari penyucian: Ketika seseorang melepaskan / mengekspresikan emosi negatif yang membelenggu atas tragedi yang dialami, maka orang tersebut akan mencapai kondisi
sejahtera (wellbeing) secara menyeluruh dan keseimbangan emosional. Belakangan ini, terdapat banyak penelitian di bidang psikologi yang mengkonfirmasi bahwa banyak orang menggunakan sad music untuk mengelola dirinya, termasuk melepaskan emosi dan mood negatif yang berkecamuk dalam diri.

Sebagai contoh, seorang sahabat bercerita bahwa ketika sedang merasa sedih – putusasa – sendirian, lalu mendengarkan Air on G String (Suite No. 3, BWV 1068) karya J.S. Bach, timbul rasa terharu. Musik yang indah, tenang, merasuk ke dalam jiwa. Setelah mendengar karya ini, harapan perlahan mulai tumbuh kembali, dan kemudian ia melanjutkan mendengarkan karya musik yang lebih riang dan cerah.

Perlahan, semangat, optimismenya makin berkembang dari hari ke hari. Dalam music medicine (penerapan musik untuk medis), Air in G karya J.S. Bach juga digunakan untuk menenangkan pasien di klinik gigi, Ibu yang hendak melahirkan, pasien yang hendak menjalani operasi, dan masih banyak lagi.

Ada banyak emosi yang bermunculan ketika mendengarkan sad music. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh sejumlah ahli di bidang psikologi musik dengan menggunakan Geneva Emotional Music Scale (GEMS), diketahui bahwa sad music dapat menginduksi munculnya emosi-emosi seperti nostalgia, kedamaian, kelembutan, transendensi, serta rasa takjub.

Nostalgia atau kenangan masa lalu merupakan emosi yang paling sering muncul ketika
mendengarkan sad music. Nostalgia merupakan emosi kompleks yang kerap dipicu oleh musik yang berciri bittersweet yang melibatkan emosi positif maupun negatif, seperti bahagia dan sedih sekaligus, dan kerap kali dapat mengingatkan peristiwa personal.

Contoh: ketika mendengarkan Intermezzo Op. 118 No. 2 in A Major (musik piano yang halus dan lembut yang diciptakan dimasa akhir hidup Johannes Brahms), kita dapat tergiring ke emosi yang tenang, hening (serene), damai, meditatif, dan mungkin terkenang pada hal tertentu. Musik ini terdengar sangat indah ketika dimainkan oleh Julius Katchen dan Radu Lupu. Diduga karya ini diciptakan oleh Brahms sebagai ungkapan cinta dan kerinduannya kepada Clara Schumann.

Beberapa Faktor
Jerrold Levinson – seorang distinguished university professor of philosophy dari University of Maryland yang mempelajari estetika musik dan makna musik, menyatakan bahwa seseorang dapat menikmati sad music karena musik tersebut kurang memiliki kaitan langsung dengan kehidupan riel/nyata.

Misalnya ketika kita mendengarkan The Erlking dari Schubert, kita dapat membayangkan dan merasakan pergolakan emosi (agitasi, teror, putusasa) tanpa perlu mengalami peristiwa itu dalam realita. Selain unsur imajiner, menurut Levinson kita dapat menikmati sad music karena kita dapat merasakan nuansa-nuansa kesedihan yang dieskpresikan melalui musik. Selain itu kesedihan dalam musik dapat memperjelas perasaan sedih yang kita alami, dan musik itu meyakinkan bahwa ternyata kita mampu merasakan emosi secara intens.

Bagaimana perasaan atau penghayatan kita ketika mendengarkan Meditation from Thais karya Jules Massenet? Apakah sedih, tenang, indah? Musik ini sebenarnya mengisahkan tentang kehidupan pelacur Alexandria yang terkenal dari Thais dan biarawan Athanael yang datang untuk meyakinkan Alexandria agar meninggalkan kehidupannya yang penuh dosa. Alexandria menjadi histeris oleh kata-kata biarawan tersebut, menyadari kekosongan hidupnya dan usianya yang semakin tua, hingga akhirnya pingsan.

Menurut Levinson seseorang dapat menikmati sad music apabila ia dapat berempati, kemampuan fantasi, dan khusyuk ketika mendengarkan sad music. Katanya, “Ketika mendengarkan musik, kita dapat tergiring untuk membayangkan sosok pribadi diwarnai nuansa emosi sebagaimana yang didengar di dalam musik.”

Manfaat Mendengarkan Sad Music
Menurut para ahli, mendengarkan sad music ternyata memiliki manfaat atau fungsi tertentu bagi seseorang. Apa saja itu?

1. Mengelola Mood dan Emosi
Ketika mendengarkan sad music (terutama musik dengan lirik tertentu), kita dapat menangkap nuansa-nuansa yang menyerupai emosi kita. Ketika mendengarnya, kita mungkin terbantu mengenali / memahami nuansa-nuansa sedih yang dialami, dan melalui musik tersebut kita dapat tergiring menciptakan penghayatan seolah-olah mampu mengendalikan dan mengatasi berbagai perasaan yang ada, sehingga kita lebih dapat mengelola dan menyelesaikan gejolak yang dialami.

Setelah mendengarkan sad music, emosi-emosi negatif mungkin dapat mereda dan kita dapat lebih menerima keadaan karena menyadari ternyata ada orang lain juga (misalnya: sang komposer) yang memiliki perasaan yang serupa dengan perasaan kita. Pengalaman ini sekaligus dapat menjadi semacam pengukuhan (reassurance) kepada diri sendiri bahwa tidak ada yang salah dengan perasaan kita itu. Sad music seolah menjadi semacam validasi alamiah yang membantu seseorang untuk lebih memahami pengalamannya, dan akhirnya mampu move on.

2. Nostalgia
Ketika mendengarkan sad music, kita bisa saja teringat pada suatu peristiwa penting atau orang penting di masa lalu. Sad music dapat mengubah cara kita dalam memandang kenangan, memori, peristiwa, situasi, atau pengalaman menyedihkan yang telah terjadi beserta emosi-emosi yang menyertai.

Dalam hal ini sad music dapat menjadi semacam inner space bagi diri kita untuk melakukan refleksi sehingga kita dimungkinkan mengkaji kembali peristiwa atau pengalaman secara menyeluruh. Sad music membantu kita untuk mengolah, menyelesaikan, dan akhirnya memperoleh keseimbangan kembali yang positif bagi hidup kita.

3. Penghiburan (Consolation)
Menurut ahli, sad music dapat mengelabuhi otak untuk menghasilkan rasa tenang dan terhibur. Sad music dapat mencegah kondisi duka-cita tidak semakin meningkat dan tidak terkendali. Ketika mendengarkan musik sedih, kita dapat terbantu merelakan bahwa sesuatu yang menyedihkan telah terjadi, yang selanjutnya memicu hormon prolactine yang mengekang rasa sedih.

4. Relaksasi
Mendengarkan musik-musik sedih juga dapat membuat kita menjadi lebih relaks dan santai. Musik jenis ini juga sering didengarkan sebagai background ketika melakukan aktivitas lain, seperti sebagai musik pengantar tidur atau menjalani operasi.

5. Kenikmatan Estetis (Aesthetic Pleasure)
Sad music dapat membangkitkan nuansa kesedihan yang indah (estetis). Nuansa estetis ini biasanya ditemukan pada orang-orang dengan kemampuan empati tinggi, serta dapat menghargai dan menikmati keindahan sad music. Tidak adanya situasi yang mengancam atau bahaya riel inilah yang menyebabkan musik sedih dapat memberikan aesthetic pleasure.

6. Mengekspresikan Emosi
Kesedihan yang ditimbulkan oleh sad music dapat merupakan good cry, yang dapat membantu melepaskan atau menyalurkan emosi yang selama ini tertahan. Dalam hal ini, sad music dapat merupakan bentuk katarsis dari emosi negatif. Pendengar dipermudah untuk menyadari emosi-emosi negatifnya, mengeluarkan, meredakan ketegangan dan stres yang dialami. Misalnya Meditation from Thais, mungkin saja dapat membantu untuk melepaskan kesedihan dengan emosi yang penuh gejolak karena kehilangan sesuatu yang sangat dikagumi, dihargai, dicintai, hedonistis, atau keduniawian, dan berbalik memasuki penerimaan kehidupan spiritual yang tenang.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh sejumlah ahli, diketahui bahwa orang-orang secara khusus cenderung mendengarkan sad music di periode ketika mereka mengalami break-up, menjauh dari orang yang dikasihi, atau merasa homesick. Dalam situasi semacam ini, ternyata mendengarkan sad music dapat memberikan dampak yang menguntungkan bagi emosi seseorang.

Sepertinya, banyak pendengar menyandarkan diri pada sad music ketika sedang merasa tertekan, mencari rasa nyaman dan penghiburan di saat dukungan dari orang lain tidak tersedia – dalam situasi seperti ini musik sedih dirasa memberikan kepuasan yang bermanfaat.

Menurut ahli, keunikan fungsi dari musik sedih akan terlihat lebih jelas apabila kita membandingkan dengan efek yang diperoleh ketika mendengarkan happy music. Mendengarkan musik yang riang gembira biasanya terutama berkaitan dengan “outer” functions (terarah pada orang-orang dan kehidupan sosial di luar diri kita) beserta emosi terkait (seperti menari, aktivitas entertaining).

Sementara ketika mendengarkan sad music, biasanya berkaitan dengan “inner” functions (terarah pada pikiran-pikiran dan emosi pribadi yang disadari) dalam kondisi soliter (seperti membangkitkan memori di masa lalu, permenungan atau fantasi mengenai masa yang akan datang).

Meskipun sad music dapat digunakan untuk membantu mengelola emosi ketika sedang bersedih, ternyata hal ini tidak dapat diterapkan ke semua orang. Ada orang-orang dengan kepribadian tertentu yang justru akan bertambah sedih ketika mendengarkan sad music. Hal ini juga perlu menjadi catatan bagi kita. (bene, dari berbagai sumber)

Article Bottom Ad