Adelheid Yoanita

465

Article Top Ad

Berpenghasilan besar di sebuah perusahaan, tak selamanya membuat nyaman. Adelheid Yoanita hanya bertahan 2 tahun menjalaninya sebelum ia menemukan diri sejatinya justru di dunia yang sejak kecil telah dihuninya: musik. Ia memulai dari bawah ketika menyadari bahwa pilihannya keluar dari perusahaan bukan ibarat cek kosong dimana ia bebas mengisi berapapun nominalnya, lalu mencairkannya di bank. Tetapi, sebuah perjuangan yang melelahkan, sekaligus mengasyikan. Berikut bincang singkatnya.

 

Sejak kapan Anda mengenal musik?

Article Inline Ad

Sejak kecil. Usia empat tahun. Saya masih ingat mama mendaftarkan saya di sekolah musik Yamaha di Yogyakarta.  Mulai diperkenalkan dengan musik di kelas group kursus musik anak-anak Yamaha Musik Yogyakarta. Setelah selesai kelas group, melanjutkan ke kursus Electone sampai tamat student grade. Guru – guru saya saat belajar di Yamaha adalah Ibu Susi, Ms.Sisca, Ms.Ina, Ms.Sylvia Dewi, dan Ms. Fifini. Mereka orang-orang yang smart yang membawa saya ke dunia musik yang penuh dengan kegembiraan. Kemudian saya melanjutkan dan memperdalam piano dibawah bimbingan Levi Gunardi, B.Mus, M.Mus sampai sekarang. Saya mendapat sertifikasi Diploma ABRSM, High Grade Examination Fundamental, Piano, & Electone.

 

Kapan Anda menyadari bahwa Anda tertarik dengan musik?

Yang pasti sejak kecil sih hehehe….Sejak kecil saya memang sangat suka menyanyi dan mendengarkan lagu – lagu. Kemudian saat mulai masuk TK, orangtua saya mengajak saya untuk mencoba bergabung di kursus musik Yamaha. Mungkin karena melihat saya suka nanyi dan mendengarkan lagu-lagu, orangtua mengajak saya belajar musik, dan saya senang sekali. Tidak ada paksaan. Orangtua saya memfasilitasi saya untuk belajar musik, bahkan sampai sekarang, beliau mendukung apa yang menjadi pilihan saya. Beberapa tahun les, saya sangat sangat menikmatinya, apalagi saat itu sedang trend movie – movie soundtrack, jadi sangat semangat untuk mempelajari dan memainkan lagu – lagunya. Disamping itu, saya juga menjadi pengiring organ di gereja, yang mendorong saya untuk terus belajar. Semenjak saya lebih mengenal dan mempelajari piano, classical piano khususnya, saya semakin penasaran dan semakin ingin memperdalam segala sesuatu yang berkaitan dengan musik. Sampai sekarang saya terus memperdalam pengetahuan musik piano

 

Sejak kapan mengajar musik?

Mulai mengajar musik pada tahun 2008 di Yamaha Musik Pekanbaru. Saya mengajar kelas group, electone, serta piano. Kemudian pada bulan September 2019 saya memutuskan untuk membuka sekolah musik sendiri  “Yoan & Friends Piano Studio” yang berfokus pada pendidikan piano.

 

Apakah sejak kecil cita-citanya jadi pengajar musik?

Awalnya saya tidak terpikir untuk mengajar, karena saya juga tidak kuliah di jurusan musik. Tahun 2006 saya pindah dari Yogjakarta ke kota Pekanbaru karena bekerja di salah satu perusahaan disana. Lumayan sih gajinya. Setelah 2 tahun berkarir di perusahaan, teman saya yang berprofesi sebagai pengajar musik di sekolah musik Yamaha Pekanbaru, harus pindah ke Jakarta, dan menawarkan kepada saya, apakah saya mau untuk mengajar. Akhirnya saya setuju untuk mencoba mengikuti audisi calon guru, dan ternyata berhasil diterima menjadi pengajar.

 

Lalu?

Awalnya saya mengajar hanya part time sembari kerja di kantor. Beberapa bulan setelah itu, saya memutuskan untuk resign dari perusahaan, dan menjadi pengajar full timer karena murid-murid semakin banyak yang mengharuskan saya menyediakan waktu lebih banyak lagi untuk mengajar. Nggak bisa dibuat kerja sambilan. Demi musik dan untuk msuik, saya keluar dari pekerjaan saya hehehe…dan ternyata bagi saya, mengajar musik itu sangat menyenangkan.

 

Bukannya enak kerja di kantor?

Jujur saya juga dilematis ketika akan memutuskan resign. Satu sisi kerja di kantor enak. Tiap bulan udah pasti dapet gaji. Jam kerja tetap. Tapi mungkin tidak sebebas kalau bikin usaha sendiri. Waktu itu jumlah murid udah lumayan banyak dan tidak bisa part time. Setelah dikalkulasi, ya udah saya harus pilih salah satu. Saya pilih keluar dari perusahaan, fokus ngajar musik.

 

Apa enaknya bekerja sendiri, dalam hal ini mengajar musik?

Yang jelas saya punya otoritas. Beda dengan kalau kita kerja di kantor. Dengan punya otoritas, saya yang pegang kendali. Saya yang atur. Saya boss hahaha….Saya gak terikat waktu, dan bisa atur waktu sesuai dengan kehendak saya.  Ada kebanggaan disini, dan juga tanggungjawab yang besar

Menurut Anda, manfaat apa yang Anda rasakan dengan belajar musik?

Sangat banyak manfaat yang saya rasakan setelah belajar musik. Kebetulan selain musik, saya juga mendalami beladiri atau martial arts. Walau sama – sama art, namun mempunyai sisi yang agak berbeda, walau tidak bertentangan. Yang satu lebih bersifat “keras”, sedangkan yang satu lebih “gentle”. Jadi dengan mendalami keduanya, saya bisa menyeimbangkan emosi dan pengendalian diri, lebih disiplin, dan memperhatikan detail-detail kecil.

 

Apa visi dan misi Anda dalam mengajar musik?

Visi saya sangat sederhana,  mengajarkan, memperkenalkan, dan mentransfer ilmu yang berkualitas dan dari hati kepada murid-murid, sehingga ke depannya, mereka bisa meng inspirasi orang-orang di sekitar mereka untuk lebih mengenal dan  belajar musik.  Misi saya dalam mengajar musik adalah bagaimana  mengembangkan potensi dan passion siswa dengan melihat, mengenal, dan menghargai karakter masing-masing individu. Memberikan semangat, dukungan, inspirasi, dan sekaligus menjadi pendamping dalam proses mereka bertumbuh dalam musik, dan menjaga hubungan dan komunikasi yang baik diantara guru, orang tua, dan siswa

 

Kadang apa yang kita bayangkan tidak semudah pada pelaksanaannya. Bagaimana dengan profesi Anda sebagai guru musik?

Benar. Tapi mungkin saya akan menyebutnya sebagai tantangan. Banyak sekali tantangan yang dihadapi dalam mengajar, beberapa diantaranya adalah bagaimana memunculkan dan menumbuhkan minat siswa, terutama bagi yang belajar musik bukan karena keinginan sendiri. Kemudian bagaimana memenuhi keinginan dari orangtua yang terkadang tidak dibarengi dengan support terhadap alat untuk berlatih di rumah, ataupun kesadaran untuk berlatih di rumah di tengah padatnya kegiatan anak – anak sekarang, sekolah full day, berbagai macam les, ditambah dengan godaan gadget

 

Bagaimana Anda mengatasinya?

Cara mengatasinya menurut saya dengan selalu menjaga komunikasi dengan orangtua murid tentang perkembangan belajar, kesulitan maupun kelebihan anak, juga tujuandan goal jangka pendek dan panjang dalam proses pembelajaran. Membantu manajemen waktu siswa, untuk tetap bisa berlatih di rumah, mengingat padatnya kegiatan anak- anak sekarang, dan juga bagaimana supaya bisa berlatih dengan efisien dan efektif, serta membangun kepercayaan dalam hubungan dengan masing – masing siswa. Saya percaya bahwa segala sesuatu yang kita kerjakan dan jalani dengan tulus dan hati yang gembira, akan selalu memberikan semangat pantang menyerah. Melihat murid-murid yang bertumbuh, menyaksikan perkembangan mereka dalam bermusik, merupakan kebahagian tersendiri bagi saya. Tidak dipungkiri bahwa terkadang timbul rasa lelah dan jenuh, namun hal tersebut bukanlah masalah apabila kita selalu berpegang pada hal yang membuat kita bahagia

 

Anda lebih suka mengajar anak-anak atau semua usia?

Semua usia saya suka, tinggal bagaimana kita menyesuaikan diri, berkomunikasi, dan menitikberatkan penyampaian materi sesuai dengan usia mereka. Misal untuk siswa usia dini, kita menggunakan bahasa dan cara berbicara sesuai dengan level usia mereka, duduk di samping mereka saat mengajar, menggunakan cerita untuk menumbuhkan imajinasi mereka tentang sebuah karya lagu. Berbeda lagi dengan siswa usia remaja yang lebih sensitif maupun siswa dewasa yang memiliki pola pikir dan cara-cara belajar yang lebih efektif

 

Anda merasa mengajar musik sebagai hoby atau panggilan hati?

Bagi saya, mengajar adalah jodoh hahaha… yang awalnya hobby bermusik, setelah terjun ke dunia mengajar, menjadikan sebuah passion dan saya sangat menikmati semua suka dukanya. Tidak ada penyesalan sama sekali, dan saya sangat bersyukur bisa berada di dalam dunia musik. Mengajar sebagai hobby mungkin hanya sekedar untuk mengisi waktu, ataupun supaya ilmu saat belajar dulu tidak hilang. Sedangkan apabila kita menjadikan mengajar sebagai profesi, akan adat semacam ketergantungan, dan tidak terikat oleh batasan – batasan waktu, maupun usia , itulah panggilan jiwa

 

Apa yang Anda nilai penting dalam belajar musik?

Yang saya nilai paling penting adalah kemauan untuk belajar, usaha untuk terus maju, disiplin serta tidak menyerah apabila terkendala dengan kesulitan teknis maupun non teknis. Karena dengan adanya semangat “kerja keras” dalam proses, hasil dan goals yang tercapai akan luar biasa.

 

Apa yang Anda nilai penting dalam mengajar musik?

Yang penting adalah membangun sebuah “chemistry” dengan siswa, sehingga proses penyampaian materi dll nya akan lebih mudah. Mencari the best way solutions yang efektif untuk memecahkan problem siswa secara technical. Yang paling utama, walaupun non teknis, adalah memperlakukan dan bersikap sama terhadap semua siswa, jangan ada pilih kasih. Juga yang tidak boleh ditinggalkan adalah menjalin komunikasi yang berkesinambungan. Keterbukaan di antara guru dan orang tua tentang perkembangan siswa di dalam kelas, maupun kendala – kendala yang mungkin timbul saat di rumah, sehingga bisa dicari solusi ataupun langkah – langkah ke depan. Keberhasilan siswa bergantung erat dengan sinergi antara guru, orang tua, dan siswa itu sendiri. Saya selalu membuat perencanaan dan evaluasi dalam proses. Saya menerapkan metode, program, materi, timeline, target pembelajaran yang disesuaikan dengan masing –masing  siswa. Maka hasil akhir akan sesuai atau setidaknya mendekati standar yang diharapkan.

 

Menurut Anda seberepa penting musik dalam kehidupan seseorang?

Mungkin kita tidak memerlukan musik seperti kita perlu udara untuk bernafas, maupun minum dan makan untuk bertahan hidup. Namun dengan adanya musik, kehidupan kita menjadi lebih berwarna, berkualitas, dan imajinatif, menumbuhkan rasa empati dan kemanusiaan, merefleksikan emosi dan perasaan, membantu memunculkan ide – ide kreatif. Seperti halnya jenis seni lainnya, menurut saya, musik adalah ekspresi perasaan manusia. Dalam musik, ekspresi perasaan itu dituangkan dalam bentuk nada, irama, dan syair. Ada aspek kegembiraan di dalamnya, bahkan untuk musik yang paling sedih sekalipun. Ujungnya adalah sebuah keindahan. Jadi musik itu penting untuk keselarasan, keseimbangan dalam kehidupan seseorang.

 

Bagaimana Anda melihat rekan-rekan guru lain? Sebagai pesaingkah? Atau mitra kerja?

Saya memandangnya sebagai rekan kerja. Sesungguhnya sebagai sesama guru musik kita punya tugas dan misi yang sama, tanpa harus diucapkan. Apabila siswa diibaratkan sebagai bunga, guru akan menanam, menyiram, dan memberikan pupuk, hingga pada waktunya bunga tersebut akan mekar dengan indah.  Saya percaya itu.  Jikapun jarang bertemu, mungkin karena masing – masing mempunyai keterbatasan waktu dan tenaga, jadi belum ada kesempatan membuat wadah untuk saling sharing, atau mengadakan event bersama. Mungkin akan menyenangkan juga bila suatu saat bisa terwujud suatu komunitas guru musik. Sedapat mungkin tetap menjalin silaturahmi, saling support apabila ada yang mengadakan event, misalnya seminar, lomba, dan lain-lain. Yang paling sederhana namun sangat berarti adalah saling follow dan memberikan komentar positif di media sosial

 

Bagaimana Anda memandang kompetisi musik?

Tergantung bagaimana kita memandang dan menyikapinya. Baik itu kompetisi maupun non kompetisi, segala kegiatan bermusik menurut saya positif karena pada intinya kan merupakan aktualisasi diri. Bagi saya semua itu baik karena apa gunanya kita belajar musik tetapi tdiak diaktualisasikan, tidak ditampilkan, dan tidak dimainkan. Musik itu pada akhirnya harus bisa memberikan aspek kegembiraan dan kebanggaan, baik bagi pemusiknya, lebih-lebih bagi yang  mendengarnya. Saya kira itu yang paling penting

 

Apa filosofi Anda dalam mengajar musik?

Give the Best. Berikan yang terbaik. Itu saja

 

Apa rencana-rencana ke depan Anda?

Karena saya sudah menetapkan diri dan berkomitmen di dunia pendidikan piano, dan kebetulan saat ini saya berdomisili di kota Pekanbaru, saya berencana untuk terus belajar dan mengasah diri, mempelajari hal – hal baru dari siswa, menjadi teman sekaligus mentor mereka, dan membekali mereka melalui sekolah musik piano yang saya rintis, “Yoan & Friends Piano Studio”

 

Apa yang bisa Anda sampaikan kepada orangtua siswa?

Pesan saya adalah, bekalilah putra putri Anda dengan musik. Kemajuan dunia digital saat ini semakin membuat mereka jauh dari nilai-nilai keindahan, kebersamaan, dan empati.  Belajar musik akan memperhalus perasaan, sehingga kelak anak-anak kita selain dibekali intelektual yang tinggi, juga diimbangi dengan kehalusan parasaan, penuh pengertian dan budi pekerti yang baik sehingga menjadi manusia yang lengkap

 

Pesan apa yang ingin Anda sampaikan di tengah pandemi ini?

Pesan saya untuk para guru dan siswa di tengah pandemi iniadalah, jangan menyerah. Kita harus bisa belajar, berdaptasi, dan membiasakan diri dengan kondisi saat ini. Jangan biarkan waktu terbuang sia – sia karena kita tidak bisa membeli waktu. Terus semangat. (eds)

Article Bottom Ad