SALAH satu obyek penelitian psikologi yang bisa diaplikasikan dalam musik adalah menyangkut warna suara atau timbre. Para ahli teori musik dan para musisi menyelidiki warna suara, sementara para komposer mengeksploitasinya untuk mencapai musikalitas yang diinginkan.
Kemajuan teknologi telah mengubah paradigma warna suara. Jika pada abad 17 sampai 19, para komposer mengeksplorasi timbre dari berbagai instrumen, maka sejak abad 20 mereka menemukannya dalam kemajuan teknologi yang tidak memerlukan beragam instrument untuk bisa mendapatkan “suara tunggal” dari suara yang bervariasi. Secara psikologis, perubahan ini mengubah cara pandang musisi.
Dalam musik di abad 17, 18, dan awal 19, warna suara atau kualitas suara yang dihasilkan alat musik secara umum diperlakukan sebagai sebuah “alat pengangkut”gerakan melodi, daripada sekadar sebagai sebuah atribut utama komposisi itu sendiri. Bagaimanapun, beberapa komposer yang mencoba menolak tonalitas, membuka cara baru menggunakan warna suara.
Para komposer melakukan percobaan dengan struktur suara yang kompleks yang dihasilkan dari beberapa alat musik yang dimainkan simultan. Dengan begitu, alat musik kehilangan individualitas dan identifikasi personalnya, dan lebur bersama instrumen lainnnya untuk menghasilkan sebuah kesan suara tunggal. Dalam hal ini, Debussy adalah contoh komposer yang begitu ekstensif menggunakan chord untuk menghasilkan warna suara.
Awal abad 20, komposer-komposer seperti Schoenberg, Weber, Stravinsky, dan khususnya Varese, seringkali menggunakan struktur suara tunggal, sebagaimana yang disebut Varese sebagai ” Sound Masses”. Yakni sebuah pendekatan untuk menampilkan satu suara tunggal yang dibentuk dari berbagai suara.
Kesatuan suara dari keberagaman suara, merupakan hasil dari ekplorasi berbagai suara. Eksperimen-eksperimen seperti itu membawa para komposer mengeksplorasi karakteristik-karakteristik suara yang memungkinkan untuk mencampurkan dan menggabungkan persepsi.
Perkembangan ketertarikan dalam warna suara musikal juga membawa para komposer bereksperimen dengan rangkaian suara yang meliputi perubahan warna suara secara cepat. Rangkaian suara seperti ini disebut Klangfarbenmelodien, atau melodi yang dibuat dari warna-warna suara, dan banyak digunakan para komposer abad 20 awal, seperti Schoenberg, Webern, dan Boulez.
Schoenberg mengatakan bahwa, “Jika struktur komposisi memungkinkan dibuat dari suara yang berbeda menurut pola titinada, struktur yang sering kita sebut sebagai melodi, susunan yang menghasilkan efek sama untuk dipikirkan, maka pasti memungkinkan juga untuk membuat susunan dari warna suara dimensi lain itu dari apa yang secara sederhana kita sebut warna suara. Susunan seperti itu akan bekerja dengan sebuah logika inheren, sejajar dengan jenis logika yang efektif dalam melodi berdasar pola titinada. Kelihatannya ini merupakan fantasi di masa depan. Tapi aku yakin bahwa hal itu akan bisa dibuktikan,”.
Pada intinya, Schoenberg menjelaskan bahwa warna-warna suara secara psikologikal dihadirkan kembali dalam sebuah bentuk yang diinginkan dan bahwa struktur yang dihadirkan kembali itu dapat dimanfaatkan secara komposional. Ketertarikan dalam pengertian “psychological representation” warna suara ini diperlihatkan oleh perkembangan musik elektronik dan komputer.
Dengan bantuan teknologi baru, komposer untuk pertamakalinya bisa menggabungkan aneka macam suara yang diinginkan, bebas dari keterbatasan dan keruwetan instrument maupun tingkat kecakapan pemainnya. Akan tetapi, kebebasan yang luar biasa ini, menghadirkan problem mendasar dalam persepsi psikologi yang membutuhkan pemecahan.
Ahli teori musik yang juga komposer, Robert Erickson mengatakan, “Seorang komposer yang berharap memilah-milah suara tetentu dari kemungkinan yang tak terbatas ini harus memutuskan; mana yang dipilih? Dia mungkin mencoba membuat ‘sebuah instrumen’, dari begitu banyak kemungkinan yang bisa didapat. Dia mungkin bisa menghasilkan suara-suara yang dibayangkan, seperti halnya kita juga bisa menghasilkan suara yang kita bayangkan melalui pola titinada. Masalahnya adalah, dengan begitu banyak suara yang tak terbatas, memungkinkan manusia untuk berbuat melebihi batas yang dibayangkan, tetapi disisi lain sebenarnya hal itu berhubungan dengan keterbatasan manusia,”.
Seperti diketahui, suara dari sebuah alat musik dapat diidentifikasi di bawah sebuah kondisi rentang yang lebih luas, seperti nadanya, tingkat kekerasan suaranya, dan sebagainya. Spektrum suara dihasilkan oleh alat musik yang sama di bawah kondisi yang berbeda, sangat bervariasi sekali. Apa pokok pikiran yang mendasari semua itu?
Variasi Harmoni
Masalah persepsi warna suara telah dipahami dengan nada dalam pengertian baku. Menurut Helmholtz, perbedaan dalam warna suara dari nada-nada kompleks tergantung pada kekuatan variasi harmoni. Ia mengatakan bahwa suara nada sederhana bisa terdengar enak, tetapi mungkin membosankan.Sebaliknya, nada-nada yang kompleks dengan harmoni kuat dan kaya, mungkin tetap terdengar menyenangkan.
Risset dan Matthews pada tahun 1969 melakukan penelitian tentang warna suara. Keduanya membuat sampel suara instrumen natural ke dalam format digital, dan dianalisa menggunakan komputer. Mereka membuat parameter yang bervariasi dari suara-suara yang dihasilkan. Dalam satu intrumen, keduanya bisa menghasilkan beragam suara dengan parameter masing-masing.
Mereka menggunakan pendekatan geometri dalam pengolahan warna suara. Wessel dan Grey juga melakukan eksplorasi yang sama dari tahun 1973-1978, khusus untuk alat musik tiup, yang difokuskan pada hubungan energi dengan produk suara yang dihasilkan.
Dalam perkembangan itu, apa yang dikatakan Schoenberg tentang kemungkinan produksi warna suara tak terbatas, menjadi kenyataan. Bahkan dalam perkembangannya kemudian, melewati apa yang dipikirkan Schoenberg sendiri. Kelak, musik-musik kontemporer dan avan garde yang muncul di abad 20 merupakan jawaban dari realisasi perkiraan Schoenberg. Para musisi tak hanya mengekspolrasi beragam warna suara, tetapi juga menjelajahi efek-efek suara yang dihasilkan dari permainan modulasi.
Perkembangan ini, tak pelak lagi, meninggalkan anggapan bahwa warna suara hanya semata-mata dihasilkan dari rangkaian nada. Bagaimanapun, ekplorasi dalam hal warna suara, merupakan contohi paling bagus, kolaborasi paling baik antara para psikolog dan musisi. Banyak pertanyaan yang muncul dalam bidang ini dihadapi para musisi.
Secara umum, pertanyaan-pertanyaan itu sangat mendasar untuk bisa dipahami dan dicarikan jalan keluarnya. Jawaban terhadap pertanyaan itu mungkin tidak bisa diperoleh tanpa menggunakan teknik-teknik eksperimen yang dikembangkan para ahli psikologi (eds)