PENDEKATAN kerjasama (coooperative learning) berarti mengajak siswa bekerjasama sebagai sebuah kelompok untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Siswa dilibatkan dalam kegiatan saling berbagi penemuan, pikirian, pengetahuan, informasi, dan segala gagasan. Kegiatan ini dirancang sedemikian rupa sehingga mendorong seorang anak untuk bekerjasama dengan lainnya. Dalam bermusik, tujuannya bukan sekadar membuat musik, tetapai juga mengubah rasa persaingan yang ada dalam individu (sebagai sifat yang mengganggu), agar tidak merusak tujuan khusus dalam kelompok.
Mungkin, pendekatan ini bertentangan dengan teori pendidikan tradisional yang menitikberatkan pada persaingan, dimana seseorang melihat orang lain bukan menjadi bagian dari sebuah proses. Pendekatan ini biasanya terungkap dalam perkataan, misalnya, “Kegagalanmu adalah keberhasilanku, dan keberhasilanmu berarti kegagalanku.” Dalam pendekatan kerjasama, konsep itu diubah dengan menekankan pada kerangka berpikir bahwa: “Keberhasilanmu adalah keberhasilanku, kekalahanku adalah kekalahanmu juga.”
Kegiatan kerjasama kelompok, dimana seorang siswa dapat membantu siswa lainnya sebenarnya bukanlah gagasan baru untuk diterapkan dalam pengajaramn musik. Para guru piano sudah sejak bertahun-tahun lalu mempergunakan pendekatan kelompok ini secara bebas, berdasarkan intuisi, atau memanfaatkannya dalam berbagai macam situasi lainnya.
Bekerjasama adalah tahapan paling penting dari struktur pendekatan kelompok atau kelas.
Gagasan ini berkembang cepat dalam waktu 25 atau 30 tahun terakhir, dan ini mendapat perhatian serius dari para pakar pendidikan, seperti David dan Roger Johnson dari Universitas Minnesota, Robert Slavin dari Universitas John Hopkins serta Spencer Kagan dari Universitas California yang mengadakan penelitian terhadap pendekatan ini.
Ciri khas dari pendekatan kerjasama ini adalah melibatkan anak dalam proses bersosialisasi. Kerjasama kelompok adalah wahananya. Mengapa? Karena bentuk kegiatan dalam pendekatan ini adalah untuk memberi kesempatan pada anak berbicara atau mengemukakan pendapat dan pandangannya, mendengar, menyampaikan gagasannya, berbagi rasa dan saling membantu dengan sesama rekan lainnya.
Kegiatan ini bermanfaat mengembangkan proses berpikir anak pada tingkat yang lebih tinggi karena untuk terlibat di dalamnya, seseorang ditantang harus memperjawabkan atau tidak asal-asalan. Secara tidak langsung anak juga terdorong untuk belajar berpikir secara aktif. Jika ia belajar secara individu atau sendirian mungkin ia merasa bahwa pendapatnyalah yang paling benar atau permainannyalah yang paling bagus. Tetapi begitu ia berada dalam sebuah kelompok ia melihat banyak kemungkinan dengan mendengarkan, mempertimbangkan, mendapat wawasan dari berbagai gagasan yang dilontarkan oleh teman-temannya.
Bisa jadi apa yang dikemukakan teman-temannya mungkin lebih baik dari gagasannya semula, yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya. Kondisi dan situasi semacam ini juga membuat anak berpikir lebih kritis, tidak hanya asal mengemukakan pendapat. Mungkin dengan aktivitas seperti ini, seorang anak akan lebih berpikir dua kali untuk mengemukakan gagasannya atau mempersiapkan dirinya agar apa yang disampaikan dihadapan teman-temannya nanti adalah gagasan yang memiliki argumentasi kuat, benar dan dapat dipertanggungjawabkannya.
Proses berpikir aktif ini jelas lebih baik daripada membiarkan siswa menerima secara pasif sebuah informasi atau materi pelajaran melalui penjelasan-penjelasan yang disampaikan secara sepihak oleh guru.
Ada lima elemen sosial yang harus dihadirkan dalam seluruh aktifitas kelompok agar proses bekerjasama dapat benar-benar dirasakan manfaatnya. Elemen-elemen tersebut adalah:
Rasa Ketergantungan.
Rasa ketergantungan yang positif mendorong terbentuknya kerjasama dalam kelompok. Ini sangat bertentangan dengan sifat tidak mau bekerjasama yang mengarah pada timbulnya persaingan. Ketergantungan positif dapat dibenarkan sepanjang siswa membutuhkan teman-temannya untuk menyelesaikan tugas kelompok. Atau ketika tujuan kelompok hanya dapat dituntaskan dengan peran seluruh anggota kelompok. Slogan yang untuk menggambarkan ketergantungan yang positif ini adalah:”Berenang atau tenggelambersama-sama.”
Ada empat cara untuk menciptakan ketergantungan yang positif, yaitu dengan menetapkan tujuan bersama (dengan mempelajari dan menyakinkan agar seluruh anggota kelompok dapat terlibat), penghargaan yang sama (apabila dalam sebuah kelompok memperoleh poin dalam sebuah kegiatan), berbagi pengetahuan (mengerjakan tugas terdiri dari beberapa bagian materi yang melibatkan.
Agar kerjasama sukses, instrukstur atau guru harus memberikan kesempatan setiap siswa terlibat dalam diskusi. Misalnya dengan mendengarkan, menyetujui, menolak, menyampaikan gagasannya atau dukung mendukung dengan teman-temannya secara individu maupun mandiri. Dalam kegiatan ini untuk sementara guru harus bersedia menanggalkan otoritasnya sebagai pengajar. Sebaliknya, menjadi fasilitator atau moderator interaksi siswanya. Efektifitas interaksi face to face didasarkan pada pemikiran bahwa cara terbaik untuk belajar sesuatu adalah melalui pengajaran atau memperlihatkannya kepada orang lain. Seperti, “Berbicaralah denganku, aku akan mendengarkan. Pengaruhi aku, yakinkanlah diriku dan aku akan mempelajarinya.’
Bertanggung Jawab
Yang dimaksud dengan individu yang bertanggung jawab adalah menghindari adanya kemungkinan anggota kelompok yang bertindak curang atau pasif. Selain itu adanya anak yang terlalu mendominasi dalam kelompok juga harus dihindari. Untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan berbagai cara.Misalnya, memberikan penilaian rutin tiap-tiap siswa secara individu dan membagikan hasil penilaian pada kelompok dan anggotanya. Berusaha membuat setiap anggota bertanggung jawab terhadap kontribusinya untuk kepentingan kelompok. Meminta masing-masing kelompok menyerahkan file laporannya secara periodik dengan menyebutkan garis besar peran tiap-tiap anggotanya.
Kerjasama
Agar kerja kelompok dapat berlangsung baik, guru harus memperlihatkan kemampuannya menggali potensi siswa. Anak harus tetap belajar dan didorong kemampuannya dalam berinteraksi social untuk memperoleh hasil yang maksimal. Misalnya, bagaimana memanfaatkan giliran mengemukakan pendapat, bagaimana mengungkapkan rasa ketidaksetujuannya dengan tidak secara frontal, belajar melihat berbagai permasalahan dari sudut pandang yang berbeda, belajar menyelesaikan persoalan, belajar menerima kritik dengan lapang dada, menggunakan waktu secara efisien, belajar menghargai pendapat orang lain, belajar mau mengakui kesalahan atau kekurangannya, dan masih banyak lagi lainnya.Pada awalnya mendorong anak terlibat dalam berbagai macam interaksi social semacam itu mungkin terasa sulit. Namun apabila anak terus-menerus diajak dan dilatih sering terlibat dalam sebuah kerjasama kelompok maka semuanya akan berjalan dengan sebagaimana mestinya.
Proses Kerjasama
Ini adalah elemen yang sangat penting dalam pen dekatan belajar bekerjasama, yaitu menyelesaikan tugas akhir. Bagaimana anggota kelompok mengerjakan tugasnya masing-masing. Dan apakah semuanya terlaksana sesuai dengan fungsinya. Siswa secara periodik sebaiknya dinilai keberhasilannya mengerjakan tugas, kemampuannya mencapai tujuan, serta sejauh mana memanfaatkan hubungan kerjasama dalam kelompok. Kesadaran ini
dapat menumbuhkan komitmen dalam dirinya untuk selalu maju, baik ia sebagai individu, maupun kelompok.
Beberapa elemen di atas hampir semuanya dapat dihadirkan dalam pengajaran musik melalui beberapa tahap dan format sebagaimana model aktifitas music lainnya. Sebagai contoh: ketergantungan yang positif dan tanggung jawab individu dapat diterapkan ketika membentuk ensemble dalam sebuah kelas piano, band, paduan suara atau bentuk-bentuk ensemble lainnya.
Keberhasilan ensemble ini sangat ditentukan pada kerja keras, effort adan kerjasama anggota untuk mencapai tujuan bersama sebuah kelompok. Ini berarti adanya ketergantungan yang positif. Setiap individu dituntut pertanggungjawabannya pada aturan main yang ditetapkan dalam grup demi keberhasilan bersama, melatih anak menjadi individu yang bertanggung jawab.
Sejauh ini, elemen proses kerjasamalah yang umum diterapkan dalam pengajaran kelas piano. Kelompok ini diberi kesempatan menganalisis mencari jalan keluar permasalahan mereka dan modus operandinya yang sesempurna seperti yang mereka inginkan. Analisa kerja kelompok ini membutuhkan dukungan semangat. Sebab dibutuhkan waktu pembahasan yang panjang dan kekompakan bekerjasama kelompok. Semuanya dapat dikerjakan oleh masing-masing kelompok atau tiap-tiap individu, sendirian atau didepan umum.
Kerjasama kelompok dapat diterapkan pada berbagai intensitas, dari yang jarang-jarang, sub grup berkala, hingga pengajaran seluruh kelas jangka panjang atau kelompok tetap. Kelompok berkala, bisa disebut kelompok informal, juga biasa dibentuk secara mendadak. Kelompok ini biasanya kecil dan keanggotaannya berubah-ubah. Dibentuk untuk membahas permasalahan spesifik dan tugas-tugas yang membutuhkan penyelesaian cepat. Kelompok formal adalah kelompok yang dibentuk untuk jangka waktu yang panjang. Dengan materi lebih luas dan kompleks. Biasanya keanggotaan mereka diatur dan ditetapkan oleh guru.
Kelompok ini pada umumnya dapat diterapkan pada kelas piano. Sangat efektif diterpkan pada proyek jangka panjang, seperti grup improvisasi atau arranging, mempersiapkan sebuah ensemble, menetapkan repertori untuk sebuah pementasan, dan lainnya. Yang ketiga adalah tipe kelompok yang lebih kompleks, dasar dari sebuah grup. Yaitu sebuah grup yang sengaja dibentuk dan memiliki kekompakan solid karena mereka telah menjalin kerjasana dalam jangka waktu yang panjang, seperti selama semester atau kuartal.
Kelompok ini dibentuk dengan menggabungkan personality yangmereka miliki dan mereka dapat bekerjasama dengan efisien. Grup ini memiliki kepercayaan yang tinggi dalam bekerjasama dan interaksi mereka sudah sangat natural dan spontal. Namun kelompok yang terakhir ini sangat sulit dibentuk dan terbentuk hanya dalam kondisi tertentu. (Dini)