SALAH satu hal yang unik dalam pengajaran musik adalah, tidak adanya standar yang baku yang bisa digunakan para guru. Dengan kata lain, setiap guru memiliki standar sendiri-sendiri yang berbeda satu dengan lainnya. Mungkinkah membangun sebuah standar pengajaran yang memungkinkan para pengajar musik, khususnya keyboard, dari berbagai kepribadian yang beragam dan cara mengajar yang berbeda-beda, memiliki struktur dan pendekatan pengajaran yang konsisten dan sama?
Sesungguhnya memang tidak ada standar-standar tertentu yang baku dalam setiap proses pengajaran. Belajar dan mengajar itu sendiri sesuatu yang dinamis. Setiap guru selalu berusaha keras mengajar siswanya meraih kesuksesan, dengan cara mereka sendiri.
Mereka menyiapkan rencana yang telah ditata secara matang dan hati-hati, serta memberikan tugas-tugas yang berorentasi pada pencapaian tujuan, dengan standar mereka sendiri. Jelas bahwa seorang guru memiliki otoritas dalam hal apa yang akan dilakukannya.
“Tetapi bila kita menginginkan sebuah standar tertentu, pertanyaannya adalah, standar yang bagaimana? Harus kita ingat bahwa yang kita hadapi adalah sesuatu yang hidup dan dinamis, yang kita sebut dengan manusia,” kata Scott Donald, pengajar musik di Amerika.
Dalam satu hal, ia setuju bahwa perlu ada standar-standar tertentu yang mestinya dimiliki guru secara bersama-sama. Meski standar yang dimaksud mungkin lebih bersifat abstrak, pasti selalu ada ukuran-ukuran tertentu yang bisa dipakai karena setiap guru pada dasarnya memang harus memiliki standar-standar tertentu dalam pengajarannya.
Dalam hal ini ada standar yang bersifat umum, dimana semua orang bisa mengaksesnya. Dan standar yang bersifat khusus yang hanya dimiliki masing-masing guru sesuai dinamika dan masalah yang dihadapi.
Well Informed
Donald memberi contoh bagaimana sebuah standar umum yang mesti dimiliki seorang guru, yakni Well Informed, baik bersifat ke luar maupun ke dalam. Rajin mengamati dan membuka wawasan dan selalu mencari ide-ide baru, sehingga guru dapat memastikan model pengajaran terbaru yang bagaimana yang dapat diterapkan sesuai dengan lingkungan, situasi dan kondisi dirinya, siswanya.
Informasi tersebut dapat diperoleh guru secara bertahap dari berbagai peragaan pengajaran yang sangat beragam dari berbagai sumber, seperti melalui seminar-seminar, majalah, master class atau media lainnya yang kemudian dapat dipelajari model yang mana yang paling sesuai dan dapat diterapkan pada kondisi kelasnya.
“Observasi terus-menerus sebelum menentukan langkah berikutnya secara menyeluruh dan terstruktur terhadap situasi dan kondisi lingkungannya, mungkin sesuatu yang menambah beban guru. Tetapi itu akan sangat berharga bagi proses pengajaran yang dilakukan, karena guru tidak akan terjebak pada sesuatu yang statis,” kata Donald.
Well Informed sebaiknya dimiliki sebagai standar setiap guru, dimana guru memiliki banyak akses untuk memperoleh berbagai informasi yang berhubungan langsung dengan profesinya. Namun bagi kebanyakan guru musik, sedikit sekali mereka memiliki akses untuk memperoleh informasi, lebih disebabkan oleh berbagai alasan. Bisa karena tidak ada waktu, atau memang tidak berminat dan cukup puas dengan apa yang dikuasai saat ini.
“Saya berpendapat bahwa guru musik harus tetap terbuka terhadap berbagai sumber lain. Misalnya tentang hasil penelitian, meski mungkin tidak secara langsung membahas tentang musik. Pada kenyataannya, perbedaan sudut pandang dari disiplin ilmu yang berbeda justru memberikan manfaat yang sangat efektif terhadap strategi pengajaran,” ujar Donald.
Pendekatan Proaktif
Selain well informed, standar umum yang bisa menjadi pegangan guru adalah pendekatana proaktif. Meski pendekatan proaktif sebenarnya bukan sebuah pendekatan yang baru, tetapi dalam bidang pengajaran musik, boleh jadi sesuatu yang baru.
Disadari atau tidak, para guru musik kebanyakan lebih menyukai sesuatu yang statis, yang kadang-kadang justru membuat mereka kurang efisien. Seorang guru yang baik akan selalu mencari dan mencoba strategi-strategi mengajar yang lebih efektif. Salah satu strategi mengajar efektif, adalah dengan pendekatan proaktif, dimana guru membuat situasi belajar yang terstruktur, misalnya dengan menentukan hasil atau tujuan yang jelas melalui penugasan-penugasan yang berurutan, materi yang sesuai, yang mampu membawa siswa meraih hasil yang diharapkan.
Mengajar secara proaktif mensyaratkan adanya sebuah interaksi proaktif. Memang tidak mudah karena sesungguhnya tidak ada sebuah pedagogi yang benar-benar sempurna dan dapat diterapkan dalam situasi dan kondisi apapun. Oleh sebab itu dibutuhkan observasi terus-menerus dari seorang guru.
Jika mengajar hanya dengan mengandalkan pengalaman saja, itu bukan jaminan keahlian. Bagaimanapun salah satu aspek penting dalam mengajar berkualitas adalah terletak pada bagaimana guru melakukan proses mengajar tersebut benar-benar secara terstruktur dengan baik. “Kita tidak akan pernah memperoleh hasil yang baik, bila kita tidak tahu bagaimana menyiapkan dan melakukannya dengan baik pula,”
kata Donald.
Memahami Dulu
Dalam pendekatan proaktif, guru harus memahami dulu apa yang akan dikerjakan dan harus dikerjakan sebelum meminta siswa mengerjakan apa yang ditugaskan guru. Kadang-kadang muncul kesenjangan antara guru dan siswa akibat guru tidak memiliki kejelasan pada materi yang diberikan kepada siswanya, apa tujuannya, dan seperti apa harapan yang diinginkan gurunya.
Misalnya, setiap memberikan sebuah repertori yang disodarkan pada siswanya, guru sebaiknya menganalisa notasí-notasi musiknya terlebih dahulu. Apakah notasi musik itu akan menjadikan siswa merasa lebih tertantang ataukah justru akan menjerumuskan siswa dalam sebuah kesulitan.
Hasil akhir sebuah proses belajar musik sebaiknya bukan hanya pada guru, tetapi justru yang lebih penting adalah pada siswa. Jangan terlalu cepat merasa puas bila melihat seorang siswa telah dapat melaksanakan apa yang ditugaskan oleh guru. Tetapi coba selidiki, apakah siswa merasa benar-benar tertantang? Menjadi sangat tertarik Ataukah sebaliknya? “Inilah uniknya mengajar musik, bahwa hasil akhir dari penyampaian materi pelajaran bukan dilihat dari apa yang menjadi persepsi guru, tetapi justru pada apa yang dipersepsi siswanya,” kata Donald.
Ia memberikan contoh kecil. Misalnya, jika masalah ritmik atau irama menjadi salah satu kendala bagi siswa dalam belajar, maka siswa sebaiknya harus mampu membenahí persoalan tersebut sebelum mereka menemui kesulitan yang lebih sulit lagi dari penambahan-penambahan materi berikutnya. Jika persoalan teknik menjadi kendala bagi sebagian besar mereka, maka buatlah perencanaan untuk mempertajam teknik mereka dalam hal kelenturan tangan dan jari-jari sebelum berlanjut pada lagu atau materi berikutnya.
Tetapi sungguh sangat disesalkan bahwa ada sebagian guru ternyata lebih suka mengabaikan permasalahan ini yang dianggapnya kecil. Mereka lebih cenderung tergoda untuk langsung memainkan karya-karya yang belum sepatutnya diberikan pada mereka dengan alasan siswa memiliki kemampuan untuk memainkannya. “Mereka lupa bahwa mengajar musik tidak seperti kursus komputer. Mengajar musik adalah berkenaan dengan seni. Inilah yang saya maksud pendekatan proaktif,” kata Donald.
Dalam pandangannya, sebuah pendekatan pengajaran yang proaktif juga dapat dipergunakan untuk tujuan mendiagnosa sebuah materi pelajaran yang diterapkan dalam kelas. Dalam mengaplikasikannya dapat melalui penugasan khusus setelah siswa memainkan repertorinya. Dalam hal ini guru memiliki akses pada bagian-bagian mana yang memerlukan penekanan, perbaikan atau penajaman. Disamping itu, menentukan tujuan yang ingin dicapai dari sebuah penugasan, dan merancang sebuah strategi untuk menemukan hasil spesifik yang diinginkan.
“Dalam hal ini sangat penting bagi seorang guru menentukan sebuah tujuan yang spesifik untuk menjamin bahwa ia telah mampu menjabarkan penugasan tersebut sesuai dengan konsep yang paling mendasar. Ini adalah salah satu tahap yang paling sulit dalam proses tersebut. Oleh karena itu guru dituntut ekstra hati-hati agar tidak muncul akar persoalan yang sebenarnya bukan permasalahan utamanya,” tuturnya.
Membangun standar pengajaran, menurut Donald, lebih didasarkan pada komitmen pribadi guru. Dengan beragam karakter, pembawaan, dan orientasi guru dalam mengajar musik, bisa dipastikan akan beragam pula standar-standar yang dimiliki para guru. Betapapun selalu ada hal-hal yang bisa menyatukan mereka karena pada dasarnya tujuan guru dalam mengajar musik, dan apa yang diharapkan, tidak jauh
berbeda.(dini)