Pendekatan yang ‘Mengubah’ Peran Guru

324

Article Top Ad

Pembelajaran Kooperatif, kadang-kadang disebut pembelajaran kelompok kecil, adalah strategi pembelajaran di mana kelompok kecil siswa bekerja sama dalam tugas bersama. Tugasnya bisa sesederhana memecahkan masalah matematika multi-langkah bersama-sama, atau serumit mengembangkan desain untuk jenis sekolah baru.

Dalam beberapa kasus, setiap anggota kelompok bertanggung jawab secara individu untuk sebagian tugas. Dalam kasus lain, anggota kelompok bekerja sama tanpa penugasan peran formal.

Menurut David Johnson dan Roger Johnson, ada lima elemen dasar yang memungkinkan pembelajaran kelompok kecil yang sukses:

Article Inline Ad

  • Saling memiliki ketergantungan positif dimana siswa merasa bertanggung jawab atas usaha mereka sendiri dan kelompok.
  • Interaksi tatap muka dimana siswa mendorong dan mendukung satu sama lain, lingkungan yang mendorong diskusi dan kontak mata.
  • Akuntabilitas individu dan kelompok dimana setiap siswa bertanggung jawab untuk melakukan bagian mereka, kelompok bertanggung jawab untuk memenuhi tujuannya.
  • Perilaku kelompok, dimana anggota kelompok mendapatkan instruksi langsung dalam keterampilan interpersonal, sosial, dan kolaboratif yang diperlukan untuk bekerja dengan orang lain.
  • Pengolahan kelompok, dimana anggota kelompok menganalisis kemampuan mereka sendiri dan kemampuan kelompok untuk bekerja sama.

Pembelajaran kooperatif, mau tidak mau mengubah peran siswa dan guru di ruang kelas. Kepemilikan belajar mengajar dimiliki oleh kelompok siswa, dan tidak lagi menjadi tanggung jawab guru. Kewenangan menetapkan tujuan, menilai pembelajaran, dan memfasilitasi pembelajaran dimiliki oleh semua orang.

Siswa memiliki lebih banyak kesempatan untuk secara aktif berpartisipasi dalam pembelajaran mereka, bertanya dan menantang satu sama lain, berbagi dan mendiskusikan ide-ide mereka, dan menginternalisasi pembelajaran mereka. Seiring dengan peningkatan pembelajaran akademis, pembelajaran kooperatif membantu siswa terlibat dalam wacana yang bijaksana dan memeriksa perspektif yang berbeda, dan telah terbukti meningkatkan harga diri, motivasi, dan empati siswa.

Beberapa tantangan dalam menggunakan pembelajaran kooperatif antara lain melepaskan kendali pembelajaran, mengelola tingkat kebisingan, menyelesaikan konflik, dan menilai pembelajaran siswa. Kegiatan yang terstruktur dengan hati-hati dapat membantu siswa mempelajari keterampilan untuk bekerja sama dengan sukses, dan diskusi serta refleksi terstruktur tentang proses kelompok dapat membantu menghindari beberapa masalah.

Penulis  “Classroom Instruction that Works”, Robert J. Marzano, mengutip penelitian yang menunjukkan bahwa mengorganisir siswa dalam kelompok pembelajaran kooperatif dapat menghasilkan pencapaian setinggi 28 persen dalam pencapaian siswa yang diukur (Marzano, Pickering, dan Pollock 2001).

Peneliti lain melaporkan bahwa kerja sama biasanya menghasilkan pencapaian kelompok dan individu yang lebih tinggi, hubungan yang lebih sehat dengan teman sebaya, lebih metakognisi, kesehatan psikologis dan harga diri yang lebih besar (Johnson dan Johnson 1989).

Jika diterapkan dengan baik, pembelajaran kooperatif mendorong peningkatan prestasi, diskusi siswa, pembelajaran aktif, kepercayaan diri siswa, dan motivasi. Keterampilan yang dikembangkan siswa saat berkolaborasi dengan orang lain berbeda dengan keterampilan yang dikembangkan siswa saat bekerja secara mandiri.

Karena semakin banyak bisnis yang mengatur karyawan ke dalam tim dan gugus tugas, keterampilan yang diperlukan untuk menjadi “pemain tim” (misalnya verbalisasi dan pembenaran ide, menangani konflik, berkolaborasi, membangun konsensus, dan tidak setuju dengan sopan) menjadi lebih berharga dan berguna.

Menggunakan kelompok kooperatif untuk menyelesaikan tugas akademis tidak hanya memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan interpersonal tetapi juga memberi mereka pengalaman otentik yang akan membantu mereka sukses dalam karir masa depan mereka. (eds)

Article Bottom Ad