VANESSA JAZZY, Kupu-kupu yang Terbang Mengejar Mimpi
VANESSA JAZZY memecah 2 tahun kebekuan panggung konser di Surabaya akibat Covid 19 dengan konser tunggalnya bertajuk Sparkling Butterfly, Rabu (13/7) di hotel Majapahit Surabaya. Konser ini juga wujud syukur Vanessa Jazzy atas pencapaiannya selama ini serta mohon doa restu untuk memulai studi berikutnya di Yong Siew Toh Conservatory of Music, National University of Singapore, setelah mendapat beasiswa penuh selama 4 tahun untuk studi Harpa.
Konser berdurasi 75 menit itu berlangsung hangat dihadiri guru-guru musik Vanessa, keluarga, teman dekat, dan tamu undangan, menampilkan komposisi harpa dengan beragam format diantaranya Handel Concerto in B-flat Major, HWV 294 dengan String Orchestra Of Surabaya ensemble, Shostakovich Five Dance – trio dengan 2 violin oleh Shienny dan Finna. Selain itu, penampilan solo harpa Chanson de Mai dan The Nightingale, serta kolabarasi dengan vokal bersama Shelomita Amory dan Naomi Olivia membawakan Somewhere Out There dan Tanah Airku bersama Shelomita Amory dan Kiano Nathaniel. Sebagai penutup, Vanessa menyanyikan lagu berjudul Sparkles.
Meski lahir di lingkungan Cendana Musik Probolinggo, tidak serta merta membuat Vanessa suka dan bisa memainkan musik dengan baik. Walau orangtuanya berusaha mengenalkan musik sedini mungkin, Vanessa kecil selalu menghindar ketika diajari musik. Hal ini membuat orangtuanya berusaha mencari cara agar Vanessa mau belajar.
Segala cara dilakukan, diantaranya mondar-mandir Probolinggo-Surabaya agar Vanessa bisa mengikuti kursus musik secara group di KMA Melodia Surabaya. Vanessa juga mulai belajar Vocal dengan Endang Retnowati Tj dari umur 3 tahun. Setahun kemudian, Vanessa belajar piano secara privat dengan Listya Christianti di Rhapsody Music Surabaya.
Seperti layaknya anak-anak, Vanessa susah diarahkan untuk disiplin berlatih. Namun, ia bisa menikmati waktu berkumpul dengan teman-temannya. Kondisi ini menjadi salah satu strategi yang dipakai orangtuanya untuk membuatnya terus belajar musik. Tahun 2009, Vanessa bertemu dengan komunitas Suzuki yang rutin mengikuti Camp Music setiap tahun. Vanessa juga kerap ikut beragam event musik seperti konser, lomba, ujian.
Melalui kegiatan-kegiatan seperti inilah, motivasi dan semangat belajarnya terus terjaga.
Orangtua Vanessa dari awal menyadari bahwa anaknya belum tentu akan mengambil musik sebagai pilihan studi dan karier. “Vanessa bebas memilih bidang ilmu apa saja yang dia suka. Tidak harus musik. Tapi, selama kami mampu, kami ingin Vanessa terus belajar musik dengan baik, karena kami percaya, belajar musik ini bisa memberi manfaat untuk hidupnya,” jelas orang tua Vanessa.
Vanessa pindah ke Surabaya meneruskan sekolah jenjang SMP tahun 2016 dan mulai les biola dengan Shienny Kurniawati. Dia tampil bersama String Orchestra of Surabaya dan bertemu dengan konduktor ternama Indonesia seperti Addie MS, Avip Priatna, dan lain-lain. Kecintaan Vanessa terhadap musik pun mulai tumbuh. Tahun 2017 Vanessa mulai belajar harpa. Suatu pilihan yang sulit, karena untuk memiliki harpa pada saat itu terasa tidak mungkin. Tidak sedikit yang menentang dan mempertanyakan keinginan Vanessa belajar harpa. Namun Vanessa tetap kukuh untuk mencoba. Walau hampir setahun belajar tanpa harpa di rumah, Vanessa terus belajar. Support luar biasa dari sang guru, Shienny Kurniawati, Vanessa semakin terampil. Ia bergabung dengan beberapa group ensemble di event Wedding dan konser.
Tahun 2020, pandemi membuat semua kegiatan dihentikan. Namun, itu tidak menyurutkan semangat Vanessa untuk belajar dengan mengikuti kegiatan online. Dari sini, Vanessa bertemu dengan anak-anak luar biasa dari berbagai daerah dan terlibat dalam aneka kegiatan virtual. Karya-karya digital ini masih dapat dinikmati di akun Instagram serta Youtube Vanessa. Dengan fasilitas online, Vanessa belajar dengan guru-guru dari luar kota bahkan luar negeri. Ia kemudian mendalami musik pianonya dengan Dr. Edith Widayani di Jakarta dan mendapat kesempatan untuk tampil sebagai junior performer di Texas Piano Camp di Texas Christian University, USA.
Setelah mempertimbangkan banyak hal, Vanessa memilih harpa sebagai alat musik utama yang ingin dipelajarinya lebih dalam. Alasannya, Vanessa ingin mengeksplor lebih banyak hal baru, kesempatan, dan teknik mengenai harpa yang selama ini belum dia ketahui. Yong Siew Toh Conservatory of Music yang juga merupakan fakultas musik dari National University of Singapore yang dicatat sebagai salah satu universitas terbaik di Asia, menjadi pilihan utama.Setelah melalui proses audisi, Vanessa berhasil lolos dan diterima menjadi di Yong Siew Toh Conservatory of Music dengan beasiswa penuh.
Vanessa menjadi contoh ketekunan dan keyakinan. “Menemani anak dalam belajar musik, tak selalu mulus. Banyak tantangan dari diri anak sendiri maupun dari luar. Namun konsistensi, kegigihan, dan pantang menyerah serta keyakinan, jika terus dipupuk, niscaya akan membawa anak menuju suatu kebaikan. Karena musik sejatinya tercipta untuk kebaikan manusia,” kata Hartanti, ibunda Vanessa. (eds)
scan barcode di bawah ini untuk mengetahuai lebih banyak tentang Vanessa Jazzy