PARA guru musik, terutama yang mengajar siswa dalam sistem kelas, seringkali dihadapkan dengan sebuah tantangan yang jauh lebih berat dibanding guru-guru yang mengajar privat.
Musik sebagai pelajaran utama, dapat menimbulkan campuran rasa antara kekuatiran sekaligus kegembiraan. Berbaurnya perasaan-perasaan semacam ini bila dibiarkan, kian lama dapat dengan mudah berkembang menjadi ketidaksukaan dan frustasi. Untuk itu diperlukan kreativitas yang tidak pernah selesai. Sesungguhnya tidak ada satupun metode atau kreativitas yang cocok dan berlaku bagi semua orang. Dengan kata lain, metode atau kreativitas seorang guru dalam mengajar seseorang, hanya cocok dengan guru yang bersangkutan.
Tom Pearsall, asisten professor musik di Georgia Southern University, suatu ketika pernah merasakan dirinya berkembang menjadi semakin frustasi berada ditengah-tengah kelompok kelas pianonya. Bagaimana tidak, sebagian besar siswanya tidak banyak mendapatkan kemajuan. Selain itu perilaku mereka menyembunyikan ketidaksukaan, yang semakin memperburuk sekaligus semakin mermemperbesar rasa frustasinya.
Mengajar lima hingga enam kelas dalam satu hari dibawah tekanan suasana seperti itu, membuatnya ada satu waktu ia merasa cepat bosan dan jenuh. “Namun saya segera menyadari bahwa ada sesuatu yang harus diubah. Saya kemudian membuat pengamatan dengan berbagai langkah untuk meningkatkan keefektifan pengajaran, serta berusaha memotivasi siswa agar dapat memperoleh kemajuan,” katanya.
Dalam beberapa kesempatan ia mengimplementasikannya, dimana yang lainnya mendapatkan perubahan hasil sebagaimana yang ia harapkan. Di dalam kelas, Pearsall berusaha memperbaiki secara signifikan sebagai hasil dari perubahanperubahan ini.
Ia juga berusaha melihat kembali ke belakang materi yang telah ia sampaikan dalam pertemuan dengankelasnya setiap hari, melalui penilaian dari respon yang ia terima dari para siswanya, mereka dapat mengerjakan dengan baik dan memperlihatkan adanya kemajuan.
Apa saja yang diterapkan adalah dengan melalui beberapa tahapan yang ia pergunakan untuk memotivasi siswanya agar dapat mengerjakannya dengan lebih baik, sejalan dengan gagasan-gagasan lain yang ia selalu terapkan pada pengajarannya. Beberapa dari mereka dapat menerapkan dalam pengajaran di berbagai situasi walaupun tetap membutuhkan penjelasan.
Tetapkan Latihan yang Mudah
Guru dapat mengalah dalam menetapkan materi latihan yang diberikan kepada siswanya. Diantaranya dengan memberikan daftar partitur yang sudah dikenal mereka. Serangkaian daftar ini ditetapkan dan diberikan agar dipelajari untuk masing-masing kelas. Semua siswa mendapatkan tiga partitur per semester, yang masing-masing harus dipersiapkan oleh mereka dalam ujian mendatang.
Dengan memberikan sejumlah informasi yang diperlukan oleh karya-karya yang ada dalam daftar tersebut, yang nantinya juga turut diuraikan, memberikan keterangan yang jelas dan tepat apa yang akan diujikan dan diteskan mendatang. Dengan demikian keutungan akan dirasakan oleh kedua belah pihak, baik siswa itu sendiri maupun gurunya, disamping juga menghemat waktu penulisan pemberian tugas-tugas pada siswa. Mereka setiap saat telah memiliki program yang harus dikerjakan untuk selanjutnya, meskipun misalnya mereka terpaksa harus absen karena sesuatu hal.
Selain itu dengan menetapkan daftar penugasan yang jelas dapat menghindarkan mereka dari berbagai kebingungan. Guru juga jangan segan-segan mendorong mereka untuk mengerjakan tugasnya setahap lebih awal, apabila mereka dapat merasa nyaman dalam mengerjakannya. Daftar penugasan juga memberikan kejelasan bagi mereka terhadap garis besar pengorganisasian materi dan langkah-langkah materi yang akan diajarkan berikutnya.
Strategi ini juga dapat digunakan dalam merencanakan pelajaran. Yaitu dengan memberikan catatan tambahan pada item-item lain untuk melengkapi kebutuhan masing-masing kelas dan untuk mengecek berbagai penugasan yang telah diberikan. Keseluruhan pengorganisasian dari beberapa kelas ini sangat membantu secara signifikan dalam latihan.
Dengarkan Siswa
Sebagaimana diketahui, siswa belajar sesuatu melalui guru, oleh karena itu tidak ada salahnya guru juga dapat belajar sesuatu dari mereka. Dari mendengarkan komentar mereka, guru dapat menilai seberapa jauh mereka dapat menangkap materi pelajaran yang telah diajarkan.
Guru jangan segan-segan menjaga agar berpikiran tetap terbuka terhadap saran-saran yang mungkin dilontarkan oleh mereka. Hal semacam ini pernah dialami oleh Tom Pearsall, beberapa waktu lalu. Sejumlah siswanya mengatakan ia memberikan presentasi materi penugasan yang terlalu cepat. Ia kemudian merespon saran mereka, dengan tetap berpegang pada kurikulum, ia menghilangkan beberapa penugasan tersebut, disertai beberapa pembenahan soal-soal test.
Dengan menerapkan langkah ini, ia memiliki lebih banyak waktu untuk menjelaskan dan memperhatikan secara individual siswa-siswanya. Diluar itu semua, sudah tentu tujuan dan obyektivitas sesuatu perkecualian yang dapat diganti, sebagaimana seorang guru merancang keseluruhan-nya secara apa adanya dan dapat dipertanggungjawabkan. Keberatan-keberatan yang diajukan mereka dapat mengurangi secara signifikan kesulitan mereka, sejak Pearsall mengadakan penyesuaian dengan beberapa perubahan.
Tujuan yang jelas dan obyektif
Sebagaimana guru-guru lainnya, para guru piano pun memiliki sasaran tujuan tertentu yang ingin dicapai oleh murid-muridnya. Meskipun tujuan yang ingin diraih berbeda-beda, apapun itu adalah demi kepentingan anak didiknya dalam kelompok kelasnya. Mereka tidak, bahkan tidak akan dapat menjadi pianis semua dari keseluruhan kelas. Tetapi musik harus tetap dimainkan secara musikal, sudah tentu, memberikan dorongan dan bimbingan. Tatapi yang dibutuhkan siswa disini adalah benar-benar kemampuan fungsional yang akan mengantar mereka untuk mengejar kariernya.
Obsesi secara mendetail yang terlalu berlebihan, seperti ketepatan jari-jari atau bermain dengan teknik tinggi layaknya musisi yang berpengalaman, dapat dengan mudaha membuat frustasi baik guru maupun siswa itu sendiri. Hal ini yang seharusnya ditujukan dan ditetapkan garis panduan, sebagai pengharapan, namun terlepas dari itu objektivitas seharusnya menjadi pertimbangan dalam berproses.
Kebiasaan Berlatih Produktif
Memasuki tahun pertama, sebagian besar siswa pada umumnya belum memiliki kebiasaan latihan yang efektif. Ini dapat menjadi salah satu petunjuk di dalam kelompok piano, dimana mereka senantiasa mengklaim sudah tekun dan rajin berlatih namun hanya sedikit atau tidak sama sekali mengalami kemajuan, seakan ‘kerja keras’ mereka tidak ada artinya. Sudah tentu tidak keseluruhan dugaan ini berlaku untuk semua siswa, tentunya.
Bisa jadi diantara mereka memang telah bersungguh-sungguh mengerjakannya.
Karena itu tidak ada salahnya bila di awal pertemuan guru menekankan pada kebiasaan latihan yang efektif sebagai pengantarnya. Ini dapat dikerjakan dengan memberikan beberapa gagasan tentang bagaimana latihan yang tepat sesuai dengan ketentuan sebagai materi pengenalan.
Sebagaimana latihan sebuah teknik baru yang disarankan, siswa dapat mencobanya sendiri di luar kelas dan selalu mengintruksikan mereka untuk meniru langkah-langkah yang ada di papan ke dalam buku mereka. Ini dapat memperkuat saran yang dianjurkan untuk meningkatkan motivasi mereka dalam penerapan yang sebenarnya. Berikan para siswa pengajaran yang dapat memberikan gambaran sehingga dapat benar-benar membantunya. “Berbagilah kebingunganmu dengan gurumu” lebih tepat diterapkan oleh seorang guru, agar ia dapat secara aktif mendengarkan bagaimana dan dimana letak kekeliruan mereka.
Jika Anda pernah mendapati salah seorang siswa Anda berbuat kesalahan yang sama sebanyak tiga kali meskipun telah dikoreksi dengan cara yang sama, di kemudian hari Anda akan menjadi tidak lagi terkejut apabila ia melakukan banyak kesalahan dari pola ini dalam latihannya. “Jangan mengulang kesalahanmu” didasari pada sebuah perintah sederhana dan mengarahkan pada menemukan sebuah tempo atau latihan teknik yang memperbaiki kesalahan sehingga mereka tidak menjadi “menulis ketika bermusik”.
Pergunakan Waktu
Dengan sedemikian banyak skill yang harus diajarkan, tentu saja ini membutuhkan perhatian secara individual, penggunaan waktu dalam kelas adalah permasalahan yang krusial dalam kelas grup piano. Kegiatan presentasi kelas seharusnya menjadi pemikiran diluar kepala tentang penggunaan waktu agar penataannya tepat terjamin. Selain itu, agar kegiatan itu dapat terlaksana dengan baik, alangkah baiknya memanfaatkan waktu latihan itu dalam situasi yang sangat tenang.
Guru dapat membuat catatan kecil untuk mengamati track agar senantiasa terjaga ketika memonitor kemajuan masing-masing individual seperti mereka mempersiapkan karya yang akan dimainkannya. Kolom catatan itu, bisa memasukan nomor halaman, keteraturan atau seleksi pendengaran, tangan atau pendengaran tangan, dan memberikan tanda cawang jika permainan mereka memuaskan.
Dengan persiapan ini Anda dapat menghemat waktu karena siswa sering kali lupa dengan apa yang baru saja mereka mainkan di hadapan gurunya. Karena itu Pearsall selalu mempergunakan catatan kecil dalam mendistribusikan nilai, sehingga siswa dapat segera dan secara menyakinkan mengetahui tingkatannya.Uraian daftar latihan di papan bagi siswa adalah cara yang tepat untuk mendorong mereka berlatih sebelum kelas dimulai. Itu juga memberi mereka kesempatan untuk pemanasan sebelum materi yang akan diajarkan. Tidak semua penugasan dicek dalam setiap kelas. Prioritas ditetapkan untuk sesuatu yang mungkin paling membutuhkan bantuan.
Mencari Cara Memotivasi
Dalam dunia yang ideal, seluruh siswa seharusnya bisa memotivasi diri dan tidak membutuhkan bantuan guru. Namun dalam kenyataannya ini tidak selalu terjadi. Ketidakmampuan memotivasi diri dapat didorong dengan menggunakan pendekatan yang tepat dan menjadi sebuah tantangan.
Menciptakan sebuah lingkungan yang nyaman juga sangat penting bagi keberhasilan pengajaran. Karena itu tidak ada salahnya jika guru mencoba menciptakan lingkungan semacam itu. Misalnya, menerangkan materi dengan cara menarik, seperti menyelipkan hal-hal lucu ketika melalukan kesalahan. Atau ketika memberi ilustrasi dalam aktivitas di dalam kelas.
Bukan hanya itu, dengan menghindari latihan yang terlalu banyak menekankan pada pergerakan elbow ketika jari-jari bersilangan, juga dapat membantu siswa. Bahkan disarankan agar jangan membuat mereka terlalu sering “mengepakkan sayapnya”. Atau menggunakan istilah “rekatkan sepatumu” ketika mengingatkan anak-anak agar tetap menjejakkan hak sepatunya di lantai dengan posisi sepatu di atas pedal. Hindari kegemaran yang sulit dihilangkan seperti mencatat setiap kesalahan mereka atau memberikan ekspresi yang tidak menyenangkan ketika mereka berbuat kesalahan.
Walaupun beberapa saran yang ditawarkan disini sepertinya menggelikan, tetapi pada faktanya mereka merespon apa yang diutarakan sang guru tersebut dengan positif. Anak-anak pada umumnya sangat senang terlibat dalam kegiatan ensemble secara bersama-sama. Ketika mereka diminta latihan, sering kali gelak tawa menyertai kegembiraannya. Di beberapa sekolah musik ada yang memiliki agenda tetap dengan melibatkan keseluruhan siswanya pada sebuah kelompok ensemble dalam acara resital.
Tidak perlu dijelaskan lagi, mempersiapkan even ini memang lebih rumit, namun mereka menyukainya karena tidak membutuhkan mental lebih atau dibayangi ketakutan dibandingkan ketika tampil sendiri. Dengan persiapan yang cukup mereka tetap dapat tampil dengan cara menyenangkan. Demikian pula bila mereka tidak memiliki persiapan cukup panjang untuk tampil dalam acara ensemble pianonya di panggung, mereka tetap dapat menikmatinya secara bersama-sama.
Memiliki rekaman secara individu dari masing-masing siswa juga dapat dijadikan kegiatan yang bermanfaat sekaligus menyenangkan. Apalagi bila sekolah dilengkapi dengan laboratorium, sehingga mereka dapat berekspresi sendiri dengan keyboardnya. Kegiatan ini dapat bermanfaat banyak dengan berbagai cara. Pola kerjasama juga dapat diciptakan dengan menambahkan baris-baris melodi. Kegiatan bereksprimen dengan harmonisasi dan improvisasi dapat berlangsung lebih cepat dan mudah bagi siswa. Bagian-bagian dari penugasan membaca notasi dapat dikombinasikan pula.
Menciptakan permainan bagi siswa dalam kelas merupakan perangkat untuk memotivasi mereka. Dengan mendengarkan permainan teman-teman sekelasnya ketika mempersiapkan dirinya, mereka dapat termotivasi berusaha bermain lebih bagus dari sebelumnya. Lingkungan seperti ini membuat anak-anak mudah merasa malu apabila mereka tampil tanpa persiapan, bagaimanapun, guru hendaknya jangan menekan permainan mereka bila mereka merasa belum siap.
Sebagai tenaga pengajar kita mengharapkan para siswa-siswa dapat berkembang dan maju. . Sebenarnya guru dapat dengan mudah menciptakan cara atau tahapan dengan menggunakan metode pengajaran dan cara berpikir yang bisa memuaskan. Dengan secara terus menerus beriktiar untuk memajukan siswa, guru dapat menjadikan hal itu tantangan untuk menciptakan cara penyampaian pengajaran yang selalu baru dan efektif. Itu semua dikerjakan oleh guru semata-mata terinspirasi oleh siswa-siswanya untuk mengerjakan apa yang terbaik bagi mereka. (Dien Wahyurini)