Dr. Johannes Sebastian Nugroho

85

Article Top Ad

Berpengharapan adalah satu-satunya harapan
meskipun tidak ada ujung terowongan yang terlihat
mimpi yang terhenti bukanlah mimpi yang hilang
merangkul Sang Maha Benar, aku belajar
menari di tengah dan di antara bayang-bayang
ketakutan dan kematian
(Diterjemahkan dari FB Johannes Sebastian Nugroho, 12 Oktober 2023)

SAYA menerima berita duka itu hari Selasa 9 Januari 2024 pukul 22.58 WIB dari sahabat saya, Edwin Philips, pimpinan Maestro Musik Makassar, dalam perjalanan pulang dari Pati, Jawa Tengah.

“Johannes Nugroho meninggal, pak,” tulis Edwin melalui WA-nya. Sontak saya pun segera menepikan mobil dan berhenti di warung kopi jalur Surabaya-Tuban. Di tengah gerimis malam itu saya pesan kopi panas, sambil kembali membuka dan baca ulang pesan WA Edwin.

Article Inline Ad

Serasa tidak percaya, saya menghubungi beberapa kolega mas Jo yang saya kenal dekat dengan almarhum, seperti Miss Feirist di Medan dan Firstly Theodore di Surabaya. Keduanya membenarkan bahwa mas Jo telah berpulang. Saya membuka Facebook dan Instagram, dan ternyata penuh dengan ucapan belasungkawa atas meninggalnya salah satu pianis dan guru piano terbaik di Indonesia itu. Innalillahi wainnaillaihi rojiun.
Saya mendengar mas Jo menderita kanker pankreas dari mas Hendry Wijaya di New York yang memberitahu saya lewat emailnya 22 Nopember 2022. Sejak itu saya terus mengikuti perkembangan mas Jo melalui Facebook-nya sambil berdoa semoga Tuhan mengembalikan kesehatan mas Jo. Kanker pankreas adalah salah satu jenis kanker paling berbahaya dan mematikan. Umumnya pasien hanya bertahan paling lama 6 bulan sejak terdeteksi kanker ini.

Menurut ibu Candy Jahja, istri mas Jo, Johannes mulai merasakan discomfort pada lambungnya seperti orang sakit maag sekitar Juli 2022. Ada rasa mual dan kembung dan setelah 1 jam makan bisa muntah. “Kami berpikir Johannes menderita maag kronis karena Johannes pergi mengajar ke luar kota hampir setiap weekend dan terkadang Johannes telat makan dan kecapean. Tetapi setelah minum berbagai obat maag pun tidak ada perbaikan. Pada bulan September kami mengunjungi dokter gastro dan dokter menyarankan untuk endoscopy dan laparoscopy. Johannes melakukan keduanya tetapi anehnya tidak terlihat adanya tumor di bagian pankreas,” kata bu Candy.

“Pada tanggal 18 November 2022 kami ke internist dan disarankan untuk CT-Scan. Jadi Johannes dirawat semalam. Tanggal 19 November pagi hasilnya keluar. Johannes menelepon dari rumah sakit:”Honey, hasil CT-Scan sudah keluar. Ada kanker di pankreasku dan sudah menyebar ke hati.” Saya shock, rasanya seperti dunia runtuh, tidak percaya dengan apa yang saya barusan dengar. Saya menangis. Saya dan Johannes tidak pernah berpikir sedikitpun bahwa yang tadinya kami pikir hanya masalah lambung ternyata adalah kanker di pankreasnya dan sudah stadium akhir. Kami berdua shock dan berpikir umur Johannes hanya berkisar beberapa bulan lagi,” kata bu Candy.

Pagi itu setelah bu Candy mengumpulkan tenaga, dia memanggil Joshua, putra pertamanya, dan mengatakan ke Joshua. “Josh, ternyata ditemukan kanker di pankreas Daddy dan sudah menyebar ke hati. Saya menangis lagi sambil memeluk Joshua yang kebingungan. Tapi Josh tetap harus berangkat ke Sydney apapun yang akan terjadi. Mommy percaya kalau Tuhan mengijinkan hal ini terjadi pada kamu maka Tuhan sedang mempersiapkan sesuatu hal yang luar biasa untuk ke depannya. Semakin berat ujiannya berarti kamu akan naik ke level yang lebih tinggi,” kata bu Candy sambil terisak.

“Kami baru menerima kabar mengenai Joshua mendapatkan beasiswa ke Sydney pada Oktober 2022. Waktu itu Joshua masih kelas SMA 2. Saya terus terang masih belum siap melepas Joshua terbang jauh, apalagi ditambah sebulan kemudian saya menerima kabar mengenai diagnosa kanker pada Johannes. Saya tidak tahu bagaimana saya akan menjalani hari-hari ke depannya. Saya hanya tahu Tuhan menyertai kami sekeluarga day by day,” kata bu Candy.

Saya sendiri bisa merasakan betapa gundahnya mas Jo dan bu Candy mengetahui tidak ada pilihan lain. Postingan mas Jo penuh dengan kegelisahan dan juga pengharapan. Kepasrahan dan keikhlasan, tapi juga kekhawatiran dan ketakutannya. Sejak dirawat di rumah sakit, mas Jo selalu memposting foto dan menceritakan perkembangan penyakitnya dan tindakan medis apa saja yang telah dan akan dilakukan.

Salah satu yang membuat gundah mas Jo adalah, ketika dokter memutuskan untuk melakukan kemoterapi agar kanker tidak merambah lebih jauh ke organ lainnya. Mas Jo sadar tidak ada pilihan lain bagi pengobatan kanker selain kemoterapi. Di sisi lain, mas Jo juga memahami efek kemoterapi. Dan begitulah. Mas Jo akhirnya melakukan kemoterapi.
Keyakinannya yang kuat dengan kebaikan Tuhan, memberinya enerji. Membuatnya bersemangat, menepis ketakutan, dan memberinya kekuatan untuk tetap beraktifitas. Jalan-jalan dan makan bersama keluarga, menerima teman-temanya yang berkunjung, bahkan masih bisa memberikan konser dan masterclass untuk murid-muridnya, walau dengan fisik yang terlihat kurus, pucat, dan terlihat lelah.

Yang membuat saya terharu adalah, di tengah kondisinya yang terus drop, mas Jo masih sempat menghimpun dana kemanusiaan untuk tukang yang biasa memperbaiki rumahnya. Si tukang ini mengalami kecelakaan kerja dan tak bisa bekerja lagi, sementara dia tulang punggung keluarganya. Dalam kondisi terbaring di ranjang, mas Jo menghimpun dana kemanusiaan itu, dan dalam waktu singkat terkumpulah dana itu, yang kemudian diserahkan ke tukangnya.

Mas Jo melakukan kemoterapi di Indonesia, sebelum berobat ke Fuda Cancer Hospital di GuangZhou, China, awal Desember, dan kembali ke Jakarta, 11 Desember 2023. “Merupakan keajaiban pergi ke GuangZhou karena kondisi saya sama sekali tidak fit untuk bepergian. Saya hanya harus pergi sesuai jadwal untuk segera mendapatkan perawatan yang diperlukan. Saya percaya akan ada keajaiban lain dalam perjalanan saya kembali ke Jakarta. Kondisi saya telah membaik tetapi tidak sehat untuk bepergian dan saya telah memperpanjang masa rawat inap saya di rumah sakit selama 10 hari,” tulis mas Jo di laman FB-nya tanggal 11 Desember 2023.

Memburuk
Sepulang dari GuangZhou, kondisi mas Jo makin memburuk. Minggu 24 Desember 2023 pukul 07.04 di FB-nya, mas Jo mengabarkan dirinya menjalani transfusi trombosit. Sorenya jam 16.32 mas Jo menerima kunjungan ketiga anaknya, Joshua, Charis Christy dan Jeremiah dan ucapan Natal dari koleganya. Bu Candy dalam kondisi sakit sehingga tidak bisa mengunjungi mas Jo. Mas Jo terbaring di ranjang, dan terlihat sangat kurus, lemah, dan pucat. Namun tetap tersenyum dan terlihat bahagia.

Selasa, 26 Desember pukul 15.52, mas Jo masih memposting video kenangan Natal bersama keluarga tanggal 26 Desember 2015. Setelah itu saya tidak tahu bagaimana kondisi mas Jo karena rupanya itu postingan terakhirnya. Bu Candy menceritakan bahwa selepas tanggal 26 Desember itu, mas Jo mengalami banyak komplikasi, seperti adanya cairan ascites di lambungnya, lalu ada internal bleeding. Tensinya rendah ber kisar di 80-90. Ada thrombosis sehingga satu kakinya bengkak.

Mas Jo juga merasakan contant pain di punggung dan discomfort di perutnya. Nafsu makannya drop dan energy levelnya hanya 2 (out of 10). Mas Jo lebih sering menutup matanya karena sudah sangat lemah dan setiap 5-10 menit meminta istri dan anak-anaknya untuk membantu menopang ke posisi duduk karena sakit di punggungnya. Mas Jo sudah tidak kuat duduk sendiri.

“Johannes pernah menangis dan meminta maaf karena sudah merepotkan kami semua. Saya meminta Johannes untuk tidak menangis terlalu lama karena tangisan memerlukan energi sedangkan energi levelnya sudah sangat rendah. Ada kalanya saat-saat itu Johannes berkata kalau pikirannya rancu. Saya mengajaknya berdoa setiap kali dia merasa tidak tenang. Dia sudah tidak sanggup memegang handphone walaupun saya tahu dia sangat ingin berbagi pengalamannya selama dirawat. Membuka mata saja sudah sangat melelahkan. Mirisnya Johannes juga tidak bisa tidur karena contant pain yang dirasakannya.Terkadang dia meminta saya untuk menyanyikan lagu-lagu pujian ucapan syukur untuk mengingatkan kami berdua akan kebaikan dan kebesaran Tuhan,” kata bu Candy.

Pada tanggal 9 Januari, di pagi hari, Johannes meminta bu Candy untuk menanyakan prosedur kepulangan dari rumah sakit. “Saya meng-iyakan walau saya tahu kondisinya mengalami penurunan dan tidak mungkin untuk pulang saat itu. Semalam sebelumnya Johannes bilang ingin kembali ke rumah karena katanya kalau di rumah bisa makan lagi dan Johannes ingin makan semur,” kata bu Candy.

Tidak lama kemudian, saturasi levelnya menurun dan napasmya mulai terengah-engah, lalu disusul pendarahan hebat. Darah terus mengalir selama beberapa jam. ”Saya pegang tangan Johannes dan saya menyanyikan lagu pujian untuk menguatkan kami berdua dan anak-anak karena kami tidak kuat berjalan sendiri. Lebih dari satu jam saya terus menyanyi. Lalu saya dan anak-anak berdiri di samping Johannes dan kami berdoa bersama. Mulai pukul 14.00 saturasinya menurun dengan cepat dan pada pukul 14.49 Johannes dipanggil pulang ke rumah Bapa yang abadi,” kata bu Candy.

Kehilangan
Sungguh sebuah kehilangan yang besar bagi dunia musik klasik dan pengajaran piano di tanah air. Saya mengenal mas Jo tahun 2004 di acara UPH National Piano Competition, saat beliau menjadi Dekan Fakultas Seni UPH. Dia memiliki gagasan besar untuk menjadikan Fakultas Seni UPH menjadi konservatorium modern, minimal setingkat Yong Siew Toh Conservatory of Music di National University of Singapore. Sayangnya ide besarnya kandas di manajemen UPH.

Pimpinan Feirist Music Academy Medan, Ms. Feirist mengaku sangat kehilangan sosok seperti Johannes Sebastian Nugroho. “Beliau mengajar di tempat saya sejak 2008. Sejak saat itu dia membawa pengaruh sangat besar di Feirist Piano Academy. Beliau very kind, sangat professional, low profile walaupun ilmunya hebat dan berdedikasi. Beliau bukan hanya mengajar piano, tapi juga bagaimana menjadi orang yang baik dalam berperilaku dan bertingkah laku,” katanya.

Firstly Theodore, pimpinan Firstly Music Studio Surabaya menambahkan, Johannes Sebastian Nugroho adalah sosok guru yang disiplin dan punya integritas tinggi. “Beliau selalu menekankan fondasi yang kokoh, ingin yang terbaik untuk murid-muridnya. Beliau adalah sosok yang menginspirasi, and His legacy always in our hearts,” katanya.
Sementara itu pianis Levi Gunardi mengaku sangat terpukul dengan kepergian sahabat karibnya itu. “Aku biasa panggil dia Yoyo, sosok virtuos yang punya pemahaman musik sangat dalam. Yoyo adalah sosok yang keras dalam menanamkan kedisiplinan, tapi juga sangat peduli dan sayang terhadap murid-muridnya, serta mengajar tanpa kenal lelah dari pagi hingga malam,” katanya.

Levi mengaku hancur hatinya begitu Yoyo mengumumkan kesehatannya, karena sosok seperti Yoyo tidak tergantikan dalam dunia Classical Piano di Indonesia. “Sepak terjangnya masih sangat kita butuhkan di negara kita. Sayang dia harus mendahului kita semua dengan cepat. He is an inspiration for all of us,” kata Levi.

Mario Santoso yang juga kawan dekat dan pengajar di UPH, juga mengaku sangat kehilangan dengan meninggalnya Johannes. “Dia selalu peduli sama orang lain dulu, baru kepentingannya. Dia bekerja giat untuk mahasiswa, teman-teman, kolega, dan fakultas. Cita-cita beliau dari dulu adalah untuk membuat UPH jadi Julliard-nya Asia Tenggara. Sungguh legacy yang luar biasa, dan sekarang saatnya kita semualah yang melanjutkan legacy beliau. Istirahatlah dengan tenang, saudaraku,” kata Mario. (Eddy F. Sutanto)

Article Bottom Ad