BANYAK orang yang bergelut di musik memiliki multi talenta. Dalam pengertian, menguasai beberapa alat musik. Bagi mereka, menguasai beberapa alat musik memperkaya wawasan dan citarasa dalam bermusik, karena setiap alat musik memiliki warna dan karakter suara yang berbeda. Beberapa diantara para multi talenta itu berkembang dengan semua alat musik mereka, sementara yang lain lebih memilih fokus pada satu atau dua alat musik. Juliana Tjie menguasai beberapa alat musik, tapi dia memilih piano dan violin sebagai jalan hidupnya. Berikut bincang singkat guru musik di Bali ini dengan STACCATO
Bagaimana ibu mengenal musik?
Saya mengenal musik sejak usia dini, tepatnya saat saya aktif di gereja, saat saya aktif di komunitas muda-mudi gereja. Sejak mengenal musik di gereja itulah, orangtua saya ada menawarkan saya untuk belajar musik. Tentu saya senang. Saya belajar piano dan biola. Pernah belajar dengan Bapak Bernard, Ibu Aditya Indra Jaya, dan mengikuti berbagai macam workshop, seminar, misalnya dengan Ruth Wibisono, Adam Gyorgy, Edward Ho, Mario Santoso, dan juga seminar diselenggarakan ABRSM.
Siapa guru Anda yang paling berkesan?
Mereka semua berkesan dan penting bagi saya. Dan saya sangat berterima kasih kepada mereka atas semua yang mereka ajarkan kepada saya dan untuk semua inspirasi yang mereka berikan. Mereka membantu saya mengembangkan keterampilan dan skill bermusik, di samping memberi inspirasi bagaimana teknik mengajar yang baik
Sejak kapan ibu mengajar dan apa yang mendorong ibu mengajar musik?
Saya mengajar sejak tahun 1991. Sejak awal belajar musik, saya memang bercita-cita untuk mengajar musik. Tetapi prosesnya memang tidak seketika jadi. Maksudnya, melalui proses yang sebenarnya tak pernah saya rencanakan sebelumnya. Awal karier mengajar saya bermula dari setelah diminta oleh banyak tetangga untuk mengajar anak-anak mereka setelah mereka mendengar saya berlatih. Satu siswa, dua siswa, lalu berkembang hingga lebih dari 40 siswa dalam beberapa bulan. Saat itulah saya mulai menyadari bahwa saya harus serius di bidang pengajaran. Saya tidak mau setengah- setengah. Saya menyukai anak-anak, dan musik adalah satu-satunya minat saya yang sebenarnya. Saya tidak bisa memikirkan karier lain yang lebih baik untuk saya, selain musik.
Bagaimana suka dan dukanya sebagai pengajar musik?
Tentu banyak sukanya ya… Salah satunya, ketika melihat siswa berhasil dalam mencapai sebuah target, tentu kebanggaan tersendiri bagi saya sebagai pengajar ya. Terlebih, ketika seorang siswa yang awalnya tidak begitu ada rasa cinta terhadap musik, tetapi setelah belajar musik, siswa tersebut bisa mencintai musik. Hal ini menurut saya, juga merupakan bagian dari misi seorang pengajar untuk mengantarkan siswa ke dunia musik serta menstimulus agar siswa tersebut bisa mencintai musik. Duka nya… Kalau melihat siswa sudah malas latihan…hehehe….
Kesulitan apa saja yang ibu hadapi dalam mengajarkan musik?
Kesulitannya, cukup banyaklah. Ada yang dari orangtuanya, seperti belum bisa menyiapkan alat musik untnk anaknya, ada yang tidak ada waktu buat mengantar, ada juga yang kesulitan biaya. Ada juga kesulitan dari siswa itu sendiri, seperti tidak fokus, malas latihan, sulit membagi waktu untuk latihan, dan sebagainya.
Apa yang menjadi keyakinan ibu sehingga mampu bertahan pada saat-saat sulit sebagai pengajar musik?
Saya percaya, dengan kedisiplinan yang tinggi, maka kita akan mampu bertahan, tentunya diiringi dengan terus mencari inovasi yang terbaru untuk menyesuaikan dengan kondisi di saat seperti ini. Kadang apa yang kita idealkan dalam mengajar musik, tidak selalu sama dengan kenyataan di lapangan. Di sinilah diuji komitmennya sebagai pengajar. Pengajar musik harus mampu berimprovisasi dalam mengajar, selalu berinovasi, sehingga mampu menghadapi berbagai situasi dan kondisi di lapangan.
Hikmah apa yang ibu dapatkan dalam mengajarkan musik?
Saya bisa menjadi lebih sabar dalam mengendalikan emosi, bisa memiliki wawasan yang lebih luas dalam mengenal karakter siswa maupun orangtua murid. Dan yang utama adalah bisa berbagi ilmu, sehingga secara tidak langsung pengajar juga akan mendapatkan pelajaran saat mengajar.
Ibu lebih menyukai mengajar anak-anak? Atau dewasa?
Saya mengajar untuk segala usia. Mengajar segala usia merupakan tantangan tersendiri bagi pengajar, terutama mengajar siswa usia dini maupun usia lanjut, karena dibutuhkan kemampuan ekstra untuk mengajar di usia tersebut, sehingga mau tidak mau seorang pengajar harus belajar untuk bisa mendalami teknik mengajar di usia tersebut. Sedangkan untuk siswa usia sekolah, juga banyak ragam pola belajarnya, sehingga pengajar pun tetap harus mempunyai kiat tersendiri bagi siswanya. Jadi seorang pengajar memang dituntut harus bisa menguasai berbagai strategi menghadapi siswa dari segala usia.
Menurut Ibu, apakah mengajar musik merupakan panggilan jiwa?
Ada beberapa pengajar memang memiliki panggilan jiwa, sehingga terdampak dari caranya mengajar. Saya sendiri sangat suka mengajar, dan merasakan memang ada panggilan jiwa dalam mengajar musik. Awalnya memang hobby, tapi lama-lama ya jadi bertahan mengajar, saya rasa memang ada panggilan jiwa. Biasanya yang panggilan jiwa itu bertahan mengajar, sedangkan yang sekedar hobby itu bisa bertahan dan bisa juga tidak bertahan sesuai kondisi.
Sebagai pengajar, apa yang Ibu nilai penting bagi seorang siswa dalam belajar musik?
Seorang siswa memang perlu belajar musik, agar bisa menyeimbangkan nalar, mental, dan karakternya. Mengapa? Karena dengan ada keseimbangan tersebut, maka akan berpengaruh terhadap kualitas kehidupan siswa itu sendiri. Dalam hal ini peran guru sangat karena guru secara tidak langsung menjadi panutan bagi siswanya, sehingga guru harus peka setiap saat dengan apa yang terjadi dengan siswanya. Jadi guru harus mampu untuk memberikan arahan yang sesuai dengan tujuan.
Keberhasilan proses belajar musik tidak bisa lepas dari peran orangtua murid. Bagaimana Ibu menjaga relasi dengan orangtua murid?
Ya benar. Orangtua punya peran penting untuk kemajuan anak-anaknya. Dalam belajar musik, itu syarat utama. Tanpa peran aktif orangtuanya, sulit anaknya menmperoleh kemajuan. Bagi saya sendiri penting sekali untuk selalu menjaga relasi dengan orangtua murid, melalui komukasi yang baik, membantu dan memberikan solusi terhadap kendala yang dihadapi saat berlatih di rumah, juga terhadap pembagian jadwal latihan musik.
Pernahkah Ibu mengalami hal-hal yang tidak mengenakkan dengan orangtua siswa?
Sebetulnya bukan hal yang tidak mengenakan, tetapi belum mendapatkan solusi atas kendala yangg dihadapi. Untuk itu saya akan berusaha untuk mencari jalan keluarnya dengan berdiskusi bersama orangtua murid, demi kemajuan siswa.
Ada yang menganggap, antar guru musik seperti berjalan sendiri-sendiri, tidak ada komunikasi. Apakah Ibu merasakan hal itu?
Menurut saya, antar guru bukan berjalan sendiri sendiri, tetapi setiap guru memang memiliki gaya mengajar yang berbeda- beda, tetapi tujuannya pasti sama, untuk memajukan siswanya. Mungkin sekali tempo, antar guru bisa bertemu, bincang- bincang bersama, untuk sharing satu dengan yang lain nya, juga bisa mempererat satu dengan yang lainnya.
Apakah Ibu melihat guru-guru musik di sekitar Anda, sebagai pesaing?
Tidak. Bagi saya, sesama guru musik adalah teman, yang bisa saling membantu satu dengan lainnya, sehingga bisa sama -sama mengantarkan siswa masuk ke dalam dunia musik dengan menyenangkan.
Apa filosofi Ibu dalam mengajarkan musik?
Mengajar dengan hati ikhlas, sehingga semua akan senang berada di dalam dunia musik.
Bagaimana Ibu melihat musik dalam kehidupan manusia?
Musik memiliki peranan yang sangat penting sekali dalam aspek kehidupan manusia, sejak lahir sampai lanjut usia.. Musik selalu membantu dalam hal- hal yang berkaitan dengan perkembangan otak maupun mental dan spiritualnya.
Menurut Ibu, apa makna keberhasilan dalam bermain musik?
Menurut saya, keberhasilan dalam bermain musik, bila siswa tersebut telah berhasil melewati kesulitan-kesulitan yang dihadapi dengan cara yang menyenangkan, sehingga keberhasilan akan terus bertahan dan selalu berada di dunia musik dengan hati yang menyenangkan.
Bagaimana pendapat Ibu tentang situasi pandemi Covid 19? Adakah mempengaruhi karier Anda?
Belajar piano adalah pengalaman yang sangat pribadi. Siswa dan guru terikat dengan cara yang sangat khusus selama pelajaran satu lawan satu. Mereka bertukar ide dan energi dan berbagi kegembiraan berpikir, menciptakan dan membuat kemajuan. Dengan terjadinya pandemi Covid-19, pengajaran memang terpengaruh. Yang tadinya tatap muka, kini telah beralih ke pengajaran online. Beberapa mungkin berhenti atau cuti belajar, walaupun sangat disayangkan karena investasi yang telah dikeluarkan selama ini sepertinya sia-sia. Karena itu saya mendorong untuk sementara secara online dulu sambil menunggu pandemi berakhir.
Tapi kan ada keterbatasan dalam mengajar secara online?
Memang ada keterbatasan belajar secara online, misalnya kurangnya komunikasi langsung, ketidakmampuan untuk berkomunikasi secara spontan. Misalnya, seseorang harus berhenti sejenak agar yang lain berbicara, keterbatasan dalam mentransfer suara audio yang baik. Tetapi cara online menjadi satu-satunya alternatif, daripada proses belajar dan mengajar menjadi terhenti sama sekali. Saya memuji semua yang bekerja tanpa lelah di dunia seni selama pandemi ini Covid untuk membawa seni kembali ke komunitas secara virtual. Dengan musik klasik, ada banyak pertunjukan. Tidak apa-apa untuk menonton konser online, walapun itu tidak sama dengan konser offline, seperti tidak adanya pertukaran energi dan kegembiraan antara musisi dan penonton. Tetapi, bagaimanapun transisi pengalaman musik virtual telah menjadi pengganti yang layak selama karantina, dan konser virtual mungkin tetap menjadi pilihan bagi mereka yang tidak dapat menghadiri konser langsung. Saya berharap konser-konser langsung akan dan perlu diadakan kembali segera setelah Covid berakhir.
Apa yang dapat ibu sarankan dimasa pandemi ini?
Menurut saya, kita harus tetap semangat. Seperti kebanyakan dari kita, dan di semua aspek, semua orang sedang berjuang secara mental, finansial, atau fisik karena pandemi. Saya bisa merasakan bahwa dunia pendidikan, tak terkecuali pendidikan dan pengajaran musik, sangat terdampak. Bahkan dunia musik secara umum, bagaikan mati suri. Namun marilah kita tetap positif, sadar sosial, penuh kasih dan tetap kuat. Tetaplah berlatih dan belajar. Tetaplah mengajar. Jika memang semua sementara harus online, ikutilah. Jangan sampai semua proses berhenti karena untuk memulainya lagi, jauh akan berat dan sulit. Tetaplah mengajar. Tetaplah belajar dan berlatih. Tetaplah aktif dan kreatif, sehingga jika nanti pandemi berakhir dan kehidupan normal kembali, kita tetap dalam performa yang baik.
Baiklah. Terimakasih atas bincang-bincangnya. Semoga semua tetap semangat ya bu?
Ya. Harus tetap semangat. Terimakasih. (eds)