Periode Romantik dalam Musik

3936

Article Top Ad

ERA Romantik yang muncul di awal abad 19 merupakan titik pencapaian paling cemerlang dalam sejarah seni dan kebudayaan manusia. Di semua lapangan seni, mulai dari lukis, tari, sastra, seni rupa, dan juga musik, era romantik mengusung tiga idealisme yang sama: kebebasan emosi, imajinasi, dan individualisme.

Dalam satu sisi, era romantik merupakan sebuah perlawanan atau pemberontakan terhadap neoklasikisme di abad 18. Penulis dan sastrawan era romantik melepaskan diri dari konvensi-konvensi lama dan menekankan pada kebebasan berekspresi. Pelukis-pelukis era romantik men gekspresikannya dengan warna-wama tebal, jelas, cerah dan gerakan-gerakan dinamis dalam membuat sebuah keseimbangan.

Tapi di sisi lain, romantisme juga terlalu beragam dan sangat kompleks untuk didefinisikan dalam satu formula, kecuali bahwa romantisme lebih pada memberi ruang yang lebih luas bagi totalitas pengalaman manusia. Penyebaran romantisme sangat luas dan mempengaruhi semua cabang kesenian. Bagaimana dengan musik?

Article Inline Ad

Era Romantik dalam musik muncul tahun 1820 dan berkembang sampai tahun 1900. Musisi dan komponis-komponis besar di era ini antara lain Franz Schubert, Robert Schumann, Clara Wieck Schumann, Frederick Chopin, Franz Liszt, Felix Mendelssohn, Hector Berlioz, Peter Illyich Tchaikovsky, Bedrich Smetana, Antonin Dvorak, Johannes Brahms, Giuseppe Verdi, Giacomo Puccini, Richard Wagner dan Gustav Mahler.

Di samping mereka, ada banyak musisi-musisi di era romantik yang juga terkenal, tetapi nama-nama di atas adalah musisi-musisi era romantik yang memiliki pengaruh besar hingga saat ini, terutama dalam kekayaan dan variasi musiknya. Mereka juga memiliki kharisma musik yang luar biasa, dimana karya-karya mereka sampai saat ini tetap indah dimainkan dalam repertori-repertori konser maupun opera.

Para komposer periode Romantik sebenarnya melanjutkan tradisi periode sebelumnya dalam penggunaan bentuk-bentuk musikal yang muncul di era Klasik. Mozart dan Beethoven adalah komposer Klasik yang berperan penting bagi munculnya era Romantik. Gabungan antara intensitas dan kehebatan emosi dan romantisme telah diperkenalkan oleh Mozart, terutama melalui karya-karyanya yang terakhir. Beethoven melanjutkan tradisi Mozart dalam bentuknya yang lebih ekstrem, dimana emosi menjadi kekuatan dalam musik-musiknya. Ia tidak saja berbicara tentang kebebasan, tetapi juga ekploitasi emosi.
Keduanya juga meletakkan dasar-dasar melodi untuk era Romantik.

Meskipun demikian, ada beberapa perbedaan antara musik era Romantik dan Klasik. Karya-karya Romantik cenderung memiliki susunan warna suara, dinamika, dan pola titinada yang lebih banyak. Juga, tatabahasa harmoni musik romantik lebih terbuka dan luas, dengan lebih banyak memberi tekanan pada kekayaan warna, dan chord-chord yang tidak stabil.

Musik romantik pada sisi lain memiliki hubungan yang sangat dekat dengan jenis seni lainnya, khususnya sastra. Bentuk-bentuk baru berkembang, dan dalam semua bentuk itu terdapat ketegangan yang lebih hebat, dan sedikit menekankan pada keseimbangan dan penyelesaian. Meski demikian, musik romantik bisa dibedakan dengan musik periode lainnya, dan tidak bisa digeneralisasi. Beberapa komposer era romantik seperti Mendelssohn atau Brahms misalnya, membuat karya-karya yang sangat kuat tradisi klasiknya, sementara komposer lainnya seperti Berlioz, Liszt atau Wagner misalnya, jauh lebih revolusioner. Roger Kamien dalam bukunya “Music, an Apreciation” mengatakan, ada beberapa karakteristik musik era romantik yang sangat menonjol. Diantaranya;

Gaya yang Sangat Individual
Musik era Romantik memasukkan penekanan pada ekspresi dan gaya individu yang begitu besar yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Ketika mengomentari Symphony keempatnya, Tchaikovsky mengatakan bahwa, “Tidak ada satu bar pun yang tidak memiliki gema ekspresi perasaanku dari hati yang paling dalam,”.

Chopin merupakan contoh komposer paling jelas dan total dalam mengekpresikan perasaanya. Karya-karyanya begitu sangat orisinil dan penuh dengan letupan-letupan emosi. Sebuah “dunia musik yang baru” adalah tujuan yang ingin dicapai Chopin sejak ia masih muda.

Komposer-komposer romantik lainnya menghasilkan musik- musik yang terdengar unik, serta merefleksikan kepribadian masing-masing. Robert Schumann mengamati komposisi-komposisi Chopin, dan mengatakan bahwa,” Chopin tidak akan bisa lagi menulis apapun tanpa orang-orang menangis pada bar ketujuh atau kedelapan. Itu memang gayanya, dan itu juga jiwanya,”.

Dan saat ini, dengan beberapa pengalaman mendengarkan, seorang pecinta musik dalam beberapa menit-kadang malah dalam beberapa detik- dapat mengetahui apakah sebuah karya milik Schumann atau Chopin, Tchaikovsky atau Brahms. Semua itu karena musik-musik mereka begitu kuat karakter individualitasnya.

Ekspresi, adalah Subyek dan Tujuannya
Salah satu kekuatan musik romantik adalah pada eksplorasi perasaan, yang kemudian diekpresikannya dengan begitu luas dan dalam. Sangat kelihatan sekali bagaimana para komposer begitu pandai membuat kontras-kontras perasaan dalam menggambarkan keakraban, kehangatan, kemesraan, melankolis, kerinduan, kesepian, bahkan kesedihan dan keputusasaan.

Tak bisa dihitung berapa banyak lagu dan opera-opera yang bercerita tentang percintaan yang romantis, dimana seringkali pelakunya menghadapi berbagai rintangan, dan kadang-kadang berakhir dengan kesedihan. Pesona atau daya tarik yang sangat kuat dengan sesuatu yang fantastik, kejam, juga menjadi kekuatan ekspresi, seperti yang terlihat pada Dream of s Witches ‘Sabbath dari Symphony Fantastique (Fantastic Symphony) karya Hector Berlioz.

Semua aspek alam juga menarik perhatian musisi-musisi romantik. Berlioz dalam Fantastic Symphony misalnya, menggambarkan suara suling gembala dan suara petir. Schubert dalam Erlkonig menggambarkan seorang penunggang kuda di tengah badai pada malam hari. Smetana dalam Moldau-nya, menggambarkan riak air sungai, sementara Gustav Mahler dalam karyanya Ging heut’ Morgen uber’s Feld melukiskan sebuah perjalanan di jalan pinggir desa. Komposer-komposer era Romantik juga mengambil tema-tema dari beberapa karya di Abad Pertengahan, dan juga dari karya-karya Shakespeare.

Nasionalisme dan Eksotisme
Nasionalisme merupakan gerakan politik yang sangat penting dan mempengaruhi musik pada abad 19. Nasionalisme dalam musik diekspresikan ketika komposer romantik sengaja membuat musik dengan memasukkan sebuah indentitas khusus negaranya, entah menggunakan musik tradisional, tari-tarian tradisional, legenda, atau sejarah negara dan bangsanya.

Nasionalisme seperti ini mewarnai musik-musik romantik, apakah itu Polandia, Russia, Bohemian (Czech), atau Jerman. Ini menjadikan musik romantik sangat berbeda dan kontras sekali dengan karakter musik di era Klasik.

Daya tarik identitas nasional juga menghasilkan komposisi-komposisi yang begitu penuh warna, dimana para komposer memasukan bahan-bahan dari keragaman dan kekayaan budaya Negara lain. Tren ini kemudian disebut sebagai Eksotisme. Misalnya, beberapa komposer menulis melodi-melodi dalam sebuah gaya Asia, atau menggunakan irama dan alat musik yang sesuai dengan negara tersebut.

Komposer Prancis, George Bizet misalnya, membuat opera Carmen dengan nuansa Spanyol. Giacomo Puccini mengambil warna-warna Jepang dalam operanya, Madame Butterfly, sementara komposer Russia, Rimsky-Koraskov, mengambil elemen-elemen serta atmosfir Arab tatkala membuat komposisi orkestranya yang terkenal, Scheherazade.

Musik Program
Abad 19 juga merupakan periode dimana musik program (programe music) berkembang dengan pesat. Musik Program pada dasarnya adalah musik instrumen yang dihubungkan dengan cerita, puisi, ide, atau gambar. Elemen-elemen non-musikal biasanya secara khusus ditunjukkan dengan sebuah judul atau penjelasan dan komentar yang disebut “sebuah program”. Sebuah karya musik instrumen yang programistik dapat menghadirkan emosi-emosi, karakter karakter, dan kejadian-kejadian pada sebuah cerita tertentu. Atau, bisa juga menggambarkan suara maupun gerakan dari alam.

Tchaikovsky dengan komposisinya Romeo and Juliet, merupakan contoh jelas dalam hal ini. Komposisi orkestra ini terinspirasi dari karya sastra Shakespeare dengan judul yang sama, dimana Tchaikovsky menggambarkan cerita itu melalui musiknya. Karena itu, dalam Romeo and Juliet, Tchaikovsky juga menggambarkan bagaimana percintaan Romeo dan Juliet, bagaimana kedua orang tuanya tidak setuju, dan bagaimana ia menggambarkan akhir tragis dari kisah cinta Romeo dan Juliet.

Dalam komposisi untuk orkestra, The Moldau, Smetena menggunakan efek musik yang mampu menghadirkan dalam benak pendengarnya bagaimana suara gemercik air, sebuah suasana berburu, perkawinan yang meriah, dan suara badai yang menggelegar. Musik Program dalam beberapa bentuk dan lainnya, eksis sepanjang abad 19, khususnya berkembang pada periode romantik, ketika musik begitu dekat hubungannya dengan sastra. Beberapa komposer seperti Berlioz, Schumann, Liszt, dan Wagner misalnya, juga terkenal sebagai penulis cerita. Artis-artis dari berbagai bidang “disatukan” dalam konsep yang disebut “union of arts”. Penyair ingin puisi-puisinya musikal, dan musisi ingin agar musik-musiknya puitis.

Ekspresif dan Penuh Warna
Salah satu karakter musik era romantik selain individualistis dan nasionalis, juga ekspresif dan penuh warna. Komposer-komposer era Romantik benar-benar secara total menemukan kebebasannya dalam berekspresi dan menghasilkan komposisi-komposisi ekspresif dan harmoni yang penuh warna. Individualisme yang sangat kuat pada setiap komposisi, menyiratkan dengan sangat jelas karakter-karakter komposernya, sehingga sangat mudah untuk mengenal komposisi dari seorang komposer pada era Romantik.

Sebagian besar komposer era romantik sangat gemar bermain-main dengan suara yang kaya dan enak dinikmati, menggunakan warna suara untuk memperoleh variasi mood dan atmosfir. Tidak pernah sebelumnya warna suara begitu sangat penting. Baik dalam karya-karya simfoni maupun opera.

Orkestra romantik biasanya berukuran besar dan sangat bervariasi dalam warna suara dibanding orkestra-orkestra klasik. Sampai dengan penghujung era romantik, sebuah orkestra bisa terdiri dari hampir 100 orang pemain. Ekspansi orkestra dengan jumlah pemain yang begitu banyak itu, mencerminkan perubahan kebutuhan komposer, demikian juga berimplikasi pada perlunya sebuah gedung konser maupun opera yang cukup besar. Bagian-bagian brass, woodwind, dan perkusi pada orkestra memperoleh tempat penting dalam susunan instrument orkestra. Para komposer romantik menambah kekuatan bagian brass dengan menampilkan sesuatu yang spektakuler, seperti banyaknya jumlah trombone, tuba, horn, dan trumpet.

Pada tahun 1824, Beethoven membuat pertunjukan spektakuler dengan menghadirkan sembilan bagian brass ketika menampilkan Symphoni Kesembilan-nya. Pada tahun 1894, komposer Austria, Gustav Mahler lebih dasyat lagi dengan menghadirkan 25 alat musik brass dalam konser menampilkan Symphony Kedua-nya. Penambahan katup pada trumpet membuat horn dan trumpet menjadi lebih mudah untuk menanggulangi melodi yang berbelit-belit.

Di era romantik, alat musik woodwind seperti contrabassoon, bass clarinet, English Horn, dan Piccolo juga menempati posisi penting dengan kekayaan warna suaranya. Alat musik ini menjadi alat musik wajib pada orkestra-orkestra romantik. Perkembangan pada konstruksi alat musik, memungkinkan para pemain tampil lebih akurat dan fleksibel. Suara orkestra pun menjadi lebih jernih, brilian,dan terasa nikmat didengar melalui variasi permainan pada cymbal, triangle, dan harpa.

Suara-suara baru dihasilkan dengan sangat indah, penuh warna dan menakjubkan oleh orchestra-orkestra era romantik. Para pemain juga mengembangkan teknik-teknik permainan tertentu yang unik, menarik dan orisinil. Sementara para komposer menemukan cara-cara baru bagaimana meramu dan mengkombinasikan warna suara untuk memperoleh suara yang sangat tajam dan kuat. Pada tahun 1884, Hector Berlioz menulis sebuah buku Treastise on Modern Instrumentation and Orchestration yang menempatkan orkestra sebagai sebuah seni dalam dirinya tersendiri.

Piano, alat musik paling popular di era romantik, juga berkembang sangat pesat sepanjang kurun 1820 sampai 1830. Untuk pertama kalinya, kerangka besi yang kuat diperkenalkan dalam periode itu untuk mendukung senar bertekanan besar, dan hammer (palu pemukul) senar, dilapisi bulu. Dengan demikian, suara piano menjadi lebih “bernyanyi”. Rentang suara berkembang lebih luas.Dengan sebuah alat musik yang kuat, pianis dapat menghasilkan lebih banyak suara, dan dengan menggunakan damper pedal, memberikan mereka sebuah campuran suara yang indah dan merdu.

Harmoni Penuh Warna
Dalam usahanya mengeksplorasi warna-warna suara baru, komposer-komposer era romantik juga mengeksplorasi chord-chord baru dan menggunakan chord-chord yang sudah dikenal dengan cara “bercerita”. Untuk menambah kekuatan intensitas emosinya, para komposer menekankan pada harmoni-harmoni yang kaya, penuh warna, dan kompleks.

Terdapat penggunaan menonjol pada chromatic harmony, yang menggunakan chord berisi suara yang tidak ditemukan dalam tangganada umum, mayor dan minor. Chord-chord seperti itu berasal dari tangganada kromatik (yang memiliki 12 nada), daripada dari tangganada mayor dan minor (yang memiliki 7 nada berbeda). Chord-chord kromatik ini menambah warna dan gerakan musik romantik.

Dissonan atau chord yang tidak stabil juga sering digunakan secara lebih bebas dibanding selama era klasik. Dengan variasi penggunaan chord-chord yang demikian bebas itulah, para komposer era romantik menghasilkan harmoni-harmoni yang penuh warna. Harmoni-harmoni ini sekaligus merupakan kekuatan para komposer untuk membangun suasana dan perasaan kerinduan, ketegangan, dan misteri.

Sebuah karya romantik cenderung memiliki sebuah variasi kunci yang lebih luas dan modulasi yang cepat, atau perubahan dari satu kunci ke kunci lainnya. Karena perpindahan alami dan prekuensi peningkatan kunci-kunci ini, kunci tonik menjadi agak sedikit kurang jelas dibanding era klasik.

Dinamika, Tempo dan Pola Titinada
Musik romantik juga disebut sebagai sesuatu yang memiliki rentang dinamika yang luas, termasuk kontras yang tajam antara suara paling rendah dengan suara paling tinggi.
Dinamika musik klasik yang hanya berkisar antara ff dan pp, tidak menjadi kebutuhan musik romantik, yang kadang-kadang mencapai rentang fiff dan pppp. Para komposer abad 19 biasanya sering menggunakan crescendo dan decrescendo, juga perubahan dinamika secara tiba-tiba, untuk menghasilkan aspek ekspresifnya. Rentang pola titinada juga berkembang, ketika komposer berusaha memperoleh suara yang benar-benar tinggi maupun yang benar-benar rendah.

Dalam pencarian mereka untuk menemukan suara-suara yang brilian dan dalam, para komposer mengeksplorasinya melalui piccolo dan contrabassoon, dan juga pada keyboard piano. Perubahan mood dalam musik romantik sering ditandai dengan accelerando, ritadando, dan variasi-variasi halus. Ada banyak fluktuasi dalam tempo dibanding musik klasik. Para komposer romantik juga sering menggunakan rubato untuk meningkatkan intensitas ekspresi musiknya.

Antara Miniatur dan Monumental
Abad kesembilanbelas boleh dibilang abad penuh kontradiksi. Para komposer romantik, secara karakter, mengekespresikan dirinya, baik dalam musikal miniatur maupun komposisi monumental. Di satu sisi, karya-karya piano Chopin atau lagu-lagu yang dibuat Schubert, mewakili bentuk-bentuk miniatur musikal yang biasanya pendek, dan dengan durasi hanya beberapa menit.

Karya-karya pendek itu dimaksudkan untuk diperdengarkan dalam suasana dan lingkungan intim di rumah, yang sekaligus merupakan sesuatu dibutuhkan ketika banyak orang mulai memiliki piano sendiri. Para komposer romantik sangat jenius dalam menghasilkan sebuah mood yang kuat dan hebat melalui melodi, beberapa chord, atau warna suara yang tidak biasa. Ini banyak ditemukan pada karya-karya miniatur tersebut.

Pada sisi lain, ada karya-karya besar dan kompleks seperti yang dibuat Hector Berlioz maupun Richard Wagner, dimana dalam pementasannya memerlukan banyak pemain, dengan durasi hingga berjam-jam, dan didesain untuk gedung opera atau gedung konser yang besar. Para komposer romantik juga melanjutkan tradisi membuat symphoni, sonata, string kuartet, konserto, opera, dan karya-karya choral, tetapi gerakan-gerakan mereka cenderung lebih panjang dibanding karya-karya Haydn maupun Mozart.

Misalnya, symphoni-symphoni abad 19 bisa berlangsung dalam durasi sampai 45 menit, sementara symphoni-symphoni abad 18 paling panjang hanya berdurasi 25 menit. Dan ketika komposer-komposer romantik lebih tertutup, komposisi-komposisi romantik justru cenderung menjadi lebih panjang, lebih kaya dengan aspek orkestranya, dan lebih kompleks dalam harmoni.

Teknik-teknik baru digunakan untuk menggabungkan karya-karya panjang itu. Tema yang sama mungkin terdapat dalam gerakan-gerakan yang berbeda dalam sebuah symphoni. Dalam hal ini, para komposer mengikuti jejak Beethoven yang terkenal sebagai pionir untuk pola seperti itu, terutama dalam Symphoni Kelima-nya, dimana sebuah tema dari scherzo ditampilkan lagi dalam finale.

Ketika sebuah melodi diperdengarkan kembali dalam gerakan atau bagian berikutnya dari sebuah karya romantik, karakternya mungkin ditransfomasikan dengan mengubah dinamika, orkestrasi atau irama. Teknik ini terkenal dengan sebutan thematic transformation.

Salah satu contoh komposisi yang menggunakan tekni ini adalah karya Hector Berlioz, Symphonie Fantastaque (Fantastic Symphony), dimana sebuah melodi lirikal dari gerakan pembuka menjadi sebuah nada tarian yang aneh pada bagian akhir. Gerakan-gerakan atau bagian-bagian berbeda dari sebuah karya romantik juga bisa dihubungkan melalui bagian transisi, yakni satu gerakan dari sebuah symphoni atau konsero yang langsung menuju ke bagian berikutnya. Dalam hal ini, lagi-lagi Beethoven adalah pionirnya. Opera-opera abad kesembilanbelas disatukan dengan gagasan melodi yang muncul lagi dalam adegan berbeda, beberapa diantaranya mungkin diikat bersama dengan menghubungkan bagian-bagiannya.

Di tengah era yang begitu menghargai dan mendewakan individualitas, membuat sebuah generalisasi sangatlah sulit. Perbedaan terbesar yang ditemukan dalam musik romantik dapat diperoleh dengan baik, yaitu dengan cara mengapresiasinya, barangkali, dengan mendekati setiap karya dan komposernya, dengan sebuah pikiran dan hati yang terbuka. (eds, berbagai sumber)

Article Bottom Ad